|
Sejarah
Tirta Samudra
II.
Pendirian
Pembentukan
dan Situasi Awal Setelah Berdiri
Setelah
melalui berbagai usaha persiapan yang tidak terlalu mudah, pada
tanggal 29 Maret 1996, James Waskito dengan didukung oleh keluarganya
mendirikan klub yang dinamai Perkumpulan Wushu Tirta Samudra (saat
ini sudah berganti nama menjadi Pembinaan Wushu Tirta Samudra).
Klub tersebut melaksanakan aktivitasnya di Jl TGP, di sebuah aula
milik Bapak Jusuf Deli, yang saat itu memberi bantuan dengan peminjaman
aula secara cuma-cuma. Saat berdiri, PW Tirta Samudra hanya terdiri
dari 1 pelatih yaitu James dan angggota/peserta latihan berjumlah
13 orang. Beberapa orang dari ke-13 orang inilah yang di kemudian
dikenal sebagai angkatan pertama tokoh-tokoh PW Tirta Samudra seperti
Darius Adimargono, Adi Suryono, Rudy, Andre Ferianto dan lainnya.
Saat itu James baru berusia 16 tahun, sedangkan anggota paling tua
adalah Go Tek Oen (21 tahun) dan anggota seperti Rudy dan Andre
baru berusia 11-13 tahun. Uang pangkal saat itu adalah sebesar Rp
25.000 sedangkan iuran bulanan sebesar Rp 10.000. Materi yang diajarkan
baru ji ben gong (gerakan dasar) dan taolu (jurus wajib internasional).
Ketiga jurus itu adalah chang quan, nan quan, dan tai ji quan.
Pada aktivitas keseharian, mulai dari membantu James memberi contoh
gerakan, mengabsen kehadiran, hingga mengumpulkan iuran ditangani
oleh beberapa orang yang disebut di atas. Saat proses latihan telah
menghasilkan beberapa orang yang telah menguasai beberapa jurus,
maka diangkat beberapa asisten untuk membantu James dalam melatih,
seperti Agustinus Adrianto (nan quan) dan Steven Halim (chang quan).
Tim inilah yang menjadi cikal bakal manajemen klub seperti saat
ini.
Pemunculan pertama klub ini di depan publik adalah pada tanggal
27 April 1996 pada saat diminta mengisi acara eksebisi wushu dalam
Peringatan Sewindu Keluarga Mahasiswa Buddhis Malang di Peacock
Hall Hotel Kartika Prince (sekarang Hotel Kartika Graha), dihadapan
sekitar 100 orang undangan. Pada pemunculan pertama ini, para asisten
menampilkan kemampuan jurus secara penuh, bahkan James selaku pelatih
juga turut menampilkan nomor jian shu, karena anggota yang layak
ditampilkan sangat terbatas. Pada saat itu, untuk penampilan jurus
penuh (bermain maksimal dan tanpa pemotongan gerakan), tim dari
Tirta Samudra memperoleh penghargaan berupa plakat kenang-kenangan
dan sekotak snack bagi tiap anggota tim, yang pada saat itu sudah
sangat disyukuri (berbeda dengan pada tahun 2003, tim eksebisi Tirta
Samudra sudah bernasib jauh lebih baik, dengan penghargaan berupa
publik penonton yang banyak dan beragam, konsumsi yang sangat layak
dan uang honorarium yang cukup besar). Karakteristik yang demikian
kemudian yang membuat PW Tirta Samudra dikenal masyarakat Malang
sebagai klub yang identik dengan klub anak-anak muda.
|