![]() Ringkasan buku |
Bagian 1 | 2 | 3 | 4 | 5 |Bom atau Misil Nyasar?Jack O'Hara tak suka naik pesawat terbang. Sebagai reporter olah raga di New York, ketika harus meliput pacuan kuda di Maryland bulan Mei tahun lalu, ia memilih mengemudi mobil berjam-jam sejauh 275 km daripada harus naik pesawat. Tapi kali ini dia tidak bisa menghindar. Stasiun TV ABC menugaskannya meliput Tour de France di Paris. Tak ada pilihan lain. Ditemani istri dan anaknya, dia menaklukkan rasa takut terbang untuk pertama kali dalam hidupnya. Takkan ada kesempatan terbang kedua bagi O'Hara. Rabu, 17 Juli 1996, pada pukul 8.45 malam, pesawat yang ditumpanginya meledak di ketinggian 4175 meter di atas Samudra Atlantik, dua belas mil lepas pantai Long Island. Seluruh 230 penumpang dan awaknya tewas. Pesawat Boeing 747-100 dengan nomor penerbangan TWA 800 itu baru lepas landas dari bandara Internasional Kennedy New York beberapa menit sebelumnya. Sedianya pesawat itu akan menempuh perjalanan 7 jam 15 menit ke Paris. Bom Teroris? Dalam dua puluh empat jam setelah kejadian itu, muncul spekulasi tentang kemungkinan terlibatnya organisasi teroris dalam peledakan pesawat itu. Para ahli menduga sebuah bom berkuatan besar berhasil diselundupkan ke dalam pesawat dengan "Metode Ramzi Yousef". Ramzi Yousef, yang ditangkap agen AS pada Februari 1995, berhasil menyusupkan bom ke dalam pesawat Phillipine Airlines jurusan Filipina-Jepang pada 1994. Dia membawa komponen-komponen bom dalam tas, kemudian merakit bom itu di toilet, dan meninggalkannya di bawah kursi ketika pesawat tiba di tujuan. Bom meledak pada penerbangan selanjutnya, menewaskan satu penumpang. Pejabat kontra-terorisme AS curiga skenario yang sama terjadi pada musibah ini. Mereka memeriksa daftar penumpang pesawat TWA 800 dalam penerbangan sebelumnya dari Athena ke New York. "Teroris itu mungkin naik pesawat dari Athena dengan membawa komponen bom dalam tasnya, merakitnya dalam perjalanan, dan mengatur agar bom itu meledak tepat beberapa saat setelah lepas landas pada penerbangan selanjutnya dari New York," tulis majalah Time edisi 29 Juli 1996. Teori ini tidak mendapat dukungan karena keakuratan maksimal bom waktu hanyalah dua belas jam kurang satu menit. Dan itu berarti, "bom" tersebut seharusnya meledak setelah mendarat di Kennedy pada kedatangan dari Athena. Tapi kecurigaan spontan ke organisasi-organisasi Timur Tengah sempat membuat Gedung Putih menginstruksikan pengamanan ketat di 54 bandara AS di saat-saat berlangsungnya Olimpiade Atlanta 1996 itu. Sebuah majalah berita di Internet, EmergencyNet News Service edisi 28 Juli 1996, bahkan memuat daftar pelaku yang dicurigai, meliputi Hizbullah, Jama'ah al-Islamiyyah, dan Hamas. Misil AL Beberapa saat sebelum TWA 800 meledak, seorang teknisi radar di Federation Aviation Authority (FAA) Long Island melihat melalui layar monitornya sesuatu melesat mendekati pesawat itu. Dia mengamati "jejak-jejak radar bersimpangan yang mengindikasikan adanya sebuah misil." Berdasarkan rekaman radar itu, Gedung Putih segera mendapat laporan awal bahwa sebuah misil telah menembak jatuh TWA 800. Pada pukul 2 pagi, 18 Juli 1996, FBI mengetahui dari telekonferensi Gedung Putih bahwa TWA 800 ditembak jatuh oleh misil Angkatan Laut AS. Malam itu Angkatan Laut AS memang sedang melakukan latihan sistem antimisil di wilayah timur pantai Long Island. Mereka ingin menguji sistem CEC (Cooperative Engagement Capability) yang terdiri dari kapal perang pemandu misil AEGIS, pesawat udara, dan jaringan radar terpadu. Dalam latihan itu, "musuh" yang dijadikan sasaran seharusnya adalah misil Angkatan Laut BQM-74E. Misil ini diluncurkan dari Teluk Shinnecock, di timur Riverhead, Long Island. Helikopter Air National Guard yang malam itu bertugas sebagai polisi lintas udara akan diidentifikasi radar AEGIS sebagai "teman", dan penerbangan komersial yang melewati zona latihan diidentifikasi sebagai objek "netral". Fakta ini dengan mudah dapat menjelaskan misil apa yang terdeteksi dalam radar FAA itu. Tapi berita tentang misil nyasar ini tampak ingin disamarkan. Ketua Tim Teknis FAA, Tom Lintner, menyimpulkan ada "titik cahaya yang tak terjelaskan" dalam pita rekaman radar FAA. Para pejabat FBI menyebarkan keraguan bahwa misil itu berasal dari Angkatan Laut AS. Media massa segera mencium kecurigaan tentang misil ini. Tapi FBI segera bertindak. CNN diminta FBI untuk menghentikan liputan nonstopnya atas kemungkinan misil AL sebagai penyebab jatuhnya pesawat TWA 800. Seorang sumber tingkat tinggi di Pentagon menyebutkan kepada CNN bahwa rekaman radar itu adalah anomali. CNN secara otoritatif menyebarkan informasi ini ke publik. Sejak itu pembicaraan tentang misil dikontrol ketat. Entah untuk alasan keamanan nasional atau alasan-alasan politik murni, dimulailah penyembunyian fakta penyebab sebenarnya kecelakaan itu dari rakyat Amerika.[] Bagian 1 | 2 | 3 | 4 | 5 |Bandung, Oktober 1997. Pernah dipublikasikan di Majalah berita mingguan UMMAT Kembali ke Halaman Depan |