EDISI 13 |
Juli - September 1998
|
|||||||
Menu Utama
Daftar Isi
|
Belum sempat saya mengucapkan kata-kata untuk menghibur dia, terdengar suara teman-temannya di luar dengan suara sepeda mereka. Aneh bin ajaib! Tiba-tiba si kecil dua tahunku itu berkata, "mama, Nathan mau main sama teman-teman. Boleh nggak?" Setelah dia berlalu dari depan saya, saya terpekur. Bukankah saya belum mengucapkan bahkan sepatah kata pun, untuk menghibur dia? Tiba-tiba saya tersadar, yang dia butuhkan dari saya bukan kata-kata saya. Tetapi diri saya, kehadiran saya. Seperti bola yang terus bergelinding, demikianlah hari terus bergulir. Kini Nathanku sudah memasuki tahunnya yang ke empat. Saya tersentak, masa di mana saya dapat melihat kaki-kaki mungil itu berlari-larian ... masa di mana saya dapat mendengar suara kanak-kanaknya yang lucu dan menggelitik ... masa di mana saya dapat merasakan tubuh mungil itu di dalam dekapan saya di mana jantung kami berpadu ... masa-masa itu akan segera berlalu. Bukankah suatu kerugian yang besar akan saya alami jikalau saya menyia-nyiakan masa-masa ini? Ketika Nathan menangis di pundak saya, di situ benang-benang halus di hatinya dan di hati saya saling menjalin. Ketika kami berdua berguling-gulingan dengan tawa lepas di tempat tidur ataupun di lantai, di situ benang-benang itu semakin terjalin. Ketika saya membacakan dongeng-dongeng dan kisah-kisah alkitab yang memikat hatinya, benang-benang itu kian menjalin. Ketika saya menemani dia memilih lilin-lilin mainan, menggerakkan robot-robotannya ... benang-benang kasih kami makin kuat mengikat kami. Bayangkan jikalau benang-benang itu kubiarkan lunglai begitu saja tanpa usaha menjalinnya. Atau jikalau benang-benang yang sudah terjalin itu kubiarkan merenggang dan akhirnya terlepas ... Bayangkan jikalau benang yang seharusnya menjadi milik saya itu berpindah tempat menjadi milik suster, pembantu, atau siapa pun juga ... Hari-hari ini adalah kesempatan yang diberikan Tuhan kepada saya dan Nathan saya untuk menikmati kebersamaan kami. Untuk saya dapat membimbing dia, menjaga dia, mengobati dia, menghibur dia, menanamkan kebenaran Tuhan di dalam hati lembutnya, menikmati kelucuannya, belajar darinya, bertumbuh bersama-sama dia. Sungguh, adalah suatu masa emas! Tentu saja, emas di dalam waktu itu hanya bisa saya genggam jikalau saya bersedia memberikan waktu-waktu berharga saya untuk dia, mengesampinkan kesukaan-kesukaan dan kecenderungan-kecenderungan hati saya bahkan ambisi-ambisi pribadi saya demi dia. Jikalau saya selalu bersedia sebanyak mungkin, hadir untuk dia. Saya dan hati saya, dengan benang-benang halus di hati saya yang khusus untuk dia. Maka pada suatu hari nanti, mungkin 20, 30, atau 40 tahun kemudian, emas itu akan bersinar kemilau. Lebih indah, lebih kemilau, daripada sebongkah emas murni. Oh! masa-masa ini akan segera berlalu ... - Ev. A M |