|
[KEPENGURUSAN 2003-2005]
Ketua
Umum:
M. Irfan Hidayatullah
Sekretaris Umum:
Agus Wibowo
Bendahara Umum:
Intan Riyani
Dana Usaha:
Riki Cahya
Sie PSDM:
Yus R. Ismail
Taufik Cahyadi
Tita Martiana
Sie Humas:
Hanum Sujana
Sie Workshop:
Topik Mulyana
Divisi Fiksi:
Yudhi Nugraha, Fauzan,
Mirah Arumsari, Muh. Asyrofi,
Suryati,
Luthvi Irma Ulfia
Divisi Non Fiksi:
Rizqie Fajriyani, Ruspiadi,
Yuti Ariyani, Eti Setiati,
Neny Ratnawati
Divisi Puisi:
Lail Khair El-Rasyid,
Rini Ritawati, Adies Saputra,
Teny Indah Susanti
Divisi Folklor:
Aminudin
Sie Pustaka:
Ihsan, Adrian Ramdani
Sie Penerbitan Media:
Wardana, Rina Rahmawati,
Nita,
Yuli Inrayani
|
|
|
:: CERPEN FAKTUAL? OYE!!!
Tammi Tinami F.
Awal Januari 1996, media massa ramai memberitakan peristiwa yang terjadi
di Palestina tentang keberhasilan agen zionis, Mossad, membunuh Yahya
Ayyash. Yahya Ayyash adalah anggota Hamas yang dianggap teroris berbahaya
dan otak berbagai peristiwa pemboman yang terjadi di Israel. Hamas
merupakan gerakan perjuangan Islam Palestina yang sering digambarkan media
massa Barat sebagai gerakan anti perdamaian dan ditakuti oleh penduduk
Israel. Peristiwa ini menjadi berita besar karena sudah bertahun-tahun
Ayyash dicari pihak keamanan Israel yang menduganya sebagai dalang
sejumlah peristiwa peledakan di beberapa kota di Israel, termasuk di
ibukota Tel Aviv. Keberadaan Ayyash nyaris tidak terlacak, seandainya
tidak ada penghianatan di kalangan bangsa Palestina, yang membuka jalan
bagi agen-agen Mossad untuk meletakkan dan meledakkan dari jauh bom jenis
C-4 (semtex) pada telepon selular yang digunakan Ayyash. Penguburan Ayyash
diikuti oleh lebih dari setengah juta penduduk Palestina.
Majalah bulanan Annida edisi Februari 1996 memuat
cerita pendek karya Helvy Tiana Rosa berjudul Je Ne Te Quite Jamais,
Palestine. Setting cerpen ini diambil dari fakta di atas.
Mengikuti jalannya cerita, kita dikenalkan kepada seorang 'aku', gadis
bernama Zahwa, yang mengetahui pemberitaan situasi di Palestina dari media
massa di negerinya, Perancis. Di Palestina 'aku' dihadapkan kepada fakta
kepedulian dan kesedihan penduduk Palestina atas terbunuhnya Yahya Ayyash.
'Aku' pun melihat sikap dan kondisi penduduk terhadap situasi negerinya.
Akhirnya 'aku' mengetahui, bagaimana sebenarnya posisi Hamas di mata
rakyat Palestina.
Setting cerpen di atas, diambil dari
suatu fakta peristiwa di Palestina. Mengindikasikan adanya riset yang
dilakukan penulis cerpen sebelum menghasilkan karya. Riset yang berusaha
menyarikan the truth (kebenaran) dari fakta-fakta. Cerpen ini
berangkat dari kebenaran yang dirumuskan sebagai cerpen faktual. Cerpen
faktual, meski dalam penulisannya berangkat dari fakta, memang tidak dapat
dikategorikan sebagai tulisan sejarah apalagi sebagai sumber sejarah. Akan
tetapi sastrawan yang baik akan selalu berhasil melukiskan dan
mencerminkan zaman dan realitas masyarakat yang dengan sendirinya
antikompromi terhadap pamalsuan sejarah. Munculnya cerpen faktual
berkaitan erat dengan perkembangan media massa. media massa yang rentan
terhadap berbagai tarikan kebijakan dan kepentingan. Faktor tersebut akan
turut mewarnai tulisannya dalam usaha menginformasikan fakta. Keterbatasan
memberikan informasi fakta ini semakin sempit dengan terjadinya
ketimpangan arus informasi di dunia.
Hingga kini, sitem informasi dunia dikelola oleh
4 kantor berita raksasa (Associated Press dan The United Press
International dari AS, Reuters dari Inggris, Agence France
Presse dari Perancis) -biasa disebut Pentagon- sebagai pusat
informasi internasional. berita-berita dari sanalah yang kemudian
mendominasi isi media massa di berbagai belahan dunia. Dominasi warna
pemberitaan ini sebagian besar mengenai masalah-masalah yang terjadi di
lingkungan negara-negara Muslim. Kemudian banyak pula yang dikutip oleh
para wartawan di negara Islam. bahkan, media Muslim menggantungkan diri
pada kantor-kantor berita tersebut untuk berita-berita hangat. Sayangnya,
walaupun bersaing ketat, kantor-kantor berita internasional itu hanya
memberikan satu perspektif tentang berita dunia. Betapa banyak berita
mengenai Islam dan dunia Islam dalam media internasional yang ditulis
dengan prakonsepsi tertentu dan mengalami didstorsi, seperti berita yang
disebarluaskan kantor-kantor berita raksasa.
Simak saja terjadinya trial by the press,
prasangka, stereotyping (penyamarataan), dan kebencian terhadap
Islam dan Arab/Timur Tengah, memang tidak dapat dihindari pertumbuhannya.
Media massa gencar menampilan cerita-cerita keliru tentang Islam. Penganut
Islam dan orang Arab digambarkan sebagai kaum bar-bar yang mengancam
manusia beradab. Alhasil media massa menjadi alat yang sangat potensial
untuk mempengaruhi pola berpikir dan prilaku orang dalam jangka waktu
panjang. Kekuatan media massa ini ditunjukkkan oleh teori komunikasi agenda
setting dimana pers sebagai media komunikasi massa tidak merefleksikan
kenyataan melainkan sebuah kaleidoskop yang menyaring dan membentuk
cahaya. Artinya, selain menginformasikan, media massa mampu mempengaruhi
persepsi khalayak mengenai suatu peristiwa. Media massa berperan penting
dalam menyikapi penting tidaknya suatu masalah. Media massa mempunyai
kepentingan dalam setiap sepak terjangnya, mereka mempunyai agenda
tersendiri dalam pemberitaan. Maka distorsi informasi dunia Muslim telah
mencapai puncaknya, ketika masyarakat mayoritas Muslim sendiri sudah
merasa phobia terhadap Islam. Terjadi distorsi informasi dunia
Muslim di berbagai media. Celakanya, untuk menghadapi kekuatan pusat
komunikasi internasional tersebut, media Muslim masih sangat lemah.
Fenomena ini mengarak pada ketidakberdayaan
jurnalisme menampilkan dan menyarikan the truth (kebenaran) dan
fakta dunia Muslim secara utuh. Harapan terciptanya tatanan dunia baru (new
world order) yang dapat disumbangkan Islam tidak dapat ujug-ujug
terjadi. Apalagi opini publik yang berorientasi negatif terhadap Islam
sedemikian meratanya dalam sistem tatanan ini. Sementara sumber daya
Muslim masih tertinggal jauh dalam bidang jurnalistik. Namun ada angin
segar dalam media kini, dimana karya sastra terutama puisi dan cerpen
mendapat tempat khusus di media massa. Munculnya cerpen faktual setidaknya
dapat menyumbangkan perannya untuk meluruskan opini publik yang keliru dan
terlanjur terbentuk.
Cerpen faktual bukanlah semata-mata produk
sastra, apalagi bila hadir di media massa, tetapi lahir dan
dipresentasikan dengan sejumlah kepentingan. Pada proses penulisan cerpen
faktual, ada suatu pengamatan terhadap gerak-gerik dan apa yang terjadi di
suatu negara, termasuk perkembangan ekonomi, politik dan sosial. Jadi tak
cukup dengan pengamatan sesaat atau pengetahuan dari buku saja untuk
menampilkan suatu peristiwa secara utuh. Porsi cerpen yang masih kecil di
media massa, bahkan alasan menyurutkan semangat memberikan kontribusi
positif terhadap keberadaannya. Sebut saja Seno Gumira Ajidarma yang
berhasil mengguncang khalayak dengan cerpen faktualnya mengenai Timor
Timur. Demikian pula Helvy Tiana Rosa, dimana keberadaan cerpen-cerpennya
menjadi fenomena, mendapat sorotan sejumlah sastrawan dan pengamat sastra
karena dianggap memiliki ciri khas menarik dalam karya-karyanya. Isi
cerpen yang sarat dengan sorotan pilihan tema, saratnya pesan moral,
kecenderungan lintas negara, riset yang dilakukan sebelum penulisan dan
pengungkapan fakta melalui cerpen.
Begitu luasnya otonomi pengungkapan fakta melalui
cerpen faktual. Di sana tidak ada bias-bias tertentu, yang menghalangi
penulisnya dalam menyarikan kebenaran. Cerpen faktual berangkat dari
komitmen kejujuran membuka jendela realitas, tanpa terikat oleh berbagai
macam kendala yang kerap mewarnai jurnalisme.

|
|
|