c

Ringkasan buku
The Tunnels of Cu Chi,
karya Tom Mangold dan John Penycate
Terbitan Berkley Group, Maret 1997

Bagian 1 | 2 | 3 | 4 | 5 |



GERILYAWAN BAWAH TANAH


Gelap. Dingin. Terowongan bawah tanah itu seakan tak berujung. Sersan Arnold Gutierrez merayap masuk. Otot-ototnya serasa beku karena cengkeraman rasa takut. Sorotan senternya menyingkap hanya beberapa meter ke depan. Sungguh ironis, pikirnya. Cahaya senter yang membantunya menghindari titik-titik perangkap dalam lorong sempit yang gelap itu, justru menjadi petunjuk bagi musuh untuk mengarahkan tembakan jitu.

Saat itu bulan April 1966. Sudah empat bulan berlalu sejak pasukan Operasi Crimp AS diturunkan ke Vietnam. Sejauh ini belum banyak yang berhasil dilakukan 8000 tentara berperalatan lengkap itu. Viet Cong bergerilya dengan cara yang tak pernah dihadapi pasukan AS dalam perang mana pun. Mereka muncul dan menghilang dengan cepat dan misterius.

Komandan Batalion I, Letkol Robert Haldane, baru menyadari ini dalam pertempuran yang mereka lakukan di perkebunan karet pinggiran kota Cu Chi. Tentara Viet Cong yang terlihat di sela-sela pohon karet tiba-tiba lenyap dari pandangan, tanpa jejak. Beberapa meter dari pinggir kebun itu, anak buahnya dari Kompeni B pimpinan Terry Christy terperosok ke dalam sebuah parit lebar. Di situlah untuk pertama kali pasukan AS menemukan tanda-tanda fisik jaringan terowongan bawah tanah ekstensif milik Viet Cong.

Gutierrez mengambil sebatang kayu dan kawat, mengikat senternya pada kayu itu dan mengangkatnya setinggi mungkin dalam lorong beratap rendah dengan tangan kirinya. Tangan kanannya siaga dengan pistol kaliber .22 dan pisau. Sersan yang sudah keluar masuk dinas militer AS sejak 1945 itu kerepotan. Tapi tak ada cara yang lebih aman. Bertumpu pada kedua sikunya, ia terus merangkak. Lututnya mulai berdarah.

Tiba-tiba dari persimpangan lorong, seorang Viet Cong menembak ke arahnya. Wajah dan kilasan senapannya terlihat jelas. Gutierrez tertegun. Ledakan senapan itu memekakkan telinga. Kepalanya serasa tertembak. Senter dibuangnya dan dia menembak membabi-buta ke arah wajah itu. Asap mesiu memenuhi udara. Pelan-pelan disadarinya, dia tidak terluka. Tapi, sekitar dua puluh meter di depan, sesosok tubuh tergeletak di tanah. Tembakannya mengena.

Dalam perjalanan kembali ke Cu Chi, Gutierrez termenung. Semua yang telah diajarkan padanya tentang perang seperti tak ada hubungannya dengan apa yang baru saja dilewatinya hari itu. Seluruh latihan infanteri, artileri, bantuan udara, dan pesawat perang canggih yang dapat mengangkut setengah divisi keluar masuk medan tempur dengan cepat--apa hubungan semua itu dengan musuh yang tak pernah terlihat nyata, yang tinggal di lubang-lubang bawah tanah, yang hanya mungkin dilawan dengan kenekatan brutal dan mengandalkan nasib mujur?[]

Bagian 1 | 2 | 3 | 4 | 5 |



Bandung, November 1997. Pernah dipublikasikan di Majalah berita mingguan UMMAT

Kembali ke Halaman Depan