Peran Media Massa dan Tokoh Masyarakat Dalam Upaya
De-Stigmatisasi Kasus HIV/AIDS di Kalangan MSM
Malang, 09 Oktober 2004 Sekitar
40-an orang dari kalangan jurnalis tampak antusias mengikuti
acara "Diskusi publik bagi kalangan media Massa dan Tokoh
MAsyarakat Dalam Upaya De-Stigmatisasi Kasus HIV/AIDS di
Kalangan MSM" di Resto Intan, Jalan Raden Intan 67 B
Arjosari Malang.
Acara yang sedianya dilangsungkan pada jam 09.00 WIB
sesuai jadwal acara pada undangan, ternyata harus molor 1
jam karena banyak peserta undangan yang tidak nampak. Selain
itu, peserta yang duluan hadir ada beberapa yang bergegas
meninggalkan arena acara dikarenakan memburu berita yang
ditugaskan pihak redakturnya.
Memang, sebagian peserta yang hadir didominasi oleh
kalangan jurnalis kampus yang biasanya menulis majalah atau
koran kampus. Mereka umumnya berasal dari beberapa perguruan
tinggi dan swasta yang ada di Wilayah Malang. Akan tetapi
tampak kalangan media elektronik MAL TV yang merupakan TVne
arek Malang juga meliput acara ini.
Kegiatan diskusi publik, tepat dimulai jam 10.00 WIB
dengan dibuka oleh Gitty, seorang gay feminin dengan
dandanan khasnya yang cantik dan kenes. Usai acara pembukaan
dilanjutkan acara sambutan darui ketua panitia sekaligus
direktur program IGAMA Sdr. Syaiful Arief.
Narasumber atau pembicara yang hadir dalam acara diskusi
publik ini selain dari Program Manager IGAMA yang sekaligus
ketua umum IGAMA juga didampingi oleh Dr. Eny Sekar dari
Dinas Kesehatan Kota Malang, Sdri Vinidia wakil dari
kalangan pers dan Dr. Isbandiyah wakil dari kalangan
medis.
Masing-masing narasumber memaparkan presentasi berkaitan
dengan peran media massa serta perspektif masing-masing
lembaga dalam melihat dan menyikapi peran media massa,
terutama media cetak koran.
Sebagian besar peserta acara bersikap kritis dengan
mengungkapkan fakta bahwa akibat dari pemberitaan yang
kurang berimbang telah menyebabkan adabnya stigmatisasi
terhadap kasus HIV/AIDS.
Akan tetapi kekritisan peserta acara, terutama dari
kalangan LSM dan tokoh masyarakat nampaknya tidak mendapat
tanggapan secara langsung, karena kalangan jurnalis dari
media cetak koran regional ataupun nasional tidak tampak
pada acara tersebut.
"Saat ini sedang ada acara kedatangan SBY ke Malang
sehingga para wartawan lebih mengejar berita yang ekslusif
dibandingkan hadir di acara ini" ujar Vinidia dari salah
satu media yang mengungkapkan ketidak hadiran rekan-rekan
pers lainnya.
Ternyata ada kasus di Sumberpucung dan di Poncokusumo
serta di Dampit, akibat dari pemberitaan koran tentang ODHA
dari daerah bersangkutan menyebabkan masyarakat bereaksi
berlebihan. Di Sumberpucung, ODHA diancam akan dibakar massa
jika tidak pergi dari daerah tersebut. Bahkan Sulasih,
seorang ODHA dari Dampit sempat menghilang beberapa lamanya
akibat pemberitaan media massa ini.
Untuk itu, perlu adanya koordinasi lanjut bagi upaya
pemberitaan berimbang di media massa dalam rangka mengurangi
stigma masyarakat terhadap kasus HIV/AIDS.

|