Ringkasan buku
Flight TWA 800

Bagian 1 | 2 | 3 | 4 | 5 |



"Pasti Bukan Hizbullah"


"Jika Anda menelepon saya seminggu yang lalu, mungkin saya tidak akan berbicara tentang TWA 800," kata suara di seberang kepada James Sanders. "Yang sedang berlangsung di sini..." sambungnya, "sungguh kacau. Kami seharusnya melakukan penyelidikan. Tetapi kami ternyata hanya sibuk membuat teori tanpa dukungan fakta."

Sumber dari kalangan dalam NTSB itu selanjutnya berkata dia memutuskan untuk berbicara pada James karena bukti-bukti penyembunyian fakta dalam penyelidikan itu sudah begitu besar. Dia tidak ingin terus menutup mata tentang implikasinya. Dia juga tidak ingin mengorbankan kariernya. Tapi nuraninya ingin bicara.

"Berita yang disebarkan ke media massa itu benar-benar tanpa bukti," kata sumber itu lagi. "Bahkan, bukti-bukti yang ada justru menggiring ke arah yang berlawanan."

Beberapa minggu kemudian, mereka bertemu di sebuah hotel sebelah selatan pantai, beberapa mil dari Hangar Calverton, tempat NTSB melakukan rekonstruksi puing-puing pesawat TWA 800 yang diangkat dari dasar laut.

Rekonstruksi

Pada Desember 1996, James Sander mendapatkan dokumen NTSB dari orang itu. Dalam dokumen itu setiap pecahan TWA 800 yang ditemukan di dasar laut telah terpetakan dengan akurat, dilengkapi data lintang dan bujurnya. James memecah data itu menjadi dua bentuk terpisah: gambaran skematis interior kabin TWA 800 dan peta terkomputerisasi atas lokasi penemuan pecahan yang oleh peneliti NTSB telah diberi label merah, kuning, dan hijau sepanjang zona selatan Long Island.

Berdasarkan data-data itu, James bisa mengetahui urutan jatuhnya bagian-bagian tubuh pesawat. Bagian pertama yang jatuh adalah sayap sebelah kanan. Kemudian pintu R-2. Selanjutnya empat tempat duduk: baris 19 bangku ke-4, 5, 6, dan 7. Pola kerusakan berlanjut dalam garis lurus sepanjang kabin menuju baris 16 bangku ke-8, 9, dan 10. Kemudian geladak "C", yang mengambil posisi di baris 17 bangku ke-4 hingga 7. Selanjutnya Baris 18 dan 20, bangku ke-4 hingga 7, persis di pangkal bagian depan sayap kiri. Dan berakhir di baris 19 bangku ke-1 hingga 3.

Dalam perlintasannya di dalam tubuh pesawat, diduga misil itu meninggalkan berkas bahan bakar padatnya di bangku-bangku pesawat yang dilewatinya. Setelah misil itu menembus badan pesawat dari sisi kiri, para penumpang, bangku-bangku, geladak, kereta makanan, dan tas-tas bagasi tersedot keluar interior pesawat melalui lubang di sebelah kiri. Semuanya berserakan di dasar laut di daerah sepanjang 4700 kaki.

Gambaran yang diperoleh dari komputerisasi peta serpihan pesawat 747 itu membuat James mampu melihat proses kehancurannya dari semua sudut pandang yang mungkin. Didukung deskripsi dari para saksi mata, James menyimpulkan bahwa misil berkepala tak aktiflah yang menembus pesawat itu. Kepala misil itu dapat dipastikan tidak aktif karena ketika tabrakan terjadi, ledakan tidak serta-merta terjadi. Tidak ada pola serpihan yang menunjukkan adanya ledakan di titik impak. Dan siapa gerangan yang mungkin menggunakan kepala misil dummy? "Pasti bukan Hizbullah," kata James.

Residu Bahan Bakar

Perkembangan penting dalam penyelidikan James datang pada awal tahun ini. Dari sumber yang sama, dia memperoleh sample busa bangku-bangku baris 17,18, dan 19 yang mengandung residu bahan bakar padat misil.

James membawa sample itu ke seorang teknisi di West Coast Analytical Services, Inc., sebuah laboratorium uji kimia di California. James ingin mengetahui zat apa yang terkandung di dalamnya dan ingin menguji apakah hasil analisis itu sama dengan residu dari bahan bakar padat roket.

Aluminium adalah ciri pertama bahan bakar padat. Silikon dan tembaga adalah ciri kedua dan ketiga. Magnesium juga merupakan tanda positif. Tapi sebuah sampel yang sudah terendam air laut mungkin akan memberi hasil positif untuk uji magnesium, sehingga mustahil untuk menentukan apakah kandungan magnesium dalam sampel itu berasal dari sumber lain selain garam laut.

West Coast Analytical Services, Inc., menerima sampel residu berwarna oranye-kemerahan itu pada 23 Januari 1997. Tes awal dilakukan untuk "melacak aluminium dengan menggunakan spektroskopi emisi." Meskipun aluminium yang jadi fokus, semua logam dan senyawa lain ikut terdeteksi. Hasilnya menunjukkan sample itu mengandung 18% magnesium, 15% silikon, 12% kalsium, 3% aluminium. Unsur-unsur ini konsisten dengan residu dari bahan bakar padat misil.

Sumber pemerintah menyebut unsur-unsur ini adalah kandungan bahan perekat yang digunakan dalam pembuatan bangku pesawat. Tapi, ada tiga wartawan yang diketahui meneliti bahan perekat yang digunakan pembuat bangku pesawat, David E. Hendrix dari The Riverside Press-Enterprise, Bill Scott dari Aviation Week, dan Reed Irvine dari Accuracy in Media, Inc. Penelitian mereka memperoleh hasil yang sama: Perekat (adhesive) hampir sama sekali tidak digunakan dalam pembuatan bangku pesawat, selain sedikit untuk menggabungkan dua busa pada bagian sandaran kepala.

Sebaliknya, bahan perekat (adhesive) memang digunakan pada misil. Menurut Thiokol, salah satu pembuat misil tertua di AS, "Adhesive berperan penting dalam menggabungkan berbagai material yang tak sejenis, juga untuk menutup rongga antarbahan untuk mencegah terjadinya kebocoran gas dalam misil."[]

Bagian 1 | 2 | 3 | 4 | 5 |



Bandung, Oktober 1997. Pernah dipublikasikan di Majalah berita mingguan UMMAT

Kembali ke Halaman Depan