Pilih Satu
Kursi Saja,
Luciano!
“Ketika
masih kecil,
ayah saya yang
bekerja sebagai
pembuat roti,
mengenalkan
keajaiban lagu
kepada saya,"
kata penyanyi
tenor ternama
Luciano
Pavarotti. “Dia
mendorong saya
untuk berlatih
dan membentuk
suara saya.
Arrigo Pola,
seorang
penyanyi tenor
professional di
kota Modena,
Italia,
bersedia
menerima saya
sebagai
muridnya. Tapi
saya juga
kuliah di
jurusan
Keguruan. Pada
hari wisuda,
saya bertanya
pada ayah,
'Menurut ayah,
sebaiknya saya
menjadi guru
atau penyanyi?'
‘Luciano,'
jawab ayah
saya,' jika
kamu berusaha
duduk di antara
dua kursi, maka
kamu akan jatuh
di
tengah-tengahnya.
Demi hidupmu,
kamu harus
memilih satu
kursi saja.'
Saya pun
memilih salah
satu.
Dibutuhkan
waktu tujuh
tahun untuk
belajar dan
disertai
frustasi
sebelum
akhirnya
melakukan
penampilan
profesional
saya yang
pertama. Akan
tetapi masih
dibutuhkan
waktu tujuh
tahun lagi
untuk bisa
tampil di
Metropolitan
Opera. Sekarang
saya baru tahu,
apapun yang
kita kerjakan,
entah itu
menyusun bata,
menulis buku
atau apa saja,
maka kita harus
melakukannya
dengan
sungguh-sungguh.
Komitmen,
itulah
kuncinya. Pilih
satu kursi
saja," saran
Luciano
Pavarotti
Kesetrum
Listrik
Raja Inggris,
George V sedang
memberikan
sambutan dalam
konferensi
perlucutan
senjata. Pidato
ini disiarkan
secara langsung
oleh sebuah
stasiun radio
Amerika. Ketika
sedang
mengudara,
tiba-tiba kabel
pada stasiun
radio di New
York ini
putus.
Akibatnya,
jutaan
pendengar tidak
bisa
mendengarkan
pidato yang
penting ini.
Seorang
teknisi yunior
di stasiun itu
yang bernama
Harold Vivien
lalu segera
mengambil
tindakan
darurat. Dia
memegang kedua
ujung kabel
yang putus itu
dan membiarkan
tubuhnya
dialiri listrik
bertegangan 250
volt.
Harold
Vivien menjadi
saluran yang
meneruskan
pesan dari sang
raja. Apakah
Anda sudah
menjadi saluran
pesan dari Raja
di atas raja?
Lomba Kereta
Salju Ditarik
Anjing
Setiap tahun di
Alaska diadakan
balapan kereta
ditarik anjing
sejauh 1000-mil
dengan jumlah
hadiah yang
menggiurkan.
Lomba ini
diadakan untuk
mengenang
"balapan" di
masa lalu untuk
menyelamatkan
nyawa banyak
orang.
Pada bulan
Januari 1926,
seorang bocah
berusia enam
tahun bernama
Richard Stanley
menunjukkan
gejala sakit
difteri, yang
berkemungkinan
besar akan
menulari
seluruh
penduduk di
kota kecil
Nome. Beberapa
hari kemudian
bocah ini
meninggal
dunia. Dr.
Curtis Welch
segera
mengambil
langkah
pencegahan. Dia
memberi
imunisasi
kepada
anak-anak dan
orang dewasa
menggunakan
serum
anti-difteri
yang sebenarnya
masih dalam
eksperimen.
Namun karena
persedian
terbatas,
akhirnya Dr.
Welch kehabisan
serum. Padahal
persediaan
serum terdekat
ada di Nenana,
Alaska.
Jaraknya
sekitar 1600 km
melewati padang
salju yang
dingin.
Luar biasa! Ada
sekelompok
pemburu dan
pencari emas
yang yang
menawarkan diri
untuk mengambil
serum itu
dengan kereta
yang ditarik
anjing.
Dengan sistem
estafet dari
satu perhentian
ke perhentian
lain, mereka
berlomba dengan
waktu untuk
mengambil serum
itu dari
Nenana. Mereka
menempuh
dinginnya udara
yang suhunya di
bawah nol
derajat.
Setelah melalui
perjalanan yang
melelahkan
selama 144 jam,
serum itu
akhirnya sampai
di Nome.
Ternyata
pengorbanan
mereka tidak
sia-sia. Serum
itu bisa
menyelamatkan
kota itu dari
wabah difteri
yang mematikan.
Selain Richard
Stanley, hanya
satu orang yang
meninggal
karena penyakit
ini.
Metode
Penginjilan
Suatu
kali seorang
wanita
mendatangi D.L.
Moody. Dia
mengatakan
bahwa tidak
suka dengan
metode
penginjilan
Moody. "Saya
sebenarnya juga
tidak terlalu
menyukai metode
saya. Lalu apa
metode Anda?"
tanya Moody.
Wanita itu
menjawab bahwa
tidak punya.
"Kalau begitu,
metode saya
masih lebih
baik daripada
metode Anda,"
tukas Moody.
Mengritik
orang lain
memang mudah.
Pertanyaannya
adalah apakah
kita mampu dan
sudah
melakukannya
lebih baik
daripada orang
itu?
Dasar Kepala
Batu
Pada tahun
1986, dua kapal
Rusia
bertabrakan di
Laut Hitam.
Ratusan
penumpang tewas
saat kapal itu
tenggelam ke
dalam laut yang
dilapisi es.
Ketika
diadakan
penyelidikan,
ternyata
penyebab
kecelakaan itu
bukan karena
kerusakan
peralatan,
misalnya radar
yang rusak.
Bukan pula
karena tertutup
kabut.
Penyebabnya
adalah karena
ada orang yang
berkepala batu.
Kapten kedua
kapal itu
sebenarnya
mengetahui
keberadaan
kapal lain yang
ada di
dekatnya.
Keduanya
sebenarnya bisa
mengubah haluan
kapal untuk
menghindari
tabrakan. Namun
mereka enggan
melakukannya.
Mereka
menghendaki
kapal lain yang
menyisih.
Ketika jaraknya
sudah terlalu
dekat, mereka
sudah terlambat
untuk
menghindari
tabrakan.
Biasanya
Dia Benar
Suatu
kali presiden
Abraham Lincoln
menghadapi
situasi yang
mengharuskan
dia untuk
menyenangkan
para politisi.
Untuk itu, dia
lalu memberi
perintah pada
sebuah resimen
untuk berpindah
tempat
bertugas.
Saat Edwin
Stanton,
menteri
pertahanan,
menerima
perintah itu,
dia menolak
menyampaikan
perintah itu
pada
bawahannya. Dia
mengatakan
bahwa Presiden
bertindak
bodoh. Rupanya
ada orang yang
menyampaikan
ucapan Stanton
pada Presiden.
Mendengar
laporan itu,
bukannya marah,
Abraham Lincoln
malah berkata,”
Jika Stanton
mengatakan
bahwa saya
bertindak
bodoh, biasanya
dia benar.
Sebaiknya saya
menemuinya
sendiri.”
Dua orang
itu bertemu dan
berbicara.
Akhirnya
presiden
mengakui bahwa
keputusannya
itu memang
salah besar.
Tanpa ragu-ragu
lagi, dia
segera
membatalkan
perintah itu.
Orang yang
punya jiwa
besar mau
mendengar
nasihat orang
lain, dan
berani mengakui
jika melakukan
kesalahan.
Rela Meminta
Maaf
Profesor Stuart
Blackie yang
mengajar di
Universitas
Edinburgh
sedang
mendengarkan
mahasiswa yang
membacakan
sebuah buku.
Ketika giliran
seorang
mahasiswa untuk
membaca, dia
berdiri dan
memegang buku
dengan tangan
kiri. Profesor
segera
membentak
mahasiswa itu,
pegang buku itu
dengan tangan
kanan, dan
duduk!" Dengan
pucat mahasiswa
itu mengangkat
tangan
kanannya. Dia
tidak punya
tangan kanan!
Melihat itu,
mahasiswa lain
menjadi
gelisah.
Untuk
sesaat profesor
itu terpana.
Dia lalu
mendatangi
mahasiswa itu
lalu memeluknya
dengan cucuran
air mata. "Saya
tidak tahu
sebelumnya.
Maukah kamu
memaafkan
saya," katanya.
Permohonan
maaf yang tulus
ini ternyata
berdampak besar
pada mahasiswa
ini. Beberapa
waktu kemudian,
pemuda ini
menghadiri
sebuah
pertemuan besar
yang diadakan
oleh orang
Kristen. Di
akhir
pertemuan,
pemuda ini maju
ke atas
panggung dan
berkata pada
hadirin sambil
mengangkat
lengan
kanannya,"Saya
dulu seorang
mahasiswa.
Profesor
Blackie telah
membimbing saya
kepada Kristus.
Namun dia tidak
pernah bisa
melakukan itu
seandainya dulu
dia tidak mau
meminta maaf."
Misteri
Kacang

George
Washington
Carver, adalah
ilmuwan yang
berhasil
menemukan
berbagai produk
yang
menggunakan
bahan dari
kacang. Dia
berkata:
“Ketika masih
muda, saya
pernah berdoa
pada Tuhan:
Tuhan,
beritahukanlah
misteri alam
semesta ini
kepadaku'. Akan
tetapi Tuhan
menjawab,’
Pengetahuan itu
hanya
untuk-Ku.' Maka
saya berkata,
‘Kalau begitu,
beritahukan
misteri kacang
saja, Tuhan.'
Lalu Tuhan
berkata, 'Nah,
yang ini baru
sesuai untuk
ukuranmu.' Lalu
Tuhan
memberitahukannya
pada saya."
Keledai Tidak
Merasa Bangga
Sadu Sundar
Singh adalah
misionaris asli
India yang
dihormati dan
dikagumi banyak
orang. Suatu
kali, dia
berkunjung ke
Eropa. Dalam
sebuah
pertemuan, ada
orang yang
bertanya
kepadanya,
apakah
penghormatan
yang dia terima
itu tidak
menjadi beban
yang berat
baginya? Sadhu
menjawab,”
Tidak. Seekor
keledai masuk
ke Yerusalem,
dan orang-orang
meletakkan
jubah dan baju
di depannya.
Dia tidak
merasa bangga.
Dia tahu bahwa
itu bukan untuk
menghormati
dirinya,
melainkan untuk
menghormati
Yesus yang
duduk di
punggungnya.
Ketika
orang-orang
menghormati
saya, saya tahu
bahwa itu bukan
untuk saya,
melainkan bagi
Tuhan."
Meninggal di
Usia 29 Tahun
David Brainerd,
adalah
misionaris yang
menjadi pelopor
pekabaran Injil
bagi suku
Indian Amerika.
Ketika usianya
baru menginjak
usia 29 tahun
dia menderita
sakit keras.
Menjelang
saat-saat
terakhir
hidupnya di
dunia ini,
Brainerd
terlihat sudah
tidak sabar
lagi untuk
menghadap
Tuhan: "Mengapa
kereta-Nya
tidak
datang-datang
juga? Saya
sudah lama
menantikan
waktunya untuk
memuji dan
memuliakan
Tuhan bersama
para malaikat
di sorga."
Bagi
beberapa orang
di dunia, usia
Brainerd di
dunia ini
dikatakan
sangat singkat.
Tapi bagi dia
sendiri, waktu
29 tahun itu
terlalu lama
karena dia
menantikan
kehidupan abadi
yang jauh lebih
baik.
Dibayar dengan
Segelas Susu
Seorang anak
laki-laki
menjual barang
dari rumah ke
rumah
sepulangnya
dari sekolah.
Dia melakukan
ini karena
keluarganya
sangat miskin.
Suatu hari dia
merasa lapar
setelah
berjalan
berkeliling
menjajakan
dagangan. Namun
ketika merogoh
uang di
sakunya,
ternyata
jumlahnya tidak
cukup untuk
membeli
makanan. Karena
itu, dia
memutuskan
untuk
memberanikan
diri meminta
makanan pada
sebuah rumah.
Dia mengetuk
pintu. Yang
membukakan
pintu adalah
seorang anak
perempuan yang
cantik. Entah
mengapa,
tiba-tiba anak
laki-laki ini
menjadi gugup.
Alih-alih
minta makanan,
dia malah hanya
meminta segelas
air. Rupanya,
anak perempuan
itu melihat
kalau tamunya
terlihat sangat
lapar. Karena
itu dia lalu
membawakan susu
segelas besar.
Anak laki-laki
itu lalu
meminumnya
dengan cepat.
Setelah susu
habis, dia
bertanya,
"Berapa saya
berhutang
padamu?"
"Kamu
tidak berhutang
apa-apa," jawab
anak perempuan
itu," Ibu saya
selalu
mengajarkan
untuk tidak
menerima uang
dari setiap
perbuatan baik
yang kami
lakukan." Anak
laki-laki itu
lalu berkata,"
Kalau begitu
saya sangat
berterima
kasih."
Saat
Howard
Kelly,--itulah
nama anak
laki-laki itu--
berjalan
pulang, dia
tidak hanya
merasa lebih
kuat secara
fisik, tapi
semangatnya
juga menyala
kembali.
Sebelumnya dia
nyaris putus
asa dan
menyerah.
Bertahun-tahun
kemudian, anak
perempuan ini
bertumbuh
menjadi wanita
dewasa. Suatu
saat dia,
menderita sakit
yang langka dan
parah. Dokter
yang ada di
kotanya sudah
menyerah. Dia
lalu
menyarankan
agar wanita ini
dibawa ke kota
besar untuk
dirawat oleh
dokter
spesialis yang
punya keahlian
di bidang
penyakit
langka. Dokter
spesialis itu
bernama Howard
Kelly.
Ketika
Howard
mendengar kota
asal pasien,
tiba-tiba dia
teringat pada
sesuatu. Dia
segera bergegas
menuju kamar
pasien
tersebut.
Seketika itu
juga Howard
mengenal siapa
pasien itu.
Sejak saat itu,
Howard memberi
perhatian
khusus pada
pasien wanita
ini.
Setelah
berjuang sekian
lama, akhirnya
wanita ini bisa
sembuh dari
sakitnya.
Dokter Howard
lalu minta agar
bagian
administrasi
rumah sakit
memberikan
tagihan pasien
itu kepadanya
lebih dulu. Dia
mencermati
angka-angkanya,
lalu menulis
sesuatu dan
menanda-tangani
tagihan itu.
Sementara
itu, wanita itu
menunggu
tagihan dengan
cemas. Dia
khawatir tidak
bisa membayar
tagihan yang
terlalu besar.
Saat melihat
jumlah
tagihannya, dia
terkesima
melihat tulisan
tangan di
bagian bawah.
Bunyinya:
"Sudah
dibayar lunas
dengan segelas
susu.
(Tanda
tangan)
Dr. Howard
Kelly."
|