EDISI 14  
Oktober-Desember 1998 

Menu Utama


Daftar Isi
 Renungan Bagi Orang Tua

 Bintang Yang Sesungguhnya

 Bintang Di Malam Gelap

 Nona Kecil Bernama Jessica

 Papa Di PHK

 Tahukah Anda

 Ucapan Natal & Tahun Baru


Email
Email:
emailbox@cbn.net.id

PAPA DI-PHK
Mama, Apakah kita akan jadi miskin?

Catatan dari redaksi: PHK masih akan terjadi pada waktu-waktu mendatang, mungkin terjadi pula di antara kita. Sebagai orang beriman, kita percaya bahwa tidak ada yang kebetulan terjadi dalam hidup anak-anak Tuhan dan segala sesuatu mungkin bagi Allah kita yang Maha Murah. Sikap iman yang benar dan penyerahan diri dalam doa adalah langkah pertama yang terpenting untuk disampaikan dan dilakukan bersama seluruh keluarga, termasuk bersama anak-anak. Seiring dengan hal tersebut, artikel di bawah ini dapat menolong kita untuk melakukan langkah-langkah konkret yang baik.

Berbicara kepada anak tentang PHK:10 Langkah penting

umlah karyawan yang sudah di-PHK sampai saat ini di Indonesia sebagai konsekuensi logis dari krisis moneter 1997 yang diikuti oleh resesi ekonomi mencapai 15,4 juta orang, jumlah mana diperkirakan akan meningkat menjadi 18-20 juta dalam dua tahun mendatang. Ini diungkap oleh Dirjen Bina Penta Depnaker pada Rapat Kerja Komisi V DPR di Jakarta baru-baru ini.
     Salah satu akibat sampingan dari keadaan ekonomi yang tidak menentu yang telah menyebabkan susutnya lapangan kerja ini ialah timbulnya stres berat di tengah-tengah para pekerja yang masih bekerja tetapi tidak tahu sampai kapan sebelum mereka pun di-PHK. Dan stres ini terbukti menyebabkan munculnya kekerasan di tempat kerja, kekerasan psikologis. Tidak cuma Indonesia yang sedang menghadapi problem ini, juga negara-negara lain, sudah global, sehingga I.L.O. (Organisasi Buruh Internasional), suatu badan dari P.B.B. menerbitkan laporan setebal 165 halaman berjudul VIOLENCE AT WORK yang mengemukakan hal Kekerasan di Tempat Kerja yang telah menjadi bahan kerisauan global. Karena, tidakkah ketegangan dan kekerasan di tempat kerja ini, kalau terjadi dalam skala lebih besar di negara sedang berkembang dengan penduduk 200 juta lebih orang seperti Indonesia, bisa menjadi bibit potensi ketegangan dan kekerasan sosial di masyarakat?
     Kalau P.B.B. (Perserikatan Bangsa-bangsa) tengah mengupayakan jalan keluar untuk mengatasi soal PHK global di dunia, dan Depnaker (Departemen Tenaga Kerja) R.I. sedang banting tulang menciptakan lapangan-lapangan kerja baru untuk menampung sebagian dari orang-orang yang kena PHK, bagaimana kita sebagai keluarga mengatasi masalah PHK di rumahtangga kita kalau ayah sebagai kepala keluarga pada suatu sore pulang kerja membawa surat PHK dan gaji terakhir plus pesangon karena besok ayah sudah tidak punya pekerjaan lagi?
     Tidaklah mudah untuk menjelaskan kepada seorang anak kecil tentang krisis ekonomi dan krisis emosi yang diakibatkan oleh PHK. Sebagian anak boleh jadi tidak memahami benar apa artinya bekerja itu. Bagi seorang anak umur 2 sampai dengan 4 tahun, bekerja hanya berarti orangtuanya pergi berjam-jam lamanya dan seseorang lain (pengasuh anak, umpamanya) mengurusi dia selama jam-jam itu. Jadi, konsep PHK tidak punya arti yang penting bagi si anak.
     Sesungguhnya, bila orang-tua di-PHK, seorang anak kecil boleh jadi akan merasa senang. "Kalau papah (dan atau mamah) di-PHK," si anak mungkin akan berpikir, "papah (dan atau mamah) akan punya lebih banyak waktu untuk bermain dengan saya."
     Anak-anak lebih besar yang mengerti bahwa orang-tua pergi kerja untuk mencari uang guna menunjang keluarga boleh jadi sudah mulai mengerti sebagian dari akibat PHK, meskipun pikiran mereka mungkin masih belum sepenuhnya rasional.
     Seorang anak umur 8 tahun, umpamanya, tidak mengerti mengapa PHK adalah suatu hal yang sangat menakutkan, tetapi ia sendiri menjadi takut melihat orangtuanya sangat terganggu karena ayahnya telah di-PHK. Si anak akan menarik kesimpulannya sendiri yang dipenuhi kekhawatiran-kekhawatiran seperti, umpamanya:
     - dia harus meninggalkan rumah tembok di kota dan pindah ke rumah gubuk di kampung;       atau
     - orangtuanya sudah tidak mampu lagi menyekolahkan dia di sekolahnya yang sekarang;       atau bahkan dia harus bekerja untuk membantu mencari tambahan penghasilan.
     Tetapi yang biasanya paling mengganggu anak bila orang-tuanya di-PHK ialah merasakan - atau menyaksikan - orang-tuanya hancur secara emosional. Anak-anak menggantungkan diri pada orang-tua mereka untuk stabilitas dan keamanan; bila orang-tua menjadi sangat terganggu, hal ini dapat mengancam keselamatan dari dunianya si anak. Maka, bila orang-tua di-PHK, gelombang kejutan emosionalnya akan menggulung ke seluruh keluarga.
     Seperti halnya dengan semua krisis, PHK dapat ditangani dengan sesedikit mungkin stres di pihak anda dan anak anda. Dan pengalaman ini dapat bermanfaat untuk mengajari anak suatu pelajaran yang sangat indah: Meskipun jalan hidup ini tidak selalu mulus, keluarganya adalah keluarga yang penuh kasih dan cukup kuat untuk melewati bagian-bagian jalan yang paling tidak rata sekali pun.

1. Berterus terang kepada anak
Jangan sembunyikan kenyataan bahwa anda telah di-PHK. Berterus teranglah sedari awal, meskipun tidak semua detail perlu anda beberkan, terutama bila anak masih sangat muda. Anak umur 4 atau 5 tahun cukup diberitahu bahwa "Papah di-PHK hari ini maka papah tidak akan bekerja di kantor (atau pabrik atau rumahsakit) untuk sementara. Tetapi papah akan mencari pekerjaan baru dan pindah ke kantor baru."
     Anak umur 7 atau 8 tahun yang sudah lebih mengerti apa artinya orang bekerja dapat diberitahu, "Papah di-PHK kemarin. Papah agak sedih sebab papah menyukai pekerjaannya dan senang bekerja karena mendapat gaji. Tapi papah akan cari pekerjaan baru dan mungkin akan mendapat pekerjaan yang lebih baik. Tapi sementara waktu, semuanya akan berjalan seperti biasa. Kamu akan sekolah dan bermain dengan teman-teman dan melakukan hal-hal yang biasa kamu lakukan."
     Kepada anak umur 10 atau 11 tahun anda dapat menceritakan bahwa "Papah di-PHK kemarin. Papah sedikit kecewa karena papah menyukai pekerjaannya dan suka bekerja mencari uang sehingga papah papah bisa membelikan kita berbagai barang yang bagus-bagus. Papah akan mencari kerja lain, tetapi sementara ini semuanya akan berjalan seperti biasa. Kita sementara waktu harus sedikit lebih hati-hati dalam membelanjakan uang kita, tapi selain dari itu semuanya akan tetap sama seperti biasanya."
     (Putuskan di muka apa yang akan anda katakan. Besar kemungkinannya anda sedang berada dalam keadean emosi yang goyah saat itu dan barangkali tidak sejernih biasanya dalam berpikir, maka sebaiknya anda siapkan dulu apa yang akan anda katakan.)

2. Jangan ciptakan kesadaran palsu tentang realita
Dalam upaya melindungi anak terhadap stres emosional dan ekonomi dari PHK, ada orang-tua yang memberi anak-anak mereka mainan-mainan baru dan lain-lain. Tapi ini hanya menciptakan kesadaran palsu tentang realita yang dapat membingungkan anak. Anak dapat melihat bahwa ayah dan ibunya gelisah tentang uang, maka mereka akan berpikir, "Mengapa mereka masih membelikan kami hadiah-hadiah?" Mereka mulai mempertanyakan kemampuan diri mereka untuk memahami realita dan kejujuran orang-tua mereka. Menciptakan keadaan kontradiktif ini juga dapat menimbulkan kesan bahwa adalah wajar saja untuk berpura-pura bahwa segala sesuatunya beres meskipun sesungguhnya tidak demikian. Anak perlu disadarkan tentang krisis keluarga yang sedang melanda mereka dan didorong untuk berpartisipasi, dengan cara yang sesuai dengan umur anak, di dalam menghadapi krisis itu.

3. Biarkan anak-anak ikut membantu
Sebagai anggota keluarga, seorang anak akan ingin membantu memecahkan problemnya ketika keluarga sedang melewati masa yang sulit. Biarkan dia. Anak umur 4 atau 5 tahun umpamanya, dapat diberi tugas "bermain dengan diam ketika mamah sedang menelpon," atau "menyikat gigi sendiri ketika mamah sedang menulis surat." Seorang anak umur 7 tahun dapat "membantu membereskan meja sesudah makan malam setiap hari," sementara anak 11 tahun "membantu adik yang akan tidur agar papah punya lebih banyak waktu untuk menulis surat lamaran kerja."
Satu cara lain: Ajak anak-anak belanja ke pasar swalayan dan biarkan mereka ikut memikirkan cara-cara belanja yang menghemat anggaran.

4. Lanjutkan rutinitas yang sudah berjalan
Anak-anak bergantung pada rutinitas dan prediktibilitas untuk meyakinkan diri mereka bahwa dunia mereka adalah aman. Maka secara kritikal adalah penting untuk berusaha meneruskan rutinitas sehari-hari mereka sejauh mungkin itu dapat dilakukan. Seorang anak akan menderita lebih besar oleh rutinitas yang terputus daripada oleh ketidak-mampuan sementara anda untuk membelikan mereka mainan-mainan istimewa atau barang-barang bagus lain.

5. Jangan bebani anak terlalu berat
Meskipun anak-anak perlu diberitahu tentang krisis yang sedang melanda keluarga, tetapi jangan membuat mereka merasa bertanggungjawab untuk memperbaiki keadaan itu.
Ada ibu yang terlalu berat bersandar pada anak-anaknya untuk mendapatkan topangan emosional. Contohnya, seorang ibu yang setelah mengalami suatu pengalaman PHK yang traumatik, meminta anak perempuannya yang berumur 5 tahun untuk tidur bersamanya "agar mamah tidak merasa kesepian."

6. Lakukan secara hati-hati transisi yang harus anda buat
Jika anda telah di-PHK lama dan belum juga mendapat pekerjaan lain, anda mungkin harus membuat beberapa penyesuaian di dalam rutinitas anak anda.
     Umpamanya, memindahkan anak anda yang berumur 6 tahun dari sekolah swasta yang "mahal" ke sekolah lain yang "lebih murah". Lakukan hal ini pada awal tahun pelajaran baru, agar transisi terasa lebih natural. Dan jelaskan kepada anak tentang rutinitasnya yang baru yang akan berbeda. Pastikan bahwa anda menjawab setiap pertanyaan sejujur dan sesederhana mungkin.

7. Carilah bantuan luar, jika perlu
Kadang-kadang anak bertindak dengan cara-cara yang menandakan kebingungan mereka. Perilaku regresif seperti mau "menempel" terus pada ibunya, menjauhkan diri dari teman-teman, hilang nafsu makan, tidur yang terganggu, kemunduran mendadak dalam prestasi belajar di sekolah, kembali kepada kebiasaan-kebiasaan lama yang buruk seperti ngompol, tambah "nakal" di sekolah (problim-problim perilaku), boleh jadi merupakan tanda-tanda anak anda sedang mengalami kesulitan di dalam mengatasi keadaan baru itu. Bila anak anda cukup matang, cobalah berbicara dengannya tentang bagaimana perasaannya. Tetapi bila perilaku non-karakteristik itu berlangsung lebih dari beberapa minggu, anda mungkin perlu bantuan dari luar - seorang profesional perawatan kesehatan mental, umpamanya.

8. Kuasailah emosi anda
Yang paling mengganggu seorang anak ialah melihat orang-tuanya kehilangan kendali secara emosional. Rasa sedih sampai suatu batas tertentu adalah wajar jika anda baru saja di-PHK, dan boleh-boleh saja menunjukkan kepada anak anda bahwa kadang-kadang papah dan mamah merasa sedih. Tetapi menangis sambil memaki-maki di depan anak anda akan mengamcam kepercayaan anak anda kepada kemampuan anda mengurus mereka apa pun juga yang terjadi.
     Hal ini berlaku juga bagi anda bila yang di-PHK adalah pasangan anda. Anda tidak boleh menjadi cerminan stres pasangan anda, karena anak-anak anda akan melihat kepada anda untuk mendapatkan penegasan kepastian bahwa dunia mereka adalah masih aman. Kalau anda gelisah atau ketakutan dan meneruskan perasaan-perasaan itu kepada anak-anak anda, mereka akan ber pikir, "Kalau begitu, saya rasa kita benar-benar sedang dalam kesulitan bila baik mamah mau pun papah khawatir seperti itu."
     Meskipun marah adalah reaksi normal terhadap PHK, usahakan untuk tidak melampiaskannya kepada anak-anak. Jangan sampai anda membiarkan anak-anak anda menanggung bagian terberat dari amarah anda.

9. Selenggarakan "rapat" keluarga
Arti penting dari kekompakan dalam saat-saat kritis adalah salah satu dari pelajaran-pelajaran penting yang patut diperhatikan yang dapat diajarkan kepada anak oleh PHK orang-tua. Untuk membantu setiap anggota ke]uarga menghadapi krisis ini, adakan "rapat" keluarga setiap minggu dalam mana setiap orang memperoleh kesempatan untuk berbicara dan berbagi. Orang-tua yang di-PHK depat memberitahukan perkembangan mencari kerja yang dia lakukan. (Tidak perlu mendetail kalau anda belum berhasil, agar tidak menambah anksitas anak-anak.) Dan setiap anggota keluarga mendapat kesempatan untuk mengutarakan perasaannya dan upaya-upaya yang telah dilakukannya selama itu.

10. Tingkatkan semangat anda sendiri
Anak-anak merasakan bila orang-tuanya sedang bingung; mereka merasakan adanya peningkatan iritabilitas, kesedihan, atau distraksi. Dan seringkali, anak-anak merasa diri merekalah yang harus dipersalahkan untuk kesusahan orangtua. Untuk meniadakan perasaan-perasaan ini, curahkan waktu dan upaya untuk membangkitkan kembali semangat anda yang sedang gembos.
Tentu saja, penangkal paling baik terhadap kemurungan-kemurungan PHK adalah mendapatkan pekerjaan lain. Tetapi itu akan datang dengan ketekunan, waktu, dan sedikit kemujuran. Namun, sementara menunggu, tidak ada hal yang lebih penting - baik bagi anda sendiri mau pun bagi anak-anak anda - daripada menjaga diri anda tetap tegar dan tidak goyah.

(Bahan dari: Psychology Today, terjemahan oleh I A SR)