EDISI 13 |
Juli - September 1998
|
|||||||
Menu Utama
|
![]()
Mazmur 127 : 1 berkata dengan sangat jelas betapa sia-sianya arti sebuah rumah tangga tanpa Tuhan. Sebaliknya betapa sulitnya seringkali bagi orang Kristen menjadikan Kristus sebagai kepala di rumah kita. Tidak bisa tidak, demi mewujudkannya, anak-anak harus melihat dan merasakan bagaimana ayah dan ibunya selalu mengasihi dan menomorsatukan Kristus, mencintai dan mentaati firmanNya, berani jujur dalam segala hal, bertanya dan mencari kehendak Tuhan dalam setiap keputusan. Kesukaannya adalah melayani Tuhan, hormat dan kudus dalam ibadah, dan seterusnya. Terasa beratkah? Seharusnya tidak, bila kita mengingat bahwa karena kasihNya demi menebus kita yang berdosa, Kristus mau hadir di dunia dan mati bagi kita. Mustahil anak-anak kita dapat bertumbuh bersama Kristus sedini mungkin, jika kita tidak menghadirkan Kristus didalam hidup setiap saat. Anak-anak membutuhkan kita saat sakit dan sedih, namun mereka dapat dimengertikan bahwa Tuhan Yesus lebih mengerti dan merasakan kesusahannya. Ketika anak tidak taat dan harus didisiplin, pada saat yang sama kita harus berkata bahwa betapa sedihnya hati Allah bila anak-anakNya tidak taat. Ketika anak belajar tentang dosa, dia harus mengetahui juga bahwa Allah sangat membenci dosa dan Kristus harus mati disalib untuk menebus manusia yang berdosa. Saat dia sendiri, dan papa mama harus bekerja atau melayani, pastikan bahwa Kristus ikut menjaganya. Ketika anak rajin berdoa dan melakukan segala yang baik dari Firman Tuhan, katakan dan yakinkan betapa Bapa di surga senang dan tersenyum memandangnya. Dan dimanapun dia berada, hingga dia besar, ingatkan bahwa ada Allah yang menjaga, mengasihi dan mengawasinya. Semua itu anak bisa dapatkan di rumah. Anak tidak membutuhkan orang tua yang sempurna. Namun anak membutuhkan Allah yang sempurna hadir dalam kehidupan orang tuanya. "Karena jikalau bukan Tuhan yang membangun rumah, maka sia-sialah orang membangunnya." - Ev. A L S, STh |