Eunike
 EDISI 13  
Juli - September 1998 

Menu Utama


Daftar Isi
 Renungan Ibu

 Kesaksian & Pengalaman

 Bolehkah menuntut anak?

 Mutiara Bina Balita

 Kebutuhan Anak

 Wawancara

 Tips untuk orang tua


Email
Email:
emailbox@cbn.net.id

Kehadiran Anak Membentuk Saya
Wawancara oleh Dra. R R

agi saya, anak adalah anugerah Tuhan yang harus dihargai. Saya menghargainya dengan cara mendidik anak saya di dalam kasih dan takut akan Tuhan. Di dalam proses mendidik anak saya (Alvin), saya sungguh-sungguh menyadari dan mengalami bagaimana Tuhan memproses dan membentuk saya terlebih dahulu.

Saya orangnya kurang sabar. Dengan adanya anugerah anak, saya dididik Tuhan untuk belajar sabar. Bila saya tidak mau diproses dan dibentuk oleh Tuhan, maka saya pasti bukanlah orang tua yang baik. Saya berkata demikian, sebab Alvin membutuhkan saya sebagai model bukan sebagai penasehat. Alvin belajar dengan cara meniru apa yang dilihat, bukan melakukan apa yang didengar.

Selain saya dibentuk oleh Tuhan untuk belajar sabar, saya juga belajar disiplin. Seandainya tidak ada Alvin, saya mungkin tidak mau belajar disiplin. Saya harus belajar mendisiplin diri saya sendiri karena saya takut jika saya tidak disiplin, saya akan menuai akibat yang saya tabur pada saat ini.

Saya percaya, semua anugerah yang Tuhan berikan dan percayakan untuk saya terima adalah untuk membentuk saya makin hari makin menyerupai sifat-sifat yang Tuhan kehendaki di dalam diri saya. Akhirnya, segala sesuatu bila dianggap sebagai proses pembentukan Tuhan akan menjadi akrab.

- Ny. V


etiap kali saya melihat anak saya, ada hati yang berserah kepada Tuhan. Saya berserah karena anak saya adalah titipan Tuhan. Jadi, anak saya adalah milik Tuhan. Apapun yang terjadi terhadap diri anak saya, saya harus siap menerimanya karena dia bukan milik saya tetapi milik Tuhan.

Anugrah anak yang Tuhan titipkan kepada saya saat ini, harus saya kasihi dengan benar. Jadi, saya tidak boleh mengasihi anak saya lebih daripada saya mengasihi Tuhan. Selain itu, dengan adanya anak saya, saya juga makin mencintai suami saya. Setiap kali saya melihat wajah anak saya yang mirip papanya, saya makin mencintai suami saya karena anak merupakan buah cinta dari kami. Hubungan kami sebagai suami-istri menjadi lebih erat. Bila bertengkar harus belajar menyelesaikan dengan baik sebagai model buat anak.

Sejak ada anak, saya juga lebih berhati-hati dalam berbicara dan bertindak jika mau menjadi model bagi anak saya. Latihan ini sangat berguna bagi saya sebagai seorang penginjil. Saya menjadi lebih bertanggung-jawab untuk berbicara dan bertindak.

Dengan memiliki anak, saya juga makin terlatih kepekaannya terhadap anggota jemaat saya yang saat sedih hanya bisa menangis tanpa mampu berkata-kata. Saya lebih bisa mengira-ngira dan memahami hal yang dirasakannya. Sifat saya sebagai seorang gembala terhadap jemaat saya juga makin meningkat, karena sifat keibuan saya meningkat. Saya juga lebih dapat memahami rekan kerja saya.

Saya sungguh bersyukur atas anugerah anak dari Tuhan yang membentuk saya makin menjadi berkat bagi keluarga dan jemaat.

- Ny. L K S (Ev. E)