T a b l o i t    S a s t r a    D i g i t a l

 ALTERNATIF

 Edisi Lalu

Terbit Sekali Seminggu

Edisi II/Minggu, 8 Februari  2004

HALAMAN SATU

HALAMAN DUA

HALAMAN TIGA

HALAMAN EMPAT

BERITA FOKUS

SOSOK

SALAM SASTRA 

REDAKSI

ESAI

SURAT SASTRA

GALERI PUISI 

 CERPEN

APRESIASI

PUISI PILIHAN

CERPEN PILIHAN

BUKU SASTRA

BERITA

 

Lomba Menulis 

Hak Anak

 

Plan Indonesia Surabaya mengadakan berbagai lomba pada bertema anak-anak awal 2004 ini. Lomba yang didukung harian Jawa Pos itu sebagai bentuk kepedulian terhadap anak-anak. Jenis lomba yang diadakan yakni penulisan cerpen, karikatur, artikel opini, dan desain gambar untuk kaos.

Lomba ini ditujukan kepada anak-anak dan dewasa (umum). "Kami ingin melihat sejauh mana minat masyarakat terhadap isu hak anak," ujar Koordinator Research and Development Plan Indonesia Surabaya, Djunaidi Saripurnawan.

Lomba cerpen dibagi dua kelompok, yakni anak-anak dan dewasa. Untuk kategori anak-anak, peserta bisa memilih tema: pengalaman nyata seorang anak dengan orang tua, saudara,  kawan-kawan, guru dan lain-lain --- tentang permainan, kawan dekat, sekolah, atau apa pun yang berkesan dalam hati. Usia peserta untuk golongan anak-anak dibatasi 10-18 tahun.

Lomba cerpen untuk kelompok desawa, tema yang bisa dipilih yakni, masalah anakku, tradisi lokal dan tumbuh kembang, memahami anakku, anakku dan hukum, kekerasan dan pelecehan seksual terhadap anak, anak dan sekolah, anak jalanan serta anak dan komersialisasi media massa.

Tulisan maksimal 15 halaman kwarto, satu setengah spasi dengan font standar. Hadiah untuk lima terbaik kategori anak dan dewasa sama, masing-masing Rp. 500 ribu.

Sementara lomba karikatur juga diperuntukkan bagi anak-anak dan dewasa, mengambil tema hak anak-anak atau tradisi local dan tumbuh kembang anak. Untuk artikel opini, mengambil tema hak-hak anak atau partisipasi anak dalam pembangunan manusia Indonesia. Artikel opini yang dilombakan maksimal 10 halaman kwarto.

Terakhir, untuk lomba desain gambar kaos, temanya dikhususkan mengenai hak anak-anak. Kirimkan karya-karya yang dilombakan ke panitia lomba di Plan Indonesia Surabaya, Jalan Ketintang Madya 76 Surabaya, paling lambat 30 Maret 2004.

Info lebih lanjut bisa menghubungi panitia Telp.031-8291686 atau Surabaya.PU@planinternasional

.org.  

Peserta diharapkan menulis nama dan alamat secara lengkap nama dan alamat, plus nomor telepon, kode pos dan photo kopi identitas. (mis)

 

 

 

 

FOKUS

 

Penulis-penulis Cilik itu

 

 

 

Bertempat di QB World Book, Pondok Indah, Jakarta Selatan, dua buku itu diluncurkan. Disaksikan banyak orang. Dua buku itu ditulis oleh anak berusia di bawah sepuluh tahun. Abdurrahman Faiz, putra Tomi Satryatomo  dan sastrawan Helvy Tiana Rosa itu, meluncurkan buku kumpulan puisi “Untuk Bunda dan Dunia” yang diterbitkan DAR Mizan. Satu lagi, Sri Izzati, meluncurkan novel “Kado untuk Ummi”.

Terasa istimewa, karena keduanya masih anak-anak. Kedua anak itu juga sudah dikenal sebelumnya. Faiz, demikian akrab dipanggil, memenangkan Lomba Menulis Surat untuk Presiden pada Hari Anak 2003 silam. Sedangkan Izzati tercatat sebagai penulis novel tercilik versi Museum Rekor Indonesia (MURI). Keduanya menyumbang gairah tersendiri bagi kehidupan sastra.

Sebelumnya, puisi-puisi Faiz sempat beredar secara berantai di sejumlah mailing list. Menyimak puisinya, kita merasakan sesuatu yang mencerahkan. Ia punya keterampilan menulis puisi yang baik. Puisi-puisinya jernih, bening. Pembaca dengan mudah menangkap gagasan dan pemikiran Faiz, yang boleh dibilang melompat sekian tahun dari usianya.

Ia berpikir tentang solidaritas sosial dan cinta sesama (sajak “Siti dan Udin di Jalan” juga sajak “Menaruh”), cinta terhadap ayah-bunda (antara lain sajak “Ayah Bundaku”, “Jalan Bunda”), tentang pemimpin dan politik (sajak “Siapa Mau Jadi Presiden”), juga tentang perdamaian (sajak “Dari Seorang Anak Irak Dalam Mimpiku, Untuk Bush”).

Mengapa Faiz karya-karya Faiz begitu baik? Ini memang sempat menimbulkan pertanyaan. Dalam edisi ini, ALTERNATIF menurunkan beberapa tulisan tentang penulis cilik ini. Tulisan dilengkapi dengan pengantara Helvy Tiana Rosa yang dikutip dari sebuah miling list “Catatan Kecil dari Orang Tua Biasa). (red)

 

 

Kecil-kecil Sudah Menulis Buku

 

 

Dalam sebuah kesempatan pada 2001, pasangan Tomi Satryatomo dan Helvy Tiana Rosa bertanya pada Abdurahman Faiz tentang kadar cintanya pada orangtua. Bocah yang kini berusia 8 tahun itu memberi jawaban mengejutkan sekaligus menggemaskan. "Cintaku pada Bunda sebesar Amerika Serikat," katanya. Tomi dan Helvy balik bertanya sebesar apa cintanya pada si Ayah. Dengan sigap Faiz menjawab, "Sebesar Timor Timur."

Anak semata wayag pasangan Tomi dan Helvy itu tak hendak berlaku diskriminatif dalam urusan cinta. "Ia memeng gemar meledek ayahnya dengan pernyataan puitis dan menggemaskan," kata Helvy. Sebagai bukti cinta Faiz pada ayah dan bundanya sama, ia tulis sebait puisi berujudl Ayah Bundaku. Puisi berisi doa dan ungkapan cinta itu menghiasi karya terbaru Faiz dalam bentuk buku yang diluncurkan di QB World Book Pondok Indah Jakarta pada Selasa (27/1) lalu.

Buku kumpulan puisi Untuk Bunda dan Dunia itu diterbitkan DAR Mizan bersama novel Kado untuk Ummi karya Sri Izzati. Keduanya sama-sama berusia 8 tahun dan masih duduk di bangku sekolah dasar. Faiz di SD Negeri 02 Cipayung Jakarta Timur sedangkan Izzati di SD Istiqamah Bandung. Keduanya sama-sama pernah menorehkan prestasi. Faiz memenangkan Lomba Menulis Surat untuk Presiden pada Hari Anak 2003 silam. Sedangkan Izzati tercatat sebagai penulis novel tercilik versi Museum Rekor Indonesia (MURI).

Nama Faiz sempat menjadi buah bibir pada September 2003 lalu. Naskah surat untuk presiden yang memenangkan lomba itu dimuat di berbagai media massa. Wajahnya yang polos dan imut-imut ikut menghiasai halaman pertama koran ibukota. Isi surat itu bukan cuma menggugah, tapi juga menggelitik syaraf kritis orang dewasa. Terutama mereka yang gemas melihat Megawati tak kunjung melakukan gebrakan selama memerintah.

Surat Faiz ibarat petuah yang layak dijadikan renungan. Bukan cuma cita-citanya yang ingin jadi presiden yang pinter, tegas, dan punya kemampuan bicara dalam 10 bahasa. Ia juga menunjukkan sikap peduli lingkungan melihat anak jalanan di sekitar rumahnya. Yang menarik Faiz tidak menggunakan kata klise rakyat dalam surat. Ia memilih kata orang-orang. "Semua ditulis dengan idiom anak-anak yang segar," kata sastrawan Taufik Abdullah.

Idiom penuh makna yang menyegarkan itu menjadi kekuatan Faiz menulis 20 puisi dalam buku pertamanya. Karya yang ditulis sejak Juli 2001 hingga November 2003 terdiri dari delapan karya tentang ayah dan bundanya, tujuh puisi tentang situasi sosial, dan lima puisi tentang tokoh masyarakat.

Dari delapan puisi tentang orangtuanya, Faiz tampak sangat dekat dengan ibunya. Walau begitu ia tak ingin berlaku diskriminatif membagi cinta untuk orangtuanya. Simak cuplikan puisi berjudul Ayah Bundaku berikut. Ayah Bunda/ kucintai kau berdua/ seperti aku/ mencintai surga/ Semoga Allah mencium ayah bunda/ dalam tamanNya terindah/ nanti. Ungkapan yang digunakan, kata Taufik sangat orisinal dan khas anak-anak.

Bocah yang suka menulis puisi di telepon genggam ibunya ini ternyata punya kepekaan sosial yang tinggi. 

Nasib pengungsi akibat perang antar etnis di Tanah Air dan derita anak jalanan yang ia tuangkan dalam Siti dan Udin di Jalan. Faiz memotret kehidupan penghuni rumah kardus dalam bait berikut. ...tetap berdoa/ agar bisa sekolah/ dan punya rumah berjendela. Dalam pengamatannya rumah kardus memang tak memiliki jendela. "Sebuah pengamatan yang teliti," kata Taufik.

Selain memendam empati pada nasib sesama, ternyata bocah yang gemar main basket dan sepeda ini punya perhatian pada sejumlah tokoh. Mulai dari Nabi Muhammad, Bung Hatta, Presiden George W. Bush, Presiden Megawati, sampai tokoh dalam novel laris Hary Potter dan sosok Frodo dalam The Lord of The Rings.

Keluasan pengetahuan Faiz bisa jadi latar belakang orangtuanya yang sama-sama gemar membaca. Tomi adalah seorang wartawan di sebuah stasiun televisi, sedangkan Helvy penulis cerpen yang sangat produktif. Faktor genetik, lingkungan kepenulisan orangtua, dan budaya membaca di rumah telah membentuk Faiz sejak usia dini. "Menulis itu enak, sama dengan main sepeda dan bola," kata Faiz.

Puisi yang ditulis Faiz ini sebenarnya sudah beredar di internet dalam lingkungan terbatas. Lambat laun banyak pula yang tergelitik memberi komentar. Dalam sebuah mailing list Faiz diminta menulis tentang gunung, pantai, es krim, pesawat, dan mobil. Ia bahkan disarankan bermain sepuasnya daripada menulis puisi. Dengan enteng Faiz menjawab, "Lagi-lagi orang dewasa yang tidak demokratis."

Pengirim pesan itu mungkin menduga si bocah seorang kutu buku dan sangat serius. Ternyata tidak. "Dia lebih suka bermain daripada membaca dan menonton televisi," kata Helvy, ibunya. Hanya saja bocah yang humoris ini punya rasa ingin tahu yang besar. Pada usia empat tahun pernah bertanya tentang bentuk angin dan kenapa Allah tidak terlihat. "Pertanyaannya sering mengejutkan," kata Helvy.

Pertanyaan itu sering diikuti dengan kegemarannya menulis. Mula-mula hanya coretan kecil sebagai ungkapan perasaan dan pikirannya. Hal serupa juga dialami Sri Izzati yang menulis cerita hanya semenit dua menit di sela-sela jeda bermain. Ia bahkan baru menulis ketika komputer di rumahnya tidak ada yang menggunakan. Izzati juga seperti Faiz yang gemar bermain. Bedanya Izzati memilih dawai piano sebagai arena bermain.

Kemampuan putri pasangan Setyo Utomo Soekarno dan Hetty bermain piano ini nyaris sama baiknya dengan menulis buku. \"Kalau disuruh memilih, maka aku memilih keduanya,\" katanya. Jika permainan pianonya belum memberi bukti, dunia menulis telah memberinya predikat novelis tercilik versi MURI lewat novel berjudul Powerful Girl. Kini Izzati menerbitkan buku keduanya Kado untuk Ummi.

Buku kedua ini mengisahkan perjuangan Aisyah yang ingin memberi hadiah terindah buat ibunya yang dipanggil Ummi pada Hari Ibu. Ia mengumpulkan uang sedikit demi sedikit untuk membeli kado. Setelah terkumpul dan hendak membeli kado, tiba-tiba si Ummi mengetahui rencananya. Apakah kado itu bisa menghadiran kejutan buat si Ummi? \"Kalau mau tahu ceritanya, baca aja novelnya," katanya tersipu. arif firmansyah 

-- tulisan ini dikutip dari Koran Tempo, edisi Januari 2004.

MAKLUMAT: Hak cipta pada penulis masing-masing. Boleh mengutip untuk kepentingan kebudayaan dan ilmu pengetahuan, dengan menyebut sumber.  Untuk kepentingan bisnis, seperti  pencetakan, penerbitan, penyiaran, harus seizin penulis. 

web design by: musismail