![]() ![]() ![]() |
ALL AGES : REFLECTION ON STRAIGHT EDGE by Porcell
Artikel ini aslinya adalah
bagian dari sebuah buku ALL AGES : REFLECTION ON STRAIGHT EDGE keluaran
Revelation Records. Buku ini berisi sejarah dan wawancara dengan para “tokoh”
sxe saat itu. Artikel ini tidak saya dapatkan dari bukunya, karena saya sendiri
belum punya. Artikel ini saya dapat dari salah satu unofficial webnya Shelter.
Kalo ada dari kalian yang mempunyai buku tsb saya akan sangat tertarik untuk
mengopinya. Silakan kontak saya via email.
Saya selalu menyukai punk rock, bahkan sejak saya kecil. Saya memulainya dengan mendengarkan KISS di kelas lima sampai jamming memainkan Sex Pistols di kelas enam. Kemudian saya menyukai hardcore saat SMP dan tidak pernah berpaling ke musik lain. Saat itu saya berada di kelas sembilan saat pertama pergi ke Anthrax. Itulah saat pertama saya mengenal Straight Edge. Beberapa dari band favorit saya yaitu Minor Threat, 7 Seconds, Youth Brigade– band-band yang sangat menginspirasi, band-band yang memiliki sesuatu untuk dikatakan. Hal itulah yang membuat saya tertarik pada hardcore dan musik punk yang memiliki integritas dan kejujuran. Tidak seperti musik-musik payah yang didengarkan kakak saya seperti Rush, AC/DC–hal seperti itu yang tidak dapat saya mengerti.
Saya belajar bagaimana memainkan beberapa chord gitar dan memainkan beberapa lagu dari band-band punk saat saya kecil. Kemudian saya bertemu Ray, dan saya bergabung dengan Violent Children. Kami sama-sama menyukai musik yang sama–Straight Edge, positive, tapi beberapa orang lain di band ini tidak. Saya dan Ray menginginkan sesuatu yang serius. Pada dasarnya apa yang ingin kami lakukan adalah memulai band hardcore yang serius dengan energi seperti Negative Approach, tapi dicampurkan dengan pesan-pesan postitif dari band seperti 7 Seconds. Dan itulah yang kami lakukan. Saat itu, semua band favorit kami, seperti Minor Threat dan DYS telah bubar. Speed metal adalah hal besar selanjutnya. Tapi kami tidak menyukainya karena terlalu banyak pretensi dan kebodohan datang dari scene metal dan musiknya. Sebagai pembalasannya, kami akan memulai band hardcore terkeras yang ada saat itu. Kami bahkan mengambil nama yang umum – Youth Of Today. Itu adalah sebuah nama yang simpel, mendasar dan to the point. Kami menggambar X besar pada tangan kami dan bersiap untuk menaklukan scene.
Kebanyakan dari orang-orang di scene mabuk, kecuali kami, jadi kami benar-benar minoritas. Menjadi seorang Straight Edge di SMU benar-benar tidak pernah didengar. Saya sekolah di John Jay High, sekolah yang sama dengan anak-anak dari Bold. Saat kami pertama into Straight Edge things, terdapat banyak sekali tekanan untuk minum dan memakai drugs– bukan hanya dari anak-anak di sekolah tetapi juga dari punk-punk di scene. Jadi kami memutuskan untuk membalik tekanan tersebut. We’re straight–loud, proud and outspoken. Saya ingat Ray bahkan mempunyai jaket yang berbunyi “Straight Edge In Your Face” di belakangnya. Pernah sekali, saat Dead Kennedys main, saya melompat ke atas pangggung mengambil rokok dari mulut pemain bass dan membuangnya ke lantai dan mematikannya. Tentu saja, saat itu saya masih muda dan bodoh, tapi saat itu itulah cara kami menghadapi tekanan yang datang saat menjadi seorang remaja. Itulah bentuk perlawanan kami melawan mainstream.
Selang beberapa waktu, Youth Of Today menjadi benar-benar serius untuk membawa pesan-pesan positif, musik yang sangat kuat, dan kami tahu bahwa hal ini berpotensi untuk menginspirasi orang lain dan mengubah hidup mereka. Tapi kemudian saya menyadari bahwa ketidaktoleranan tidak mengubah apa-apa. Saat kamu berlaku dengan cara itu, orang-orang tidak akan mendengarkan dan menanggapi dengan serius. Mereka hanya akan berpaling, dan gap komunikasi akan lebih melebar lagi. Kami mempunyai pesan yang kami ingin orang lain mendengarnya, jadi menerapkan pendapatan yang berbeda. Kami mencoba untuk menjadi contoh dari hidup bersih. Saat orang-orang melihat kami bersungguh-sungguh, saat itulah mereka teranspirasi. “Practice what you preach”.
Saat kami pindah ke New York City, saya ingat kali pertama Youth Of Today main di CBGB. Ya Tuhan, scene saat itu sungguh sangat berorientasi drug, orang-orang menghirup lem dan merokok ganja di mana-mana. Setelah kami selesai tampil, John Stiff menghampiri kami dan berkata, “oh, kalian band Straight Edge ya? Kalian tidak akan pernah berhasil di New York.” dan saya hampir mempercayainya.
Yeah, saat pertama tiba di New York saya benci scene ini. Dimanakah punk, sang alternatif? Maksud saya, pakaiannya memang lebih kotor dan potongan rambutnya lebih aneh, tapi pada dasarnya kita melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan oleh bangsat-bangsat di sekolah–mendengarkan musik, mabuk dan berkelahi. Mereka mengingatkan saya pada kakak saya, hanya saja ia mabuk dan pergi ke Ozzy show dan punk-punk itu menghirup lem dan pergi ke CBGB. Jadi apa bedanya? Saya masuk ke dalam punk terutama untuk pergi dari semua sampah itu. Saya rasa itulah mengapa segala macam hal-hal Straight Edge berhasil di kota. Orang-orang telah siap untuk sebuah alternatif yang nyata. Mereka menginginkan sesuatu dengan hakekat, dengan pesan, sesuatu yang akan menolong mereka bangkit dari keadaan sekeliling mereka yang menyedihkan, tidak membuat mereka semakin terjerat di dalamnya. Dan bung, Straight Edge berkembang seperti api yang liar. Itu adalah saat yang paling menggairahkan di New York.
Semua band-band Straight Edge yang lain mulai bermunculan–Gorilla Biscuit, Side By Side......bahkan Warzone berubah straight!!! Saya tidak mempercayainya! Semuanya kelihatan terjadi begitu cepat. Sungguh menakjubkan, sebenarnya. Scene yang tadinya begitu terpuruk dengan budaya drug telah sepenuhnya berubah. John Stiff pastilah mengaruk-garuk kepalanya, bertanya-tanya apa yang sedang terjadi. Setelah Youth Of Today mengeluarkan “Break Down The Walls”, kami tur ke seluruh penjuru negara, yang masih merupakan hal yang jarang untuk saat itu. Sebuah scene Straight Edge berkembang di seluruh penjuru negara. Kami tampil dan beratus-ratus kids akan datang, dan saya maksud, mereka akan menggila–stage diving and singing along dengan X ditangan mereka dan semuanya. Bahkan di Eropa, Straight Edge menjadi booming.
Setelah lagu Youth of Today “No More” keluar, praktis seluruh scene menjadi vegetarian. Saat kami menulis lagu itu, kami tidak yakin apakah kids akan setuju dengan ide ini atau malah tidak memperdulikannya. Tapi kami tidak perduli. Itu adalah sebuah pesan yang sangat penting, dan kami pikir jika orang-orang benar-benar serius tentang tidak meracuni diri mereka dan mempolusikan pikiran mereka, mereka harus mengimplementasikannya. Kemudian dengan cepat menjadi seorang vegetarian sejalan dengan menjadi Straight Edge. Hal ini benar-benar menganspirasikan bahwa mereka benar-benar mengambil pesan-pesan tersebut ke dalam hati mereka. Kemudian hal-hal mulai berubah, dan ini benar-benar memberi kami semangat revolusioner. Kami keluar untuk mengubah dunia.
Kemudian hal ini mulai mejadi salah. Tentu, Straight Edge memang populer, tapi saat mulai menjadi populer, banyak kids mulai menjadi Straight Edge hanya karena inilah hal “cool” yang harus mereka ikuti. Straight Edge menjadi trendi. Seperti halnya trend yang lain, ia memiliki puncak dan keruntuhan–dan Straight Edge hancur total. Ini sungguh menhancurkan hati. Dapat saya sebut sekitar 90 persen dari para Straight Edge-ers di era “Youth Crew” pergi ke college dan mulai berpesta-pesta. Saya menjadi kecewa dengan scene Straight Edge. Saya sedih karena setelah semua tour-tour, setelah semua teriakan-teriakan, semua sing along, kelihatannya mereka tidak benar-benar berubah. Seperti yang dikatakan Sheakspeare “Full of sound, signifying nothing” (penuh suara, tanpa berarti apa-apa). Itulah perasaan saya dan itu menghancurkan saya. Saya rasa itulah mengapa Youth of Today memutuskan bubar. Begitu juga dengan Judge.
Saat kami pergi untuk tur terakhir Judge, seluruh image “tough guy” mulai tidak terkendali. Setiap show dimana Judge bermain selalu ada banyak sekali kekerasan. Yang paling buruk dari hal ini adalah anak-anak yang memulai perkelahian terpengaruh secara langsung oleh band kami. Saya bahkan tidak dapat menghitung berapa kali bangsat-bangsat ini akan menghampiri kami dan menyombongkan bagaimana mereka telah mematahkan gigi seseorang dan menunggu tanda persetujuan dari saya dan Mike–bahwa kami menyukai hal itu. Kelihatannya semua orang memiliki anggapan bahwa Mike adalah sosok hebat dari karakter hardline. Walaupun dia memiliki sisi itu, Mike sebenarnya sangat sensitif, orang yang perhatian. Dia tidak menyukai semua kebodohan itu. Tapi Judge telah terlanjur memiliki image kekerasan yang nyata. Hal yang sangat aneh. Bukan perasaan yang baik mengetahui bahwa kami secara tidak langsung bertanggung jawab. Jadi semua hal dengan Judge ini benar-benar membuat saya dan Mike hancur. Setelah berusaha menyampaikan sesuatu yang jujur, setelah mencoba menjadi sebuah inspirasi, semuanya berlalu begitu saja di hadapanmu. Dan jika itu adalah hasilnya, tidak ada manfaatnya menjadi sebuah band. Jadi Judge bubar. Ini membuat saya sadar bahwa saat kamu berada di band dan kau naik ke atas panggung, baik kau suka atau tidak kau menjadi contoh/panutan. Dan itu bisa menjadi sesuatu yang berbahaya.
Rilisan kami terjual sekitar 30
ribu - 40 ribu kopi, jadi banyak yang benar-benar memasukkannya ke hati. Dan itu
adalah tanggung jawab yang
besar karena kamu memiliki pengaruh atas hidup mereka. Demikian halnya dengan
rekaman Project X. Kami menulis, merekam, dan memixingnya dalam waktu sekitar
tiga hari. Kami tidak menyangka akan menjadi sepopuler itu. Dan lebih dari
sekali, saya menyesalinya karena semua kekerasan dan ketidaktoleranan yang
disebabkan oleh rekaman ini. Hal itu bukan seperti saya sama sekali, jadi itu
adalah sebuah pelajaran yang baik. Jika saya memiliki pengaruh terhadap
seseorang, tentu saja saya menginginkan itu adalah pengaruh yang baik. Itu
adalah musik menurut saya–motivasi menuju sesuatu yang lebih baik.
Setelah itu, saya ada di Gorilla Biscuit untuk beberapa waktu. Dan itu adalah situasi yang aneh bagi saya karena seluruh personel lainnya belum menjadi Straight Edge saat itu. Tapi, di situlah kami, menyanyikan semua lagu-lagu Straight Edge dan saya menyaksikan kids singing along dengan penuh kesungguhan. Saya merasa sedikit berkompromi. Saya rasa saat itulah kekecewaan saya dengan hardcore mencapai batasnya.
Inilah krisis saya. Inilah kami setelah tahun-tahun tersebut, menyanyikan “Make a change, make a change, make a change.” Dan setelah semua teriakan-teriakan dan ocehan saya mengenai perubahan dan pertumbuhan personal, saya tidak dapat mengubah diri saya sendiri. Seharusnya saya melawan ekploitasi wanita, dan saat kami pergi tur dan apa yang dapat saya lakukan? Saya akan scamming pada wanita-wanita. Saya melawan ketidakjujuran, tapi saya bekerja di sebuah toko health food dan setiap malam saya mencuri sekitar $20 dari kasir dan membawa pulang sekantong barang grosir tanpa membayar. Suatu malam saya pulang ke apartemen sesudah mencuri sekantong besar makanan dan ini menyadarkan saya – saya adalah seorang munafik. Ini sungguh membuat saya merevaluasi hidup saya.
Saya sadar bahwa kamu tidak dapat hanya berbicara mengenai perubahan. Tidak akan cukup hanya meneriakkan slogan-slogan atau mengacungkan kepalan tangan X-mu di udara. Sebelum kamu dapat mempengaruhi terhadap dunia luar, pertama kamu harus mengubah dunia di dalam dirimu. Dan jelas untuk saya bahwa kesadaran saya memerlukan sebuah kerja keras–pada level spiritual.
Setelah sejumlah pencarian jiwa, saya berhenti dari pekerjaan, pindah dari apartemen saya, menjual semua yang saya miliki termasuk record label saya–meninggalkan semua teman-teman saya dan pindah ke kuil Krishna. Saya tahu bahwa terdapat kebenaran dalam filosofi Bhagavad Gita, tapi saya sadar bahwa saya tidak akan pernah menyadari kebenaran itu kecuali saya hidup dalam gaya hidup spiritual. Kelihatannya seperti hal yang tidak mungkin di New York–terdapat banyak sekali pengaruh negatif untuk saya di sana. Jadi saya pindah ke sebuah area pertanian tempat perlindungan sapi yang disponsori oleh organisasi Krishna di Pennsylvania. Yeah, saya telah melakukan hal itu. Saya meninggalkan hardcore dan semua kemunafikannya. Saya tinggalkan semua iri hati dan kompetisi saya yang sejalan dengan menjadi sebuah band. Saya memutuskan turun dari lampu sorot, dan saya merasakan sebuah kedamaian. Kemudian muncul entah dari mana, Ray–well, saat itu ia adalah Ragunatha dasa–memanggil saya dan berusaha mengajak saya untuk bergabung dengan Shelter. Saya katakan secara baik-baik untuk melupakannya. Saya tidak siap untuk melompat kembali ke dalam api. Tapi sebenarnya dalam Bhagavad Gita, Krishna mengatakan tidaklah penting apa yang kamu lakukan, tapi kesadaran di balik apa yang kamu lakukanlah yang terpenting. Jadi dengan sangat berhati-hati saya mulai berhati-hati saya mulai bersiap untuk hardcore lagi, tapi saat ini saya memutuskan untuk melakukannya dengan jalan spiritual. Dan hal inilah yang membuat semua perubahan.
Jadi sekarang saya masih tergabung dalam sebuah band, masih berusaha untuk membuat perubahan dan masih berusaha sebaik mungkin untuk tidak jatuh dalam sasaran gengsi dan pujaan. Saya menemukan bahwa jika saya membiarkan diri saya jatuh dan merasa saya adalah seseorang, itu hanya akan membawa kembali semua kenangan lama yang tidak enak. Sekarang saya harus memastikan meditasi konstan saya adalah bahwa saya bersama Shelter sebagai sebuah pelayanan sederhana untuk berusaha untuk memberi penerangan kepada diri saya dan orang lain. Dalam hal ini, saya menemukan bahwa berada dalam sebuah band sebenarnya memiliki suatu tujuan dan memuaskan. Daripada naik ke atas panggung untuk menunjukkkan betapa coolnya saya, saya melakukannya untuk menyebarkan pengetahuan spiritual, dan dengan jalan ini orang-orang di kerumunan akan pergi tidak hanya dengan segenggam ilusi-ilusi.
NEW! VEGETARIAN….apa dan mengapa
Artikel ini saya dapetin dari salah satu fylernya Meatless. karena isinya cukup bagus jadi saya pikir kenapa nggak saya taruh di webzine saya? mungkin terkesan agak sedikit preachy tapi bacalah dengan pikiran terbuka. kalo kata RU.SUCK......TERBUKALAH!....hehehehe.
Dunia sekeliling kita berada di ambang kehancuran; polusi, penggundulan hutan, dan juga kekejaman sistematis terhadap binatang. Faktor-faktor tersebut dengan cepatnya menghancurkan planet dimana kita tinggal. Lalu bagaimana seorang individu bisa mengubah semua itu? Jawabannya sedekat piring makan kita. Jutaan orang di seluruh dunia bangkit dan berjuang untuk binatang dan lingkungan dengan mengadopsi pola hidup vegetarian. Mereka turut bertanggung jawab untuk menjadikan dunia lebih baik dengan menolak mengkonsumsi dan menggunakan produk-produk hewani. Pilihan sederhana ini mempunyai konsekuensi yang hebat. Vegetarianisme telah menyelamatkan hewan dari kengerian akan pembantaian, mengurangi polusi yang dihasilkan oleh peternakan, dan membantu menyediakan makanan bagi orang-orang yang kelaparan dan kekurangan gizi.
Apa itu vegetarian?
Vegetarian-istilah yang sudah berusia ratusan bahkan ribuan tahun, berasal dari bahasa Yunani “vegetus”-merupakan pola hidup atau etika yang diadopsi oleh mereka yang menolak untuk mengkonsumsi hewani dan memilih untuk bertahan hidup dengan hanya memanfaatkan dan mengkonsumsi nabati. Secara garis besar, terdapat tiga golongan vegetarian yang dibagi dalam : lavto-ovo vegetarian (mereka yang masih mengkonsumsi susu, telur, dan produk-produk olahannya), lacto vegetarian (mereka yang hanya mengkomsumsi susu dan produk olahannya), dan vegan (mereka yang sama sekali tidak mengkonsumsi dan menggunakan produk hewan, termasuk di dalamnya madu, kulit dan bulu binatang).
Mengapa sebaiknya kita menjadi vegetarian? Ada banyak alasan mengapa orang-orang menjalani pola hidup vegetarian.
Kesehatan:
Riset terakhir telah membuktikan kalau apa yang telah kita konsumsi memberikan kontribusi besar terhadap kehidupan kita. Apa yang akan kita amakan akan memberikan dampaknya, baik itu positif maupun negatif. Diet vegetarian telah membuktikan dalam berbagai penelitian sebagai cara untuk mengurangai resiko terserangnya penyakit kronis seperti serangan jantung, kanker dan stroke. Diet ini secara nyata melenyapkan kemungkinan terkenanya kuman seperti E.Coli, Salmonella dan Spongiform Encephalopathy yang berasal dari daging hewan yang terjangkit penyakit sapi gila (BSD).
Kemanusiaan :
Tidak hanya sekedar menyelamatkan nyawa kita sendiri, diet vegetarian juga merupakan satu langkah penting bagi kita untuk membantu memecahkan masalah kelaparan di dunia yang sangat pelik. Peternakan modern dan intensif saat ini merupakan hal yang sangat tidak efisien dalam pendistribusian makanan. Para ahli memperkirakan sedikitnya tujuh kg gandum dan kedelai dibutuhkan untuk menghasilkan satu kg daging – dimana makanan tersebut langsung bisa diberikan kepada mereka yang membutuhkan dan kekurangan daripada untuk memberi makan binatang. Industri peternakan juga membutuhkan banyak air dan energi lainnya dalam pengelolaan hewan ternaknya. Satu hal yang jelas: jika semua orang di bumi ini ingin terlepas dari belenggu kelaparan, maka kita harus makan dengan wajar dan bijaksana.
Ekologi & lingkungan :
Apa yang kita makan juga mempengaruhi lingkungan dimana kita tinggal; udara, air, hutan dan lautan. Produksi daging untuk dikonsumsi telah menghasilkan kerusakan yang tidak sedikit terhadap seluruh jaringan kehidupan yang menopang planet Bumi ini. Hutan hujan ditebang untuk membuka peternakan baru, peternakan modern meracuni sungai dan danau dengan limbahnya, lapisan tanah yang semakin menipis dan telah berubah menjadi padang pasir yang tandus akibat penggembalaan hewan ternak yang berlebihan, dan juga penggunaan air dan energi lainnya yang sia-sia hanya untuk mengembangbiakan hewan-hewan ternak. Lautanpun telah berubah menjadi kuburan massal bagi semua kehidupan yang ada did dalamnya akibat jaring-jaring raksasa penangkap ikan. Semua kerusakan yang terjadi di Bumi tersebut bisa dihentikan. Dengan menghindari semua produk-produk hewani setiap kali kita makan akan membuat perubahan yang baik.
Animal rights :
Sebuah filosofi yang memperjuangkan hak yang paling mendasar pada binatang, yang juga merupakan keinginan bagi semua mahluk hidup; kebebasan untuk menjalani hidup secara alami, bebas dari eksploitasi manusia, rasa sakit dan penderitaan yang tidak seharusnya dan kematian prematur. Inilah animal rights sebenarnya; bukan untuk persamaan hak antara manusia dan binatang. Sebagian dari mereka yang menjalankan diet vegetarian termotivasi dari rasa kasihan terhadap penderitaan yang dialami oleh binatang dan juga oleh rasa menghargai akan arti sebuah kehidupan. Ilmu pengetahuan dan juga akal sehat memberitahu kita bahwa biantangpun memiliki sakit dan takut akan kematian. Hewan ternak menjalani hidup dalam penderitaan yang tidak terbayangkan dan kemudian mati mengenaskan sebelum berkahir di meja makan. Kompetisi yang hebat membuat industri peternakan semakin meningkatkan efesiensi jauh melebihi batas kewajaran. Dengan menggunakan ruang seminimal mungkin untuk mengembangbiakkan hewan ternaknya dalam jumlah besar, dan bahkan sejalan dengan menggunakan bio-teknologi terbaru, mereka berhasil menghasilkan hewan-hewan mutan yang lebih besar dan produktif dalam menghasilkan daging-susu-telur. Tujuannya adalah untuk menekan biaya produksi. Seorang vegan tidak menggunakan produk-produk hewani. Kulit dan bulu binatang merupakan hasil dari kekejaman dan eksploitasi begitu juga dnegan wol. Beberapa jenis kosmetik dan kebutuhan pribadi lainnya mengandung industri hewani. Sebagai alternatifnya, mereka memilih produk-produk yang bebas kekejaman yang tersedia di pasaran. Uji coba terhadap binatang juga merupakan sumber kekejaman lainnya. Kelinci, anjing, binatang pengerat dan banyak lagi yang lainnya mati sia-sia sebagai uji coba produk seperti sabaun dan kosmetik; dimana banyak dokter menentangnya karena hasilnya sangat tidak relevan bagi manusia. Penderitaan hewan dalam penelitian merupakan hal yang sangat memalukan karena alternatif uji coba tanpa hewan sebagai media telah ada dan terbukti kelayakannya.
Apabila ingin mengetahui lebih jauh mengenai vegetarianisme kontak :
MEATLESS-jl.kebon bibit utara no.3 Bandung 40116 | Email : infovegetarianisme@yahoo.com
LETTER TO A FRIEND
Dear friend,
On this first letter to you i will speak about some Straightedge bands and individuals that, in one way or another, marked my life since i listen to hardcore music and adopted Straightedge as a lifestyle. One of my favourite bands (and for many..) is and will allways be, the first Straightedge band ever, i'm talking about Minor Threat, in the early 80's they invented all this Straightedge concept to go against the usual punk boys and girls who usually ended up dived in drugs and alcohol. Tired of watching all that degradation they felt punks but with no need of that killing stuff, they just wanted to have some fun and listen to punk music. Ian Mackaye was the front man in Minor Threat and also the 'face' of the Straightedge. Minor Threat has been an inspiration to lots of bands since they appeared, almost 25 years after they were written they still make all of the senses.
In the late 80's, the 'youth crew' movement took over the Straightedge scene, bands like Youth of Today, Chain of Strength and Project X really kick my ass. Youth of Today were led by the mythical Ray Cappo who wrote many songs that fastly became Straightedge 'anthems'. He focused on some political stuff to talk on the lyrics as well as some Hardcore/Friendship relate themes but the most important thing was the inclusion of vegetarianism in the lyrics of an Hardcore band and in the Straightedge lifestyle. Chain of Strength and Project X are also one of my favourites, they have almost of the lyrics related to Straightedge or Hardcore but their sound is the perfect example of what has been done by 1988. Maybe they took the Edge too much personally but thats okay.......i don't really matter with that.
In the early 90's some bands started to fuse Hardcore with Metal, bands like Earth Crisis and 25 ta Life. Earth Crisis are one of the Hardcore bands that everyone should know..they have the most astonishing lyrics i've ever read, brutal as fuck, they took Straightedge one step ahead, like if it was some kind of militance, they sound much more Metal than Hardcore but they still are one of my favourite bands and the Firestorm song beats the hell out of me.
Okay..i hope not to be very boring or repetitive, now, i'll talk about one individual that i really respect for his love with all this Hardcore and Straightedge lifestyle. Rick ta Life and his bands (25 ta Life, Comin Correct) always convinced me with the words they preach, they talk about unity,Hardcore,loyalty,respect,Straightedge and they really give me strength to continue believing that the Hardcore scene never dies because there is allways someone who believes in it! Rick ta Life is one of the references that i have in the worldwide Hardcore scene.
One last paragraph, there are two bands that mean a fuckin lot to me, X-Acto and Pointing Finger, i guess none of you know them because they are both portuguese bands. X-acto was the first portuguese Straightedge band to have success, every single record they have released is a classic, both in sound and lyrics! They have split-up for 5 or 6 years now i guess, but their spirit is running strong, you always listen to a X-Acto cover at one show or another. Pointing Finger on the other hand, are a recent band (2/3 years) and i like them very very much, because it is one of the bands that i see since the beggining and is not just music, i know the guys and their sound touches my heart each time i listen to them. It's a kind of Emo stuff but what the hell! Check their web-site at www.pointingfinger.pt.vu (site in english) I guess that is all for now, if you want to reach me to discuss or just chat about some point of view you can mail me at tempodeagir@ureach.com.
Thanxxx. Stay True! xAndrex
Pesan Terakhir Pak Cacing
Aku berjalan di tengah panasnya kota yang katanya sebagai pusat aktivitas negara kita, atau melihat pemandangan aneh yang jarang ada di sana cacing tua yang berusaha berjalan di tengah panasnya aspal kota itu, tak bertenaga, hitam dan keirng.....ku ambil botol aqua di tasku yang masih ada setidaknya 8 tetes air dari botol, paling tidak cukup untuk membasahi tubuh cacing tua itu.
Dia memandangku, tersenyum padaku seakan berterima kasih kepadaku dan sepatah kata terdengar dari mulutnya “yang ku cari hanya tanah” lalu aku membungkuk duduk menahan sinar matahari yang membakar tubuh kecil pak cacing tua dengan punggungku.
Aku mendengarkan keluh kesahnya, ada dan tinggal selama hidupnya di selokan kota itu dan keinginan yang besar untuk merasakan hidup dalam tanah seperti yang dia dengar dari pendahulunya saat dia masih kecil, tanah yang subur, dingin, banyak makanan dan terasa damai........
Lalu dia bertanya “bisakah kau gali aspal ini?” lalu aku melihat sekelilingku untuk mencarikannya tanah, tapi tidak ada. Aku menggelengkan kepala padanya dan ia berkata “inikah pembangunan yang dilakukan bangsamu?”, pembangunan dengan tidak mengindahkan arti penting lingkungan untuk mahluk hidup dan gaya bangsamu!?”, apa artinya pembangunan kota untuk kesejahteraan bersama jika segala sesuatu yang kau butuhkan hanya ada dalam kaleng-kaleng di supermaket, dan hanya orang berduit saja yang bisa membelinya? Udara sudah diwarnai dengan asap mesin bahkan tanahpun sudah jarang terlihat....apa artinya?
Aku hanya terdiam melihat pak cacing dan menemaninya sampai ajalnya tiba, terlihat seekor burung pipit yang kelaparan yang ingin memakannya, aku melindungi pak cacing darinya dan burung pipit berkata dengan sedih “biarkan aku memakannya karena sudah beberapa hari ini aku tidak mendapatkan makanan” dengan beraninya dia mendekati kami dan berusaha untuk mencegahku membawa pak cacing ke tempat yang aman. “biarkan aku mati dimakan burung pipit” kata pak cacing mengurung niatku untuk membawanya pergi.
“setidaknya aku mati dengan pengorbanan menyelamatkan burung pipit yang mati kelaparan daripada mati percuma, aku tidak seperti bangsamu yang membanggakan apa yang dia lakukan selama hidupnya dan hanya bertemu tanah saat dia mati tanpa membawa apapun”
by eric_veggie@donteatmeat.com @hari bumi (22 April 2003)
Turning Down the Sound Of Hate : young people stand up againts white power music
a Positive Youth Foundation articles
Pyf adalah sebuah organisasi non profit yang bertujuan untuk mempromosikan kesadaran kaum muda terhadap isu-isu seperti rasisme,seksisme, homofobia, dan lain sebagainya. Ide dibalik kehadiran mereka adalah untuk menyebarkan gagasan-gagasan dan mendidik orang-orang muda dengan cara yang kreatif (melalui musik dan budaya) yang nantinya akan dapat menarik perhatian mereka. Innergarden dalam setiap edisinya akan selalu mengambil sebagian artikel dari Positive-Youth Magazine untuk ditampilkan disini.Berikut ini adalah artikel yang saya ambil dari PYF Magazine #2 yang topiknya adalah mengenai kehadiran musik rasis dalam scene musik underground, bagaimana sejarahnya, dan pendapat mereka tentang bagaimana menanggulanginya. Mungkin agak sedikit kurang valid untuk scene kita soalnya yang dibahas tuh tentang melawan musik tentang supremasi kaum kulit putih (white supremacy).....sebuah hal yang tidak temui dalam scene kita. Tapi ada baiknya kita tau bagaimana keadaannya dan cara mereka untuk melawannya....sebab intinya adalah menentang musik rasisme........siapa tau ada pelajaran yang bisa diambil (emang sekolahan ....!). Udah ah......baca aja ndiri.
Pada musim gugur 1998, seorang remaja dengan potongan rambut cepak masuk ke sebuah toko musik independent di Chicago. Setelah dengan gugup menyusuri toko kemudian dia memilih sebuah cd dan membawanya ke kasir. Saat membayar dia mencoba untuk membagikan literatur tentang white supremasi kepada penjaga kasir untuk dibagikan pada pengunjung toko. Tapi si penjaga toko menolaknya, memberikan kembaliannya, dan melupakan kejadian ini sampai tgl 4 Juli di akhir pekan pada musim panas itu.
Pada akhir pekan itu, remaja yang sama terlihat melintas di depan CNN dan beberapa kantor berita. Rambutnya telah tumbuh dan tato “Sabbath Breaker” yang menghiasi lengannya ditutupinya. Skinhead muda yang mencoba membagikan literatur kepada penjaga toko kini telah tewas karena tembakan bunuh diri, setelah menembakkan senjatanya yang menyebabkan dua orang tewas dan sebelas orang terluka. Remaja itu, Benjamin Smith, lebih memilih menembak dirinya ketimbang ditahan polisi.
Benjamin, diluar penampilannya, memiliki hidup yang baik. Dia sekolah di salah satu sekolah terbaik di negaranya, tumbuh di lingkungan yang baik di daerah Chicago North Shore, dan juga kuliah di sebuah college. Apa yang bisa menyebabkan seorang remaja yang kelihatan biasa-biasa saja membunuh seorang pelatih basket keturunan Afrika-Amerika dan seorang pelajar keturunan Korea-Amerika dan melukai sebelas orang lainnya ?
Sebagai seorang pelajar high school ia direkrut untuk menjadi white power skinhead crew yang menamakan dirinya White War Commission. Seperti banyaknya orang yang tertarik pada organisasi bigotry, ia tidak membaca dari buku atau menonton dari televisi. Dia mendengarkan sound of hate (suara kebencian).
SOUNDTRACK TO THE WHITE REVOLUTION
Saat banyak dari kita berpikir tentang white power music, kita akan berpikir tentang skinhead; kepala licin, tato, suspender dan boot. Hanya sedikit dari kita yang tahu, bahwa sesungguhnya kebanyakan dari skinhead tidak rasis. Tidak banyak yang menyadari bahwa white power music telah membangun akarnya di banyak music subkultur musik remaja. Bervariasi dari heavy metal sampai folk. Kita takut setelah mengetahui bahwa white power music sangat laku dan sangat profitable, industri multi-internasional yang terus bermunculan di rak-rak toko musik lokal. Dan inilah tepatnya mengapa hal ini menjadi sangat membahayakan. Sejak awal pemunculannya yang cenderung sederhana, white power music telah berkembang secara exponensial. Apa yang telah dimulai oleh sebuah band di London di akhir ‘70an telah berkembang menjadi perusahaan multi-milllion-dollar yang menjadi sumber dana bagi organisasi white supremasi, yang jauh melebihi perampokan bank, dan pemalsuan uang. Itu juga menjadi alat rekrutment nomer satu mereka. Menargetkan subkultur-subkultur baru-termasuk punk, hardcore, metal, darkwave, ambient, experimental, dan bahkan folk dalam misinya untuk mencari rekrutan baru-white power music bekerja untuk memproduksi generasi selanjutnya dari para bigot-bigot.
Dengan merendahkan kaum Jews, orang dengan kulit berwarna, dan para gay serta lesbian, white power music menyediakan para bigot-bigot muda amunisi ideologi untuk melakukan tindak kejahatan berdasarkan kebencian. Sejak pertama kali muncul di USA pada pertengahan ‘80an, white power skinhead telah bertanggung jawab terhadap sekitar 50 kasus pembunuhan, ribuan penyerangan, dan tindakan vandalisme dan penganiayaan yang tak terhitung banyaknya.
Juga terdapat, bagaimanapun juga, sejumlah remaja yang memutuskan untuk bereaksi terhadap white power music. Mereka bekerja di sekolah-sekolah mereka, kongregasi, komunitas, dan subkutur-subkultur, individu-individu yang berdedikasi ini berjuang untuk memastikan youth culture bersih dari kebencian dan kekerasan yang dihasilkan dari white power music.
Bekerja dengan remaja-remaja di seluruh penjuru negara, the Center for New Community telah mengambil inisiatif untuk memimpin dalam merespon white power music dengan memulai “Turn It Down : A Campaign Againts White Power Music.” Misi dari Turn It Down adalah untuk melengkapi remaja, orang tua, guru, pemimpin-pemimpin, dan industri rekaman dengan alat untuk menantang ancaman dari white power music. Sejauh ini, ribuan remaja telah ikut berpartisipasi dalam berbagai event Turn It Down. Sebagai tambahan, ratusan band, record label, outlet distribusi, record store, dan stasiun radio telah tergabung dengan Turn It Down, berjanji untuk melindungi youth subculture dari organisasi bigotry.
Turn It Down Campaign berpendapat bahwa terdapat tiga komponen kunci dalam merespon white power music. Pertama, pendidikan. Siapapun yang perduli untuk melindungi youth culture harus tahu apa white power music dan bagaimana mengenalinya.
Kedua, aksi. Adalah sangat penting untuk melawan white power music pada setiap kesempatan. Ketiga, budaya. Bereaksi terhadap white power music tidak hanya dapat dengan reaktif tetapi dengan proaktif. Para remaja harus membangun sebuah budaya anti rasisme, sebuah budaya yang kebal terhadap usaha rekrutment yang terus menerus terhadap white supermasi.
STYLES OF WHITE POWER MUSIC
Langkah pertama dalam merespon white power music adalah mampu untuk mengenalinya. Beberapa gaya yang berbeda dari musik rasis dan anti-Semitic lebih dari hanya lirik dan not-not musik; mereka menghadirkan gaya hidup yang seluruh didedikasikan untuk mempromosikan kebencian. Mengenali lirik kebencian dari band rock adalah hal mudah. Memahami tanda-tanda dan simbolnya yang tidak kentara bukan hal yang mudah.
Youth subculture adalah, untuk sebagian orang, rumah mereka. Youth subculture menyediakan support, komunitas, dan sebuah sense identitas bagi orang-orang yang tidak merasa dirinya menjadi bagian dari mainstream. Bagi orang lain, mereka adalah orang asing dan dunia yang tidak mudah untuk dipahami yang dipenuhi dengan musik keras dan gaya pakaian yang aneh. Dalam merespon white power music, sangat mudah untuk secara gampang menghujat seluruh youth subculture. Pertimbangkan, sebagai contoh, skinhead.
Bagi banyak dari kita, skinhead adalah contoh mudah dari kebencian. Bersama dengan Klu Klux Klan, mereka merepresentasikan image yang paling banyak digunakan untuk melambangkan organisasi bigotry. Dalam kenyataannya, bagaimanapun juga, sebagian besar dari skinhead bukan rasis. Ada tiga macam tipe skinhead di Amerika : rasis, anti-rasis, dan “tradisional” atau non rasis; subculture sebagai daerah perebutan (rekrutment baru), harus memahami hal ini. Rasis skinhead berjuang untuk kontrol, berusaha untuk merekrut dari skinhead non-rasis dan anti-rasis, sementara anti-rasis skinhead berjuang untuk mempromosikan human right dan martabat. Adalah perjuangan ini yang mengkarakteristikan semua ganguan subculture oleh white power music. Solusinya bukan dengan menghujat youth subculture, tapi dengan berjuang untuk membuat mereka mengerti dan mendukung orang-orang yang dengan berani melawan white supremasi pada hampir setiap bidang kehidupan untuk mengontrol scene mereka.
Pada akhir thn ‘70an, sebuah band Inggris dengan nama Skrewdriver mulai membuat gelombang di scene skinhead. Dengan lirik seperti “white power, for England, before it gets too late” dan beat-beat yang begitu catchy, Skrewdriver menjadi bapak pendiri dari white power music. Sampai awal ‘80an, rasis skinhead mengatur untuk hampir menghancurkan scene skinhead di Britania Raya. Roddy Moreno telah menjadi seorang vokalis bagi sebuah band anti-rasis skinhead dengan nama The Oppressed selama lebih dari 20 tahun. Menurut Roddy “jika kamu tidak perduli, mereka akan mengambil alih scenemu, mereka akan menghancurkannya dan menghisap darah kehidupan darinya. Saat kami pertama mulai, kami memiliki lagu pada album-album kompilasi dan masuk ke tangga lagu nasional. Tapi sekali kamu memiliki band seperti Skrewdriver bernyanyi ‘white Britain’ dan hal semacam itu, secara tiba-tiba tidak seorangpun akan menyentuh band skinhead manapun. Jika kamu seorang skinhead, kamu tidak dapat main di manapun, tidak ada seorangpun yang akan merilis albummu. Semuanya ini karena para Nazi datang dan sebagian besar orang hanya tinggal diam dan membiarkannya terjadi.”
Tidak sampai awal ‘90an saat scene white power skinhead mulai matang di USA. Sebuah white power label yang berbasis di Detroit bernama Resistance Records mulai memindahkan scene dari fanzine fotokopi dan kopi generasi ketiga dari kaset ke glossy magazine dan CD yang diproduksi secara profesional. Resistance memimpin perjalanan keluar dari undergound ke menuju ke record store lokal. Saat autoritas pajak Michigan merazia Resistance pada tahun 1996, mereka memiliki lebih dari 50.000 CD pada stok mereka. Resistance Magazine yang diterbitkan oleh Resistance Records, memiliki oplah 15.000 kopi. Setelah razia, pertumbuhan Resistance dan scene white power skinhead mulai melambat. Resistance berpindah tangan beberapa kali, dan tidak ada label lain atau distributor yang melangkah untuk menggantikan tempatnya. Pada musim panas 1998, bagaimanapun, William Pierce (seorang 68 tahun pemimpin sebuah grup neo Nazi yang paling signifikan National Alliance) membeli label ini dan berusaha untuk merehabilitasi scene white power music. Pierce mengerti peran dari culture. Dia adalah pengarang novel rasis, The Turner Diaries, sebuah buku yang menginspirasi pemboman di Oklahoma City.
Pierce secara diam-diam membeli Resistance dan memindahkannya ke markasnya di North West Virginia. “Saat Resistance Records mendapatkan kembali kekuatannya, perolehan ini akan menyebabkan pertambahan jumlah anggota-anggota yang lebih muda, dengan range dari 18 sampai 25 tahun ke dalam barisan kami.” Pierce menjelaskan. Bukan hanya rekrutment yang menarik Pierce, bagaimanapun juga. Dengan katalog lebih dari 150 rilisan dari band-band white power skinhead seperti Bound For Glory, the Blue Eyed Devils, dan Attack, ia mengharapkan keuntungan dari Resistance sekitar 1 juta dollar pada akhir tahun ini.
Saat Resistance bekerja keras untuk memprofesionalkan scene white power skinhead music di Amerika, sebuah gaya baru dalam musik heavy metal membuat gelombang di Skandinavia. Mengkombinasikan grinding heavy metal, keyboard, dan gaya vokal opera, black metal sudah pasti mendapatkan selera musiknya. Ia menjadi terkenal karena liriknya yang ekstreme dan dandanannya yang aneh. Blackmetalers juga dikenal dengan dandanannya yaitu “corpse paint”-muka yang dicat putih dengan lingkaran hitam di sekitar mata dan mulut-atau perlengkapan Viking seperti loinclothe dan pedang.
Mereka juga dikenal sebagai subset kecil dari scene black metal yang menidentifikasi mereka sebagai “national sosialis black metal underground”, sebuah jaringan rapat scene internasional dari band, label, distributor, dan fanzine yang didedikasikan untuk mempromosikan rasisme, anti-Semitism, dan homophobia dalam subkultur heavy metal. Band-band seperti Burzum, Absurd, dan Graveland mengambilalih komando mengkombinasikan lirik yang penuh kebencian dengan grinding heavy metal.
Gaya terakhir dari white power music sering disebut ‘experimental’ atau ‘noise’. Seperti skinhead dan black metal, dua jenis ini adalah subculture yang tidak secara eksklusif rasis. Tetapi, beberapa individu dalam scene experimental telah berusaha untuk mempromosikan gaya unik mereka terhadap kebencian. Band-band seperti NON, Blood Axis, dan Blut Kampf menjauh dari swastika dan lirik-lirik kekerasan dari nasional sosoalis black metal dan white power skinhead. Mereka lebih memilih cara terselubung melalui selubung budaya, menggunakan jebakan budaya kebencian. Dalam prosesnya, mereka menciptakan ruang dalam budaya dimana rasisme, anti-Semitis, dan fasis menjadi ide-ide yang dapat diterima.
RESPONDING TO HATE
Youth music subculture merupakan cerminan tempat yang terlindung yang tepat bagi banyak elemen. Ia menyediakan banyak tempat untuk merasa disambut dan didukung diluar budaya mainstream. Adalah sangat penting untuk melindungi subculture ini dari white supremasis yang terorganisasi yang mencari rekrutan baru. Para pemuda yang bekerja keras untuk kedamaian dan keadilan harus mengambil alih kontrol untuk memonitor tempat-tempat musik lokal, toko-toko kaset dan kampus-kampus. Hal ini berarti white power music harus dihadapi pada semua level.
Pada bulan Februari 1999, sebuah grup pelajar high school dan college mendapatkan bahwa sebuah toko musik di pingiran kota Chicago yang bernama Record Breakers menjual rilisan dari white power music. Saat anak-anak ini mendatangi toko tersebut dan meminta mereka untuk memindahkan rilisan-rilisan tersebut dari rak-rak mereka, manajer toko tersebut meresponnya dengan sindiran-sindiran dan hinaan-hinaan, menyatakan bahwa mereka akan terus menjual rilisan dari white power music.
Tidak memilih untuk menyerah, grup kecil ini yang berisi individu-individu yang perduli memutuskan untuk berbuat sesuatu. Mereka mengorganisasikan sebuah kampanye yang bernama “We will not share the shelves”. Pertama mereka mengatur boikot industri terhadap toko tersebut, yang akhirnya menyakinkan 12 record label dan distributor untuk tidak menjual kepada toko tersebut. Dalam fase kedua, mereka menyampaikan pesan mereka kepada masyarakat, membagikan flier-flier kepada para pembeli untuk memperingatkan mereka bahwa toko musik tersebut menjual rilisan dan mendukung white power music, terkadang kepada anak-anak berusia 10 tahun.
Hampir dua tahun setelah kampanye “We will not share the shelves”, Record Breakers masih menjual rilisan dari white power music. Tapi bagaimanapun, mereka kini telah dikenal sebagai “Rasist Records.” Penjualan meningkat di toko musik lain di daerah tersebut. Band-band telah membatalkan penampilan dalam toko mereka di Record Breakers. Dalam banyak hal, toko tersebut telah menjadi sampah masyarakat dalam youth subculture di Chicago.
Bukan hanya toko musik yang menjadi target dari white supremasis. Bahkan acara-acara musik dapat dikacaukan oleh para bigot yang mencari kesempatan mengambil alih subculture.
Pada September 1991, dua minggu sebelum Fugazi, sebuah band punk yang cukup dikenal dari Washington D.C, akan main di aula masyarakat lokal di Eugene, Oregon, seorang white power skinhead ditangkap.
Saat digeledah, selembar flier ditemukan dalam kantung belakangnya yang isinya mengajak rasis skinhead datang dan mengacaukan acara tersebut. White power skinhead marah karena Fugazi, selama tur mereka, menolak untuk main jika para rasis skinhead diperbolehkan masuk ke dalam tempat mereka bermain. Sedihnya, masyarakat kemudian panik, dan show Fugazi dibatalkan. Beberapa remaja kemudian memutuskan untuk bertemu untuk memastikan bahwa para bigot tidak akan pernah lagi mendikte pilihan dari scene alternative setempat. Dari pertemuan inilah Communities Againts Hate lahir.
Grup baru ini secara cepat menarik perhatian sukarelawan dari scene musik alternative dan mulai untuk mendidik masyarakat mengenai white power dan bagaimana menanggapi hal ini. Mereka juga mulai menerbitkan zine empat bulanan yang seringkali mengekspos organisasi white power yang ada dalam masyarakat. Akhirnya publisitas ini menjadi terlalu berlebihan bagi white supremasis rekruiter, yang meninggalkan daerah Selatan Oregon secepat saat mereka dulu datang.
Sekitar setahun kemudian, Communities Againts Hate menyambut kembali Fugazi untuk tampil di aula yang sama tempat show mereka terdahulu dibatalkan. Kali ini, bukannya aula yang kosong tapi, anak-anak yang memadatkan kapasitas aula tersebut. Fugazi menunjukkan supportnya dengan memberikan sebagian dari hasil penjualan tiket kembali kepada Communities Againts Hate.
Seperti apa yang jelas dilakukan oleh kaum muda ini, perhatian khusus untuk merespon white power music adalah bagian yang vital dari usaha menghentikan suara-suara kebencian. Mereka menawarkan kaum muda sebuah kesempatan yang unik untuk menhadapai kebencian, menunjukkan kekuatan dari kaum muda yang bekerja sama untuk mencapai satu tujuan yang sama. Respon-respon ini juga merupakan dorongan yang kuat bagi organisasi-organisasi yang mendedikasikan usahanya untuk mempromosikan toleransi dan anti-kekerasan.
A CULTURE OF ANTI-RACISM
Mengorganisasikan para kaum muda adalah kunci dalam merespon white power music. Dengan support dari orang-orang yang lebih tua, aktivis-aktivis yang lebih berpengalaman, para kaum muda perlu untuk menciptakan usaha-usaha yang berbasiskan kaum muda yang akan menjadi tantangan dalam pertumbuhan white power music. Anti-rasisme, bagaimanapun, tidak bisa hanya sesederhana ceramah dan buku. Anti-rasisme perlu keluar dari teori dan menuju ke budaya, dari abstrak ke realita, dari buku ke kehidupan nyata. Secara sederhana, menghadapi rasisme harus menjadi sesuatu yang menyenangkan.
Pada musim gugur 1997, Mike Park dan Tad Thomas, kedua dibawah usia 30 tahun, memutuskan bahwa mereka akan membantu meningkatkan kesadaran tentang rasisme dalam subculture punk dan ska. Mereka meluncurkan sebuah tur nasional yang berisi 12 band dan main di lebih dari 20 kota. The Ska Againts Racism Tour membawa band, infomasi, dan pesan-pesan yang jelas tentang anti-rasisme kepada lebih dari 10.000 pemuda di kota-kota seperti Chicago, New York, Houston, Seattle, dan Atalanta.
Dua tahun kemudian, Mike dan Tad melakukannya lagi, kali ini megorganisasikan Plea For Peace Tour. Tur dimulai dari Japan, kemudian melintasi Samudra Pasifik dan main di 20 kota di USA selama musim panas 2000.
Sebagai tambahan untuk Plea For Peace Tour, Ted juga bertualang melintasi negaranya dengan tur “festival”, seperti Vans Warped Tour, mempromosikan pesan-pesan anti-bigotri melalui Stop Racism Booth, sebuah stand yang menjual kaos, pin, emblem, dan pernak-pernik lain dengan pesan anti-rasisme. Stop Racism Booth juga mendistribusikan informasi gratis tentang orang-orang muda yang bekerja bersama untuk merespon kebencian.
Mike dan Tad memiliki pengertian yang cukup jelas bahwa musik berperan dalam menciptakan budaya anti-rasisme pada orang-orang muda. Dalam usaha mereka untuk mempromosikan toleransi dan anti-kekerasan, mereka telah berpengaruh pada kehidupan ribuan remaja di penjuru negaranya dan memberi contoh yang tepat bagi orang muda yang ingin menghadapi kebencian. Organisasikan sebuah konser Rock (atau Ska, atau Hip-hop, atau Pop, atau Trance, dsb) Againts Racism di sekolahmu. Hubungi nightclub atau tempat musik favoritmu untuk mendirikan sebuah stand kecil dengan informasi mengenai anti rasisme, toleransi, dan anti kekerasan. Buat turnamen basket three-on-three untuk mengumpulkan uang untuk usaha-usaha antibigotri baik lokal maupun nasional. Kemungkinan yang ada tidak terbatas, kuncinya adalah untuk membuatnya tetap menyenangkan.
Langkah terakhir dalam menghadapi white power music adalah bekerja untuk membuat budaya antirasisme. Mereka yang perduli terhadap budaya remaja harus bekerja untuk meningkatkan kesadaran akan isu-isu politik yang menyangkut kamu muda. Apa maksudnya ? Band-band harus memberikan sikap dengan mengutuk rasisme, anti-Semitisme, homophobia, dan white power music. Majalah-majalah sebaiknya memberikan sorotan terhadap usaha-usaha yang dilakukan kaum muda yang berjuang untuk persamaan. Orang-orang muda harus melihat di luar diri mereka sendiri dan, dalam proses, mengubah budaya remaja dari sebuah opera sabun menjadi sebuah kotak sabun.
Ini hanyalah beberapa contoh dari beberapa individu yang membuat sebuah perbedaan yang nyata dalam berjuang melawan white power music. White supremasis yang terorganisasi telah mengatur masa depan mereka, seperti yang William Pierce pernah katakan “batas usia antara 18 sampai 25 tahun.” Jika budaya remaja harus diselamatkan, adalah penting untuk bergabung dalam usaha-usaha.
Sebagaimana white power music terus tumbuh dan merambat ke mainstream, menjadi sangat penting hal tersebut untuk ditantang dalam setiap kesempatan. Orangtua, guru, ahli agama, pemimpin sipil, dan industri rekaman semua ikut memainkan peran dalam merespon ancaman yang semakin besar ini. Tanggung jawab terbesar, bagaimanapun juga, milik kaum muda. Karena white power music berusaha untuk masuk dan mengambil alih budaya kaum muda, adalah terserah kepada kaum muda yang lapar akan toleransi dan anti kekerasan untuk mengambil sikap. Sebagaimana ditunjukkan oleh sejarah, kekuatan dari kaum muda yang bersatu hampir tidak mungkin dihentikan. Gulung lengan bajumu dan mulailah ikut serta adalah kunci untuk memastikan bahwa budaya kaum muda bersih dari ancaman dari bigotri yang terorganisasi.