KONDOM
Penggunaan yang konsisten berarti penggunaan kondom pada setiap
tindakan seksual. Penggunaan kondom yang benar meliputi
langkah-langkah berikut ini:
- Gunakanlah kondom yang baru untuk setiap melakukan hubungan
seks vagina, anal atau oral.
- Gunakanlah kondom dari awal hingga selesai.
- Pasang kondom setelah ereksi terjadi dan sebelum terjadi
hubungan vagina, anal dan oral dengan penis. Pegang ujung kondom
dan masukan ke dalam penis yang sedang ereksi, berikan ruang
pada ujung kondom, tetapi pastikan tidak ada udara yang terjebak
di ujung kondom.
- Pelicin yang cukup sangat penting untuk mencegah kerusakan
kondom, tetapi gunakanlah pelicin yang memiliki unsur air,
seperti gliserin atau jeli pelicin (yang dapat dibeli di apotek
mana saja). Jangan menggunakan pelicin yang berunsur minyak
seperti jeli petroleum, krim dingin, pelembab tangan atau minyak
bayi, yang dapat melemahkan kondom.
- Lepaskanlah dari pasangan segera setelah terjadi ejakulasi,
pegang kondom yang masih melekat pada penis dengan kuat untuk
mencegah kondom terlepas.
Jika disimpan dengan tepat kondom masih baik digunakan untuk lima
tahun setelah tanggal produksi. Kondom-kondom yang dilumasi dengan
"spermatisida" akan tetap baik hanya untuk dua
tahun. Pengguna-pengguna kondom harus memastikan bahwa masa
kadaluarsa kondom tidak terlewati atau tanggal produksi tidak
menunjukkan kondom terlalu tua.
Penggunaan kondom lateks dengan benar dan konsisten semasa
hubungan seks-anal atau pun oral--dapat secara baik mengurangi
risiko seseorang tertular atau menularkan banyak IMS, termasuk
infeksi HIV, kencing nanah, Klamidia, trichomonas, human papilloma
virus menular (HPV), dan hepatitis B. Melindungi diri Anda dan orang
lain terhadap IMS merupakan hal yang penting karena kebanyakan
penyakit ini memiliki penyulit yang serius. Melindungi diri Anda dan
orang lain terhadap HIV merupakan hal yang penting karena mereka
mengancam kehidupan dan belum ada obatnya.
Penelitian laboratorium menunjukkan bahwa kondom lateks adalah
penghalang efektif bagi HIV dan IMS lainnya. Dan lagi, beberapa
penelitian menyediakan kumpulan bukti bahwa kondom lateks sangat
efektif dalam melindungi terhadap infeksi HIV ketika digunakan untuk
setiap melakukan sanggama. Bukti perlindungannya dapat sangat
terlihat dari penelitian yang dilakukan pada pasangan-pasangan di
mana salah seorang dari pasangan itu terinfeksi HIV dan yang lainnya
tidak, discordant couple.
Kondom diklasifikasikan sebagai alat medis dan diatur
penggunaannya. Setiap kondom yang diproduksi sebelum dipasarkan
telah melalui pengujian. Selama proses produksi, kondom di-double
dipped (dicelupkan ke dalam cairan untuk beberapa waktu) di
dalam lateks dan diuji secara elektronis untuk kemungkinan terdapat
lubang-lubang.
Beberapa penelitian dengan jelas menunjukkan bahwa angka
kerusakan kondom di kurang dari 2%. Kebanyakan kerusakan terjadi
karena kesalahan penggunaan daripada kualitas kondom yang rendah.
Penggunaan cairan-cairan yang berunsur minyak dapat memperlemah
lateks, dan menyebabkan kondom hancur. Tambahan lagi, kondom dapat
diperlemah dengan sengatan sinar/panas atau dengan umur atau mereka
dapat robek oleh gigi atau kuku jari. Penelitian yang
mengindikasikan bahwa kondom dapat terlepas dari penis sekitar 1--5%
ketika terjadi hubungan seks vagina dan menjadi kendor (tetapi tidak
lepas) sekitar 3--13 % sekali waktu.
Beberapa orang telah menunjukkan kepeduliannya mengenai
penelitian yang melaporkan angka kegagalan yang tinggi di antara
pandangan yang menggunakan kondom untuk pencegahan kehamilan. Hasil
analisis penelitian-penelitian ini mengesankan bahwa jumlah yang
besar dari angka kemanjuran berhubungan dengan penggunaan yang tidak
konsisten dan tidak benar. Bahkan, kondom-kondom lateks sangat
efektif untuk pencegahan kehamilan, tetapi hanya jika mereka
digunakan secara tepat.
Penelitian mengesankan bahwa hanya 30--60% pria yang mengaku
menggunakan kondom untuk kontrasepsi sebenarnya menggunakannya untuk
setiap tindakan seksual. Lebih jauh lagi, bahkan orang yang
menggunakan kondom secara rutin dapat saja tidak menggunakannya
secara benar dari awal hingga akhir. Penggunaan yang tidak benar
memberikan kontribusi kepada kemungkinan bocor atau rusaknya kondom.
Kondom harus digunakan secara konsisten dan benar agar memberikan
perlindungan maksimum.
Seperti telah disebutkan sebelumnya, alasan utama kegagalan
kondom mencegah infeksi HIV dan IMS atau kehamilan adalah penggunaan
yang tidak benar dan tidak konsisten, bukan dari kegagalan kondom
itu sendiri.
Pengguna Kondom Memiliki Pilihan Produk
Terdapat beberapa tipe kondom. Hampir seluruh tipe menawarkan
perlindungan terhadap HIV dan IMS lainnya.
Kondom-kondom lateks untuk pria. Kondom-kondom lateks
dibuat dari jenis karet tertentu. Penelitian laboratorium
menunjukkan bahwa kondom lateks yang sempurna memberikan
perintang-perintang yang sangat efektif terhadap sperma dan
mikroorganisme, termasuk HIV dan virus hepatitis B yang jauh lebih
kecil. Keefektifan mereka telah terbukti selama bertahun-tahun.
Kondom-kondom sintetis. Bagi orang yang alergi terhadap
lateks, beberapa materi baru digunakan untuk membuat kondom. Salah
satu tipe baru tersebut adalah poliuretan, plastik lembut. Tipe
lainnya adalah Tactylon, lateks sintetis. Tes-tes lab menunjukkan
bahwa kedua materi ini menjadi penghalang yang efektif terhadap
sperma, bakteri dan virus-virus seperti HIV.
Kondom Poliuretan untuk Wanita. Kondom wanita (Reality)
pas dengan vagina dan melindungi beberapa area di luar vagina.
Kondom ini juga terbuat dari poliuretan. Ketika kondom pria tidak
bisa digunakan, pasangan harus mempertimbangkan untuk menggunakan
kondom wanita.
Tidak seperti kondom-kondom lateks, kondom-kondom sintetis
seperti kondom poliuretan untuk pria dan wanita dapat digunakan
bersama dengan pelicin berunsur cairan ataupun minyak. Meskipun
tidak teruji secara menyeluruh seperti kondom lateks, kondom-kondom
sintetis kurang lebih memiliki kualitas perlindungan yang sama.
Kondom Kulit Anak Domba. Kondom-kondom ini terbuat dari
membran hewan yang berisi lobang-lobang kecil. Meskipun mereka dapat
mencegah kehamilan, mereka tidak boleh digunakan untuk pencegahan
IMS atau HIV karena virus-virus dapat melewati lubang-lubang
tersebut.
Kondom Novelty. Kondom-kondom Novelty
(bermain) hanya digunakan untuk kepuasan seks. Saat ini Novelty
tidak mengizinkan dikategorikan sebagai kondom, dan Novelty
tidak boleh digunakan untuk pencegahan IMS maupun HIV.
Spermatisida. Meskipun penelitian-penelitian
mengindikasikan bahwa nonoxynol-9, spermatisida, membunuh HIV dalam
pengujian laboratorium, tetap belum jelas apakah spermatisida
digunakan sendiri atau bersama kondom selama terjadi hubungan
memberikan perlindungan terhadap HIV. Oleh karena itu, kondom lateks
tanpa atau dengan spermatisida harus digunakan untuk mencegah
penularan HIV secara seksual.
Perlindungan Oral. Meskipun risikonya lebih kecil dari
hubungan seks anal atau vaginal, orang-orang yang terlibat dalam
seks oral dapat mengurangi risiko terkena HIV atau IMS lainnya
dengan menempatkan penghalang pada vagina atau anus. Untuk tambahan
kondom pria, sebuah produk yang didesain untuuk mengurangi risiko
tertular IMS selama seks oral sekarang telah dijual. The Sheer
Glyde Dam adalah lembaran lateks berukuran 25x15cm inci yang
telah dilegalkan. Pembungkus makanan plastik, dental dam
(lembaran lateks yang digunakan dokter gigi), dan kondom yang telah
dibuka digunakan untuk melindungi anus selama hubungan seks oral,
meskipun tidak ada informasi tentang seberapa baik bahan ini
bekerja.
Pendidikan mengenai Kemanjuran Kondom bukan Berarti
Mempromosikan Kegiatan Seksual
Program pendidikan seks yang khusus menunjukkan bahwa pendidikan
HIV dan pendidikan seks yang menyertakan informasi tentang kondom
tidak mempunyai pengaruh terhadap munculnya keinginan untuk
melakukan hubungan; hal ini karena pendidikan seks/HIV tidak
meningkatkan frekuensi hubungan seks, dan program yang menyertakan
perkembangan kemampuan untuk menawarkan seks yang lebih aman malah
menghasilkan penurunan jumlah anak muda yang ingin melakukan
hubungan seks.
Sebenarnya program-program pendidikan seks tidak menemukan bukti
bahwa pendidikan seks mengarah kepada kegiatan seksual yang lebih
awal dan meningkat pada anak muda. Malahan, program-program seperti
tersebut di atas dapat mengarah kepada penundaan atau penurunan
kegiatan seksual. Karena program pencegahan HIV yang membidik
penggunaan kondom tidak meningkatkan kegiatan seksual atau jumlah
pasangan seks.
Tetapi penggunaan kondom memang meningkat di antara mereka yang
dari dulunya sudah aktif secara seks. Sebuah penelitian tentang anak
muda Amerika, 1987, yang dikirimi pamflet yang berisi tentang IMS
dengan tawaran kondom gratis juga tidak menemukan peningkatan dalam
kegiatan seks anak muda.
|