A |
![]() |
Sekretariat: |
Aku
mencintaimu-Mu dengan dua cinta |
A |
[KEPENGURUSAN 2003-2005] Ketua
Umum: |
"Iqra! Bismirabbikalladzi
khalaq." Begitulah perintah Allah SWT dalam ayat pertama Surat Al Alaq, yang diturunkan untuk seluruh umat manusia. Sebuah perintah yang mengawali misi suci melanjutkan risalah Islam di muka bumi. Iqra inilah yang berhasil mengubah diri Rasulullah SAW dan memberikan kekuatan kepada beliau untuk membawa perubahan bagi umat manusia. Sungguh suatu ayat perintah yang spektakuler. Subhanallah. Membaca tidak hanya berarti mengeja tulisan (secara scripturalis), seperti membaca Al Qur'an, buku-buku dan majalah. Tetapi secara lebih luas lagi, membaca bisa berarti melakukan analisa terhadap fenomena yang ada, baik fenomena alam maupun fenomena sosial. Dengan satu catatan, membacanya harus dengan atas nama Allah SWT. Seluruh aktifitas membaca kita, ditujukan untuk meraih ridha Allah SWT. Dengan demikian, muara Iqra kita adalah keimanan yang semakin dalam kepada Allah yang telah menciptakan seluruh alam raya beserta isinya ini. Susunan tata surya dan galaksi, turunnya hujan, mengalirnya air sungai, kebiasaan semut bersalaman, laba-laba membuat sarang, peristiwa gempa, banjir, dll adalah beberapa contoh fenomena alam yang merupakan tanda-tanda kebesaran Allah Ta'ala. Sementara itu, krisis akhlaq, ekonomi, politik dan multi krisis lainnya, merupakan fenomena sosial yang juga merupakan obyek baca bagi manusia. Sayangnya, perintah Iqra yang agung ini telah banyak ditinggalkan oleh umat Islam, terutama para pemuda sebagai generasi bangsa mujaddid dan mujahid. Minat baca di kalangan pemuda saat ini sangat minim. Warisan budaya lisan (di Indonesia), yang melahirkan kebiasaan melihat dan mendengarkan, menjadi salah satu faktor penyebab lemahnya budaya baca masyarakat. Hal ini terbukti dengan masih tingginya angka buta huruf pada kelompok usia 10 tahun ke atas. Laki-laki mencapai 6,9 juta orang, sedangkan perempuan mencapai 14,6 juta orang. Warisan budaya lisan ini diperkuat dengan semakin banyaknya media audio visual, seperti televisi dan VCD. Seseorang akan lebih senang nonton TV berlama-lama daripada membaca buku atau mengerjakan PR. Selain itu, budaya materialistis juga menjadi virus bagi minat baca masyarakat. Dapat kita saksikan di setiap rumah, di kebanyakan masyarakat kita. Mereka lebih senang menyimpan pajangan benda-benda hiasan lemari atau buffet rumah mereka seperti piring, gelas, guci, tembikar dan ukiran. Sangat sedikit sekali kita dapatkan buku-buku yang berderet rapi, dari yang paling tipis hingga yang paling tebal, di dalam lemari atau buffet rumah mereka. Padahal dari segi manfaat, kegiatan membaca akan memberikan faedah dan keutamaan yang besar sekali. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh sebuah sekolah dasar di Kota Denver, Amerika Serikat, anak yang sudah dibiasakan membaca sejak usia pra-sekolah tidak menemukan kesulitan dalam bergaul serta memiliki kecakapan membaca di atas rata-rata. Selain itu, dengan membaca, wawasan pengetahuan kita akan semakin bertambah banyak. Lebih penting lagi, dengan membaca, kita akan mendapat bekal kesuksesan dan keselamatan kita mengemban amanah Allah sebagai khlaifah di muka bumi. Dalam hal budaya baca, kita patut ngiri pada orang-orang Rusia dan Jepang. Di Rusia misalnya, anak SMU diharuskan bisa membaca ratusan novel. Sementara Jepang, produksi buku per tahunnya sangat banyak, hingga jutaan jenis buku dicetak, karena orang-orangnya pada keranjingan membaca. Begitu pula dengan negara-negara yang mengklaim dirinya sebagai negara maju, buku telah dirasakan sebagai kebutuhan. Lain sekali dengan kondisi di Indonesia. Budaya baca yang rendah telah menyebabkan produksi buku juga rendah. Para penerbit tidak berani mencetak buku dalam jumlah banyak karena akan rugi dengan sedikitnya pembeli. Ujung-ujungnya, harga buku melambung tinggi dan semakin lengkaplah alasan bagi masyarakat, terutama generasi muda, untuk enggan membeli buku. Memang perlu adanya upaya untuk memasyarakatkan budaya membaca, mulai dari rumah (keluarga), sekolah, dan lingkungan yang lebih luas lagi. Peran orang tua dan atau guru sangat menentukan keberhasilan menumbuhkan minat baca di kalangan pemuda. Selain itu, keterlibatan pemerintah dan penerbit buku sangat diharapkan untuk menciptakan suasana kondusif bagi pembaca. Anggaran pendidikan yang masih rendah (hanya 5% dari RAPBN 2001), turut memandulkan minat baca para siswa/mahasiswa di negeri ini. Saat ini diperlukan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan, terutama pengadaan buku-buku dan perpustakaan yang memadai. Membaca dengan nama Allah (bismi Rabb) merupakan problem solver bagi umat manusia, karena dengan membaca, kita akan berupaya ntuk mengetahui akar masalah, kemudian menemukan solusi dan hikmah dari setiap masalah yang dihadapi. Semoga dengan aktivitas membaca ini, kita terhindar dari golongan orang-orang yang celaka, sebagaimana yang dirisaukan Rasulullah SAW. Wallahu'alam. |
|||||||
:: Artikel Menitipkan pesan pada cerkan - Abu Izzati Ketika fiksi menyikapi fakta - Abu Izzati Cerpen faktual? Oye!!! - Tammi Tinami F. :: Cerpen :: Wacana
|
:: Puisi Sketsa jalan (Nurleilla Hsoleh), Rumah kardus (Lina Herlina), Kerinduan semu (Ipah Latifah), Dagelan hati (Aswi), Do'a (Aswi), dan Menjadi tuhan, Tuhan (M. Irfan Hidayatullah) |
|||||||
:: Info Karya anggota, yaitu kumpulan berita tentang anggota FLP Bandung yang karyanya berhasil dibukukan, baik tergabung dalam antologi bersama, atau pun merupakan kumpulan cerpen sendiri, termasuk novel. |
||||||||
A | A |
A copyright by FLP Bandung 2003 |