![]() Ringkasan buku |
Bagian 1 | 2 | 3 | 4 | 5 |VIET CONG vs. PRAJURIT TIKUSViet Cong begitu lekat dengan terowongan mereka. Bagi Viet Cong, jaringan bawah tanah itu seperti sehelai kain yang menutupi badan. Perumpamaan ini tak pernah disangkal oleh Ho Chi Minh. Untuk menghadang Viet Cong di dalam terowongannya, AS mengembangkan pasukan khas, yang disebut "tikus-tikus terowongan". Mereka menguasai keterampilan khusus yang tak pernah diajarkan di pelatihan militer mana pun: merangkak di kolong bawah tanah yang gelap, sempit, beratap rendah, dengan ancaman maut sewaktu-waktu. Pasukan besar semut merah, nyamuk, laba-laba, kalajengking, tikus, adalah "musuh" lain yang harus mereka hadapi. Usaha Sia-sia Salah satu misi "tikus-tikus terowongan" adalah penghancuran seluruh jaringan terowongan bawah tanah. Karena kedekatan relatif Sungai Saigon dengan banyak jaringan terowongan, penenggelaman diduga sebagai cara mudah dan murah untuk merusaknya. Ternyata, cara itu terbukti mahal, lama, dan akhirnya gagal. Pada 3 Desember 1967, Batalion I, Infanteri 277, ditugaskan untuk menghancurkan kompleks luas yang baru ditemukan sebelas hari sebelumnya. Pembanjiran adalah metode yang dipilih, setelah ditemukan sumber air yang cukup dekat dengan pintu masuk utama terowongan. Pekerjaan itu melibatkan pembabatan hutan untuk membersihkan jalan dari sumber air kemulut terowongan, penggalian parit untuk memperpanjang kanal, penambahan selang sepanjang 6000 kaki, kemudian pemompaan air sebanyak 800 galon per menit ke dalam terowongan untuk satu kompleks terowongan saja. Sumber air mengering, terowongan tetap utuh. Tak seorang pun Viet Cong terperangkap. Kapten Herbert Thornton, salah seorang "prajurit tikus" awal, menyatakan, "Meskipun kita mengalihkan seluruh Suangi Saigon ke terowongan, pasti tetap gagal. Masalahnya tanah di sana menyerap air di musim kering. Sedang di musim hujan, pintu-pintu tanah itu menjadi kukuh." Peledakan dengan rantai granat juga dilakukan tanpa hasil memuaskan. Demikian pula pemompaan gas. Satu-satunya cara yang terbilang efektif adalah menghadapi Viet Cong satu per satu secara langsung di bawah tanah. Brigadir Jenderal Ellis W. Williamson, komandan udara selama Operasi Crimp, menyatakan dengan cara yang agak vulgar, "Menghancurkan sistem terowongan Viet Cong dengan cara apa pun, seperti mencoba menyuburkan ladang seluas empat puluh akre dengan kentut, atau memenuhi Grand Canyon dengan garpu. Kita terus-terusan bekerja tapi tidak pernah ada hasil." Didikan Mao Moral dan dedikasi Viet Cong yang tinggi pun tak hentinya memukau musuh mereka. Bagaimana mereka bisa memberi perlawanan hebat di bawah kondisi yang begitu berat? Bagaimana kaum Komunis itu mampu menanggung banyak korban atau berani melakukan misi yang setara dengan bunuh diri? Singkatnya, bagaimana bangsa yang begitu terbelakang mampu melawan negara adidaya terbesar dunia dan mematahkan tekad mereka untuk melanjutkan perang? Di lapangan, jawaban atas semua pertanyaan itu terletak pada pengorganisasian dan motivasi kader Komunis--dan kenyataan bahwa para pemuda Vietnam paham betul apa yang telah diajarkan pada mereka. Sebagian tentara AS tidak punya gambaran jelas apa yang mereka perjuangkan di Vietnam. Tapi bagi para gerilyawan Viet Cong, ada utang-darah yang harus dibayar--desa-desa yang dibombardir, saudara-saudara yang dibunuh, atau ditangkap dan disiksa, oleh sebuah pemerintah yang didanai dan dipersenjatai oleh Amerika Serikat. Gerilyawan Viet Cong, pria dan wanita, biasanya direkrut dari kalangan petani sejak usia muda. Dasar disiplin mereka adalah kesadaran individual. Mereka dilatih berdasarkan ajaran Mao Zedong. Le Linh, mantan komisaris politik Viet Cong mengatakan, "Apa pun akan dilakukan untuk menjamin tak seorang prajurit pun meragukan untuk tujuan apa dan untuk siapa mereka berjuang." Para gerilyawan Viet Cong yakin, keadilan adalah tujuan perjuangan mereka. Semangat inilah yang membakar disiplin dan dedikasi mereka, betapapun berat bahaya dan derita yang harus mereka tanggung selama berada di bawah tanah.[] Bagian 1 | 2 | 3 | 4 | 5 |Bandung, November 1997. Pernah dipublikasikan di Majalah berita mingguan UMMAT Kembali ke Halaman Depan |