<<home>><<artists>><<FAQ>><<hale bopp>><<journal>>

<<special>><<sign guestbook>><<view guestbook>><<feedback>>

 

 

 

TORN BETWEEN THE MAJOR AND THE INDIE

An article written with a great help from Tony Beard,

who helped me much in understanding the major/indie biz.

Thanks, Tony!

 

Baiklah.  Jika sekarang Anda menanyai saya, sebenarnya band-band yang ditampilkan di Ennui itu, aliran musiknya apa sih?  Terus terang, bagi saya pun itu adalah pertanyaan yang sulit dijawab.  Saya akan berpikir keras, berulang-ulang, itupun tanpa menghasilkan jawaban yang baik.  Britpop?  Ah, bukan.  Tidak semua yang kami tampilkan Britpop.  Musik British?  Tidak juga, meski nama yang kami usung adalah Britone.  Ada band-band dari negara lain kok.  Musik indie?  Wah, sama sulitnya.  Soalnya The Bluetones itu tidak mau disebut band indie!

Terminologi indie sendiri memang cukup membingungkan.  Mulanya, kata ‘indie’ ditempelkan pada para musisi yang bernaung di bawah label independen, bukan di bawah label major.  Di UK, karena musik yang dimainkan para musisi indie terpisahkan dari mainstream (pernah dengar boyband yang indie?  Rasanya tidak, ya), ‘indie’ pun seringkali dianggap suatu aliran musik.  Lahirlah sebutan-sebutan semacam ‘indie kid’, ‘indie rock’, ‘indie dance’, dan lain sebagainya.  Namun kembali terlihat keterbatasan manusia dalam membuat batasan.  Banyak band indie yang berpindah ke label major, dan banyak pula band yang sejak awal bercokol di label major memainkan musik seperti para musisi indie.  Jadi bagaimana?  Artikel yang saya tulis ini tidak hendak memperpanjang polemik terminologi.  Saya hanya akan mencoba menjelaskan tentang masalah label indie dan major di UK.

Adalah suatu kenyataan bahwa tidak ada lagi label yang penuh dimiliki UK selain label-label indie, sejak EMI dibeli oleh Capitol.  Yah, bisa dibilang label-label indie adalah benteng terakhir dunia musik UK.  Sebelum beranjak lebih jauh ke label-label indie, ada baiknya kita tengok label-label major dulu (seterusnya akan saya sebut ‘indie’ dan ‘major’ saja). 

Saat ini ada 5 major:

Capitol (inc. EMI, Parlophone, Virgin, Hut etc)

Sony (inc Columbia, S2, Epic)

BMG (RCA and Arista)

Universal (inc Island and Polydor)

Warner Music (Warners, London, 679, Blanco)

Label-label seperti Island, EMI, Virgin, dan lain-lain yang ada di dalam tanda kurung, sebelumnya bersifat independen satu sama lain, sebelum mereka melakukan merger menjadi hanya 5 major saja.   Nah, sejumlah major tersebut masing-masing memiliki apa yang disebut subsidiary.  Misalnya, Warner punya 679 Recordings dan Blanco y Negro (‘rumah’ Catatonia dan Mull Historical Society).  Sedangkan EMI dulu punya Food (sekarang sih sudah ditutup).  Label-label subsidiary tersebut dimiliki sepenuhnya atau sebagian oleh major, dan seringkali dijalankan oleh sekelompok kecil orang yang terpisah dari perusahaan major, di kantor yang berbeda-beda.  Tingkat  independensi subsidiary terhadap major berbeda-beda.  Kebanyakan harus melapor langsung ke major dan sepenuhnya dikontrol.  Biasanya cuma a&r (artist & repertoire) saja yang berbeda.  Misalnya, Geoff Travis, a&r-nya Blanco, juga bekerja untuk indie Rough Trade.  Tetapi, Rough Trade, sama halnya dengan label Heavenly, dipasarkan melalui Warners.  Banyak label-label subsidiary tersebut aslinya adalah indie, yang ‘menyerah’ ke major karena alasan finansial.  Nah, ada pula subsidiary yang sengaja dibentuk untuk memberikan kesan indie.  Misalnya Hut, rumah-nya Embrace, yang didirikan oleh Virgin.

Indie sejati yang tersisa tinggal beberapa, empat yang terbesar adalah Rough Trade (The Strokes), Beggars Banquet/XL (The Charlatans, Badly Drawn Boy... ingat?), One Little Indian, dan PIAS, juga sejumlah label dance/garage underground.  Label-label indie tersebut di UK sangat aktif, dan kebanyakan band panggung bernaung di bawah mereka.  Band-band indie tidak harus langsung ngetop – banyak di antaranya yang harus bergelut dulu dalam kesusahan, misalnya The White Stripes, yang baru berhasil mengukir nama mereka di album ketiga. 

Masalah jual-beli label dan hubungan major/indie memang sering bikin kesulitan.  Lihat saja contohnya, Go! Discs yang terpaksa bubaran setelah dibeli oleh salah satu major.  Andy Macdonald, pentolan Go!, untungnya cepat pulih dan mendirikan label Independiente.  Kontrak pertamanya diberikan pada... Travis!  Tingkat komersialitas yang tinggi dari major juga sering menimbulkan nasib pedih bagi para musisi, misalnya yang dialami Menswe@r yang didepak dari label major yang memiliki label tempat mereka bernaung (Laurel), gara-gara mereka dianggap tak mampu menghasilkan album yang dapat masuk chart! Biasanya, di bawah indie, para musisi lebih bebas berkarya karena tidak ada perhitungan untung-rugi yang terlalu ribet.  Yang penting, keinginan bermusik lancar!  Subsidiary pun tak lepas dari kesulitan.  Contohnya Elektra yang terpaksa tutup akibat berutang pada major-nya, membuat nasib Longpigs sempat terkatung-katung sebelum mereka ditolong oleh label Mother milik U2.  Kalau yang susahnya buat kita di sini, album indie seringkali sulit diperoleh karena jika mereka tidak punya channel distribusi lewat major, mereka tidak dapat memasarkannya di negara-negara yang jauh.  Saya saja sekarang masih menanti album Hoggboy terbitan Sobriety Records yang entah kapan dapat dijual di sini T_T.  Kalau sudah begini, biasanya pembajakan lewat MP3 jadi marak.  Wah, tambah pusing deh.   (tp Juni 2002)

PS Foto-foto yang dipajang di sini mungkin kurang nyambung dengan artikelnya.  Memang sih, buat menyemarakkan saja!  Kalaupun ada tema fotonya... euh... menyanyi? ^_^