2

MENJELANG MAUT

Home

Menjelang Maut

1 2 3 4 5


KEDAHSYATAN SAAT MENJELANG MAUT (2)

Diriwayatkan pada suatu ketika sekelompok Bani Israil berjalan melewati
pekuburan, dan salah seorang di antara mereka berkata kepada yang lain,
"Bagaimana jika kalian berdoa kepada Allah SWT agar DIA menghidupkan satu
mayat dari pekuburan ini dan kalian bisa mengajukan beberapa pertanyaan
kepadanya?" Mereka pun lalu berdoa kepada Allah SWT. Tiba-tiba mereka
berhadapan dengan seorang laki-laki dengan tanda-tanda sujud di antara kedua
matanya yang muncul dari salah satu kuburan itu. "Wahai, manusia. Apa yang
kalian kehendaki dariku? Lima puluh tahun yang lalu aku mengalami kematian,
namun kini rasa pedihnya belum juga hilang dari hatiku !"

Aisyah r.a berkata, "Aku tidak iri kepada seorangpun yang dimudahkan
sakratul maut atasnya setelah aku menyaksikan gejolak sakratul maut pada
diri Rasulullah SAW."

Diriwayatkan bahwa Nabi SAW pernah bersabda, "Ya Allah, sesungguhnya
engkau telah mencabut nyawa dari urat-urat, tulang hidung dan ujung-ujung
jari. Ya Allah, tolonglah aku dalam kematian, dan ringankanlah dia atas
diriku." (Ibn Abi'l-Dunya, K. Al-Maut, Zabiidii, X.260)

Diriwayatkan dari Al-Hasan bahwa suatu ketika Rasulullah SAW
menyebut-nyebut kematian, cekikan, dan rasa pedih. Beliau bersabda,
"Sakitnya sama dengan tiga ratus tusukan pedang." (Ibn Abi'l-Dunya, K.
Al-Maut, Zabiidii, X.260)

Suatu ketika Beliau SAW pernah ditanya tentang pedihnya kematian. Dan
Beliau menjawab, "Kematian yang paling mudah ialah serupa dengan sebatang
pohon duri yang menancap di selembar kain sutera. Apakah batang pohon duri
itu dapat diambil tanpa membawa serta bagian kain sutra yang terkoyak?"
(Ibn Abi'l-Dunya, K. Al-Maut, Zabiidii, X.260)

Suatu ketika Beliau menjenguk seseorang yang sedang sakit, dan beliau
bersabda, "Aku tahu apa yang sedang dialaminya. Tak ada satu pembuluhpun
yang tidak merasakan pedihnya derita kematian." (Al Bazzar, Al-Musnad,
Haitsami, Majma`, II.322)

Ali kw biasa membangkitkan semangat tempur orang banyak dengan berkata,
"Apakah kalian semua tidak akan berperang dan lebih memilih mati dengan
(cara biasa)? Demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, tusukan seribu
pedang adalah lebih ringan atasku daripada mati di tempat tidur."

Al-Auzaa`i berkata, "Telah disampaikan kepada kami bahwa orang mati itu
terus merasakan sakitnya kematian sampai dia dibangkitkan dari kuburnya."

Syaddad bin Aus berkata, "Kematian adalah penderitaan yang paling
menakutkan yang dialami oleh seorang yang beriman di dunia ini atau di
akhirat nanti. Ia lebih menyakitkan daripada dipotong-potong dengan gergaji,
disayat dengan gunting, atau digodok dalam belanga. Seandainya seseorang
yang sudah mati bisa dihidupkan kembali untuk menceritakan kepada manusia di
dunia ini tentang kematian , niscaya mereka tidak mempunyai gairah hidup dan
tidak akan bisa merasakan nikmatnya tidur."

Zaid bin Aslam meriwayatkan bahwa suatu ketika ayahnya berkata, "Jika
bagi seorang beriman masih ada derajat tertentu (maqam) yang belum berhasil
dicapainya melalui amal perbuatannya, maka kematian dijadikan sangat berat
dan menyakitkan agar dia bisa mencapai kesempurnaan derajatnya di surga.
Sebaliknya, jika seorang kafir mempunyai amal baik yang belum memperoleh
balasan, maka kematian akan dijadikan ringan atas dirinya sebagai balasan
atas kebaikannya dan dia nanti akan langsung mengambil tempatnya di neraka."

Diriwayatkan bahwa ada seseorang yang gemar bertanya kepada sejumlah
besar orang sakit mengenai bagaimana mereka mendapati (datangnya) maut. Dan
ketika (pada gilirannya) dia jatuh sakit, dia ditanya, "Dan engkau sendiri,
bagaimana engkau mendapatinya?" Dia menjawab, "Seakan-akan langit runtuh ke
bumi dan ruhku ditarik melalui lubang jarum."

Dan Nabi SAW berkata, "Kematian yang tiba-tiba adalah rahmat bagi orang
yang beriman, dan nestapa bagi pendosa." (Abu Daud, Janaa'iz, 10)

Diriwayatkan dari Makhul bahwa Nabi SAW bersabda, "Seandainya seutas
rambut dari orang yang sudah mati diletakkan di atas para penghuni langit
dan bumi, niscaya dengan izin Allah SWT mereka akan mati karena maut berada
di setiap utas rambut, dan tidak pernah jatuh pada sesuatupun tanpa
membinasakannya." (Ibn Abi'l Dunya, K. Al-Maut, Zabiidii, X.262)

Diriwayatkan bahwa 'Seandainya setetes dari rasa sakitnya kematian
diletakkan di atas semua gunung di bumi, niscaya gunung-gunung itu akan meleleh.'

Diriwayatkan bahwa ketika Ibrahim a.s meninggal dunia, Allah SWT
bertanya kepadanya, "Bagaimanakah engkau merasakan kematian, wahai
teman-Ku?" dan beliau menjawab, "Seperti sebuah pengait yang dimasukkan ke
dalam gumpalan bulu yang basah, kemudian ditarik." "Yang seperti itu sudah
Kami ringankan atas dirimu", Firman-Nya.

Diriwayatkan tentang Musa a.s bahwa ketika ruhnya akan menuju ke
hadirat Allah SWT, DIA bertanya kepadanya, "Wahai Musa, bagaimana engkau
merasakan kematian?" Musa menjawab, "Kurasakan diriku seperti seekor burung
yang dipanggang hidup-hidup, tak mati untuk terbebas dari rasa sakit dan tak
bisa terbang untuk menyelamatkan diri." Diriwayatkan juga bahwa dia
berkata, "Kudapati diriku seperti seekor domba yang dipanggang hidup-hidup."

Diriwayatkan bahwa ketika Nabi SAW berada di ambang kematian, di dekat
Beliau ada seember air yang ke dalamnya Beliau memasukkan tangan untuk
membasuh mukanya seraya berdoa, "Wahai Tuhanku, ringankanlah bagiku sakratul
maut !" (Bukhari, "Riqaq", 42) Pada saat yang sama, Fathimah r.a berkata,
"Alangkah berat penderitaanku melihat penderitaanmu, Ayah." Tetapi Beliau
berkata, "Tidak akan ada lagi penderitaan ayahmu sesudah hari ini." (Ibn
Majah, Janaa'iz, 45)

Umar r.a berkata kepada Ka`b Al-Ahbar, "Wahai Ka`b, berbicaralah kepada
kami tentang kematian !" "Baik, wahai Amirul Mu'minin," jawabnya. "Kematian
adalah sebatang pohon berduri yang dimasukkan ke dalam perut seseorang.
Kemudian seorang laki-laki menariknya dengan sekuat-kuatnya, maka ranting
itu pun membawa serta semua yang terbawa dan meninggalkan yang tersisa."

Nabi SAW bersabda, "Manusia pasti akan merasakan derita dan rasa sakit
kematian, dan sesungguhnya sendi-sendinya akan mengucapkan selamat tinggal
satu sama lain seraya berkata, "Sejahteralah atasmu, sekarang kita saling
berpisah hingga datang hari kiamat." (Qusyairi, Risalah, II.589)

Itulah sakratul maut yang dirasakan oleh para Wali Allah dan
hamba-hamba yang dikasihi-Nya. Lalu bagaimanakah nanti yang akan kita
rasakan nanti, padahal kita selalu bergelimang dalam perbuatan dosa?

.

Disadur dari posting Maillis Padhang Mbulan