1

MENJELANG MAUT

Home

Menjelang Maut

1 2 3 4 5

Bismillaahir Rohmaanir Rohiim
Assalaamu'alaikum warohmatullaahi wabarokaatuh

Kita di ciptakan oleh Allah SWT sebenarnya adalah untuk beribadah kepada-Nya,
Kita sering kali lupa bahwa suatu saat nanti Malaikat Maut Pasti akan menjemput Kita.


"Semoga Artikel ini bermanfaat untuk Kita semua"

--------
KEDAHSYATAN SAAT MENJELANG MAUT (1)

Ketahuilah bahwa seandainya di hadapan manusia yang malang itu tidak
ada teror, malapetaka ataupun siksaan kecuali sakratul maut saja, maka itu
sudah cukup untuk menyusahkan hidupnya, menghalangi kegembiraannya, dan
mengusir kealpaan maupun kelengahannya. Seharusnya dia senatiasa memikirkan
hal ini dan meningkatkan perhatian dalam mempersiapkan diri untuk
menghadapinya, apalagi karena setiap saat dia berada di dalam genggamannya.
Sebagaimana pernah dikatakan oleh seorang filsuf, "malapetaka di tangan
orang lain tak bisa diramalkan". Dan Luqman pernah berkata kepada anaknya,
"Wahai, anakku. Jika ada sesuatu yang tak bisa kau pastikan bila dia datang,
maka persiapkan dirimu untuk menghadapinya sebelum dia mendatangimu
sedangkan engkau dalam keadaan lengah."

Yang mengherankan adalah bahwa seringkali seorang manusia, meskipun dia
tengah menikmati hiburan atau berada di tempat yang paling menyenangkan,
akan merasakan cemas dengan kemungkinan kedatangan seorang tentara yang akan
menyerangnya. Karena rasa cemas itu, kenyamanannya pun merasa terganggu dan
napasnya terasa sesak. Akan tetapi, dia lalai akan keadaannya yang setiap
saat bisa didatangi oleh Malaikat Maut yang akan menimpakan ke atas dirinya
derita pencabutan nyawa. Tak ada lagi sebab bagi kelalaian seperti ini
kecuali sikap masa bodoh dan keteperdayaan.

Ketahuilah bahwa ke-luarbiasa-an rasa sakit dalam sakratul maut tak
dapat diketahui dengan pasti kecuali oleh orang yang telah merasakannya.
Sedangkan orang yang belum pernah merasakannya hanya bisa mengetahuinya
dengan cara menganalogikannya dengan rasa sakit yang benar-benar pernah
dialaminya, atau dengan cara mengamati orang lain yang sedang berada dalam
keadaan sakratul maut. Lewat jalan analogi, yang akan membuktikannya derita
sakratul maut, akan diketahui bahwa setiap anggota badan yang sudah tidak
bernyawa tidak lagi bisa merasakan sakit.

Jika ada jiwa, maka serapan rasa sakit itu tentulah berasal dari
aktivitas jiwa. Dan ketika ada anggota tubuh yang terluka atau terbakar,
maka pengaruhnya akan menjalar kepada jiwa. Dan sesuai dengan kadar yang
menjalar ke jiwa, maka sebesar itu pula rasa sakit yang dialami oleh
seseorang. Derita rasa sakit itu terpisah dari daging, darah, dan semua
anggota tubuh yang lain. Tak ada yang bisa mencederai jiwa kecuali
penyakit-penyakit tertentu. Jika salah satu dari sekian banyak penyakit
langsung mengenai jiwa dan tidak berpencar ke bagian-bagian yang lain, maka
betapa pedih dan kerasnya rasa sakit itu.

Sakratulmaut adalah ungkapan tentang rasa sakit yang menyerang inti
jiwa dan menjalar ke seluruh bagian jiwa, sehingga tak ada lagi satupun
bagian jiwa yang terbebas dari rasa sakit itu. Rasa sakit tertusuk duri
misalnya, menjalar pada bagian jiwa yang terletak pada anggota badan yang
tertusuk duri. Sedangkan pengaruh luka bakar lebih luas karena bagian-bagian
api menyebar ke bagian-bagian tubuh lain sehingga tidak ada bagian dalam
ataupun luar anggota tubuh yang tidak terbakar, dan efek terbakar itu
dirasakan oleh bagian-bagian jiwa yang mengalir pada semua bagian daging.
Adapun luka tersayat pisau hanya akan menimpa bagian tubuh yang terkena, dan
karena itulah rasa sakit yang diakibatkan oleh luka tersayat pisau lebih
ringan daripada luka bakar.

Akan tetapi rasa sakit yang dirasakan selama sakratulmaut menghujam
jiwa dan menyebar ke seluruh anggota badan, sehingga pada orang yang sedang
sekarat merasakan dirinya ditarik-tarik dan dicerabut dari setiap urat nadi,
urat saraf, persendian, dari setiap akar rambut, kulit kepala sampai ke
ujung jari kaki. Jadi, jangan Anda tanyakan lagi tentang derita dan rasa
sakit yang tengah dialaminya.

Karena alasan inilah dikatakan bahwa "maut lebih menyakitkan daripada
tusukan pedang, gergaji atau sayatan gunting". Karena rasa sakit yang
diakibatkan oleh tusukan pedang terjadi melalui asosiasi bagian tubuh yang
tertusuk dengan ruh, maka betapa sangat sakitnya jika luka itu langsung
dirasakan oleh jiwa itu sendiri ! Orang yang ditusuk bisa berteriak
kesakitan karena masih adanya sisa tenaga dalam hati dan lidahnya. Sedangkan
suara dan jeritan orang yang sekarat, terputus karena rasa sakit yang amat
sangat dan rasa sakit itu telah memuncak sehingga tenaga menjadi hilang,
semua anggota tubuh melemah, dan sama sekali tak ada lagi daya untuk
berteriak meminta pertolongan. Rasa sakit itu telah melumpuhkan akalnya,
membungkam lidahnya, dan melemahkan semua raganya. Dia ingin sekali meratap,
berteriak, dan menjerit meminta tolong, namun dia tak kuasa lagi melakukan
itu. Satu-satunya tenaga yang masih tersisa hanyalah suara lenguhan dan
gemeretak yang terdengar pada saat ruhnya dicabut.

Warna kulitnya pun berubah menjadi keabu-abuan menyerupai tanah liat,
tanah yang menjadi sumber asal-usulnya. Setiap pembuluh darah dicerabut
bersamaan dengan menyebarnya rasa pedih ke seluruh permukaan dan bagian
dalamnya, sehingga bola matanya terbelalak ke atas kelopaknya, bibirnya
tertarik ke belakang, lidahnya mengerut, kedua buah zakar naik, dan ujung
jemari berubah warna menjadi hitam kehijauan. Jadi, jangan lagi Anda
tanyakan bagaimana keadaan tubuh yang seluruh pembuluh darahnya dicerabut,
sebab satu saja pembuluh darah itu ditarik, rasa sakitnya sudah tak
kepalang. Jadi, bagaimanakah rasanya jika yang dicabut itu adalah ruh, tidak
hanya dari satu pembuluh, tetapi dari semuanya?

Kemudian satu per satu anggota tubuhnya akan mati. Mula-mula telapak
kakinya menjadi dingin, kemudian betis dan pahanya. Setiap anggota badan
merasakan sekarat demi sekarat, penderitaan demi penderitaan, dan itu terus
terjadi hingga ruhnya mencapai kerongkongannya. Pada titik ini berhentilah
perhatiannya kepada dunia dan manusia-manusia yang ada di dalamnya. Pintu
taubat ditutup dan diapun diliputi oleh rasa sedih dan penyesalan.

Rasulullah SAW bersabda : "Taubat seorang manusia tetap diterima selama
dia belum sampai pada sakratulmaut." (Hakim, IV.257)

Mujahid mengatakan [dalam menafsirkan] Firman Allah SWT, "Taubat
bukanlah untuk mereka yang berbuat jahat, dan kemudian manakala maut telah
datang kepada salah seorang di antara mereka, dia berkata : Sekarang aku
bertaubat :" (QS 4:18) , yakni 'ketika dia melihat datangnya utusan-utusan
maut' (yakni para malaikat).

Pada saat ini, wajah Malaikat Maut muncul di hadapannya. Janganlah Anda
bertanya tentang pahit dan getirnya kematian ketika terjadi sakratulmaut!
Karena itulah Rasulullah SAW bersabda : "Ya Allah Tuhanku, ringankanlah
sakratulmaut bagi Muhammad." (Ibn Majah, Janaa'iz, 64) Sesungguhnya sebab
manusia tidak memohon perlindungan darinya dan tidak memandangnya dengan
penuh rasa gentar adalah karena kebodohan mereka. Ini karena banyak hal yang
belum pernah terjadi hanya bisa diketahui melalui cahaya kenabian dan
kewalian. Itulah sebabnya para nabi alaihimussalaam dan para wali senantiasa
berada dalam keadaan takut kepada maut. Bahkan Isa a.s bersabda, "Wahai,
para sahabat. Berdoalah kepada Tuhan SWT agar DIA meringankan sekarat ini
bagiku. Sebab rasa takutku kepadanya setiap saat justru bisa menyeretku ke
tepi jurangnya."

.

Disadur dari posting Maillis Padhang Mbulan