EDISI 15  
Januari - Maret 1999 

Menu Utama


Daftar Isi
 Renungan Bagi Orang Tua
 Jendela Yang Terbuka
 
Membolos Sekolah...
 
Anak Panah & Pahlawan
 
Lebih Mudah Bagi Papa ...
 Satu Jam Saja
 
Anak Dan Buku...
 Mengambil Nilai-Nilai
 Kesehatan: Pilek


Email
Email:
emailbox@cbn.net.id

Anak Dan Buku Dan Gemar Membaca

uku dapat mengembangkan kecerdasan, membina watak, dan bahkan mengubah dunia. Tetapi tanpa dibaca, buku-buku tak lebih dari tumpukan kertas saja.


     "TOLONG Pak, bagaimana saya bisa mendorong anak saya supaya gemar membaca. Gurunya di sekolah minta saya membimbingnya di rumah agar banyak membaca. Tapi anak saya, baru saja memegang buku sebentar sudah meletakkannya kembali. Saya tidak tahu, tapi anak saya pokoknya tidak mau membaca!"

     Pertanyaan ibu dari anak laki-laki berumur 9 tahun ini, kepada seorang penasehat pendidikan, bukan pertanyaan yang jarang. Malah boleh jadi karena sudah amat sering kita dengar maka hal serupa kita anggap wajar, kalau anak tidak suka membaca.
Sesudah mendengarkan lebih lanjut cerita ibu itu, penasehat pendidikan itu bertanya: "Buku-buku dan majalah-majalah apa saja yang Ibu dan Bapak baca di rumah?"

     Dari dialog lebih lanjut dapat disimpulkan oleh penasehat pendidikan itu bahwa di rumah anak yang tidak suka membaca itu, tidak ada tempat bagi buku atau majalah dan tidak pula terdapat suasana kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya minat-baca pada seluruh anggota keluarga.

ANAK DAN MEMBACA

     Masalah yang dihadapi ibu tadi, yaitu masalah anak yang tidak gemar membaca, adalah juga merupakan problem bagi banyak ibu lain di tanah air kita. Kita tak usah cepat-cepat menyalahkan si Upik kalau dia mendapat nilai kurang di sekolah, karena salah satu faktor penyebabnya adalah kurangnya ia membaca. Dan kurangnya si Upik membaca di rumah, sangat boleh jadi disebabkan oleh...kurangnya bimbingan dari ibu dan ayahnya.
Ibu dalam contoh di atas bertanya: bagaimana caranya membuat anak gemar membaca? Barangkali kita tidak bisa "membuat" anak gemar membaca, kalau padanya tidak terdapat motivasi untuk itu. Kita bisa membimbingnya supaya mau membaca, dan ingin membaca, untuk kemudian berkembang sendiri menjadi gemar membaca, antara lain dengan memberikan motivasi.

     Ibu tadi menyadari adanya problem membaca ketika putranya sudah berusia 9 tahun dan setelah guru di SD turun tangan. Ini tidak berarti sudah sama-sekali terlambat. Pada umur berapa sebaiknya anak-anak dibantu untuk gemar membaca?

     Jawabnya: Pada setiap saat, kapan saja sejak keingin-tahuannya muncul. Semenjak anak dilahirkan, sampai ia mencapai usia remaja, sesungguhnya anak terbuka untuk menerima pengarahan. Orang-tua bisa banyak membantu. Dan seyogianya membantu sedini mungkin itu dimulai, makin baik. Dalam hubungan ini, ada baiknya kita lihat tabel berikut

TINGKAT-TINGKAT PERTUMBUHAN INTELEKTUAL

Masa Pertumbuhan
Umur
Perkembangan Intelektual
BAYI
0 - 2 1/2
Masa Pertumbuhan Dari
• Rasa ingin tahu (Apa itu?)
• Kemampuan berbahasa
• fungsi mental
KANAK-KANAK
2 1/2 - 6
Masa perkembangan dari:
• Rasa ingin tahu
(Mengapa? Bagaimana?
Untuk apa?)
• Kemampuan berbahasa
• Fungsi mental
• Imaginasi
• Kepekaan terhadap
rangsang intelektual
(Responsif)
• Kecenderungan
mengumpulkan barang
ANAK
6-12
Masa penghalusan & perkembangan lanjut:
• Cakrawala intelektual
• Aktivitas bermain
• Koleksi barang-barang
REMAJA
12-20
Masa perkembangan penyempurnaan & perluasan cakrawala:
• Inteligensi
• Minat
• Sikap kritis

     Kita lihat pada tabel di atas bahwa perkembangan intelektual anak sesungguhnya mulai pada saat ia dilahirkan. Dan terus berkembang. Dan salah satu kunci perkembangan itu ada di tangan kita, orang-tua. Dan orang-tua di sini tidak berarti ibu saja, tetapi juga ayah. Ibu dan ayah.

PERANAN ORANG-TUA

     Pertama-tama, tentu saja, kalau orang-tua sendiri gemar membaca, anak juga cenderung akan gemar membaca.

     Anak melihat ibu membaca. Kemudian sesudah ia lebih besar, ia mendengar ibu mengambil cerita dan kisah yang bagus dan menarik dari dalam "kotak" itu - buku. Dan sering ibu membuka "kotak" itu untuk memperlihatkan kepadanya apa-apa yang baru saja diceritakan ibu kepadanya. Berwarna-warni. Indah. Dan ia pun lalu tahu, "kotak" ajaib itu buku namanya.
Dengan demikian maka orang-tua telah menyentuh rasa ingin tahu pada diri si anak. Kini tinggal merangsangnya lebih jauh. Dan...mengarahkannya.

     Kita semua tabu, bahwa membaca dan belajar itu haruslah menyenangkan bagi anak, baik belajar di rumah mau pun belajar di sekolah. Bagaimana kita membangkitkan "kegemaran membaca" ini pada anak?

     Mula-mula kita membantu anak untuk mengamati dunia di sekelilingnya. Dan kita membantu untuk menyusun persepsi/pandangan anak menjadi konsep-konsep yang mempunyai arti. Ini merupakan dasar untuk perkembangan anak lebih lanjut.
Kalau belajar itu menyenangkan, maka rasa senang itu dihubungkan oleh anak dengan belajar, dan ini cenderung akan mengembangkan dalam diri anak inisiatif untuk belajar lebih lanjut. Belajar akan terasa merangsang bagi anak, dan anak akan mulai menerima tanggungjawab untuk mencari tahu lebih lanjut, yaitu antara lain dengan jalan membaca.

     Marilah kita ikuti pengalaman seorang ibu lain dalam membina serta mengembangkan minat-baca pada anak-anaknya. Setiap kali ada kesempatan, ibu yang bijak ini mengajak anak-anaknya mengunjungi toko buku yang menjual buku bacaan anak-anak, misalnya pada hari Minggu sepulang dari gereja atau hari libur. Sesibuk-sibuknya orang-tua, bila ia ingin anaknya gemar membaca, ia akan mencari kesempatan untuk membimbing anaknya gemar membaca.

     Pada kesempatan seperti ini si ibu membawa anak-anaknya ke suatu sudut dalam toko buku itu di mana terletak meja-meja buku dan rak-rak buku yang berisikan buku-buku, majalah-majalah dan bahan-bahan bacaan lainnya khusus untuk anak-anak. Di situ tersedia berbagai jenis bahan bacaan dengan tata-cetak dan tata-warna yang menarik. Anak-anak "dilepas" untuk memilih dan mencari bahan bacaan yang menarik perhatian mereka dan disukai mereka. Ada buku cerita, ada buku komik, ada buku riwayat hidup tokoh-tokoh penemu, ada seri buku ilmu alam untuk anak-anak, ada seri buku kehidupan binatang, ada buku cerita kepahlawanan, dan masih banyak macam buku populer lainnya khusus untuk anak-anak. Dengan melihat dan membolak-balik halaman buku-buku yang biasanya penuh dengan gambar-gambar baik berwarna mau pun hitam-putih itu, akan tergugahlah minat-baca anak-anak. Lalu si ibu memberitahukan bahwa setiap anak diperkenankan untuk memilih dan membeli satu atau dua buah buku. Cara ini dilakukan oleh si ibu dua atau tiga bulan sekali. Di samping itu si ibu tidak lupa berlangganan majalah mingguan khusus untuk konsumsi anak-anak. Pada waktu-waktu senggang, atau pada waktu piknik bersama, ibu, ayah dan anak-anak berkumpul dan berbincang-bincang mengenai isi majalah atau isi buku-buku yang telah dibaca anak-anak. Bila hal ini dilakukan terus-menerus sehingga menjadi suatu kebiasaan, maka si ibu akan berhasil membina serta memupuk minat-baca pada anak-anaknya. Lebih-lebih bila orang-tua mengetahui isi buku yang dibaca anak-anak dan bisa membicarakan isi buku itu dengan anak-anaknya.

     Dari gemar membaca buku dan majalah yang disenangi, orang-tua dapat mengarahkan kegemaran baca anak-anak pada kegemaran membaca buku pelajaran sekolah. Caranya tentu dimulai dengan menyelang-nyeling bacaan anak yang disukainya dengan bacaan buku pelajaran dari sekolahnya. Selanjutnya anak akan terbiasa membaca buku pelajaran dan buku-buku yang sesuai dengan kegemarannya sendiri yang bisa menyokong kemajuannya di sekolah. Pada waktu-waktu tertentu anak akan tahu buku bacaan mana yang perlu ia baca dan yang tidak perlu ia baca. Anak boleh jadi lebih banyak tertarik oleh buku-buku bacaan yang dekat pada dirinya, yang menceriterakan sesuatu yang mudah dipahami dan nyata berhubungan dengan kegemarannya. Lama kelamaan anak akan merasa kehilangan waktu untuk membaca buku pe]ajaran sekolah bila sedang musim ulangan. Bila tahap ini sudah dirasakan oleh anak, orang-tua tinggal bertanya atau mengawasi anak, apakah ia cukup banyak belajar dari buku pelajarannya di sekolah atau buku-buku bacaan yang dipilih sesuai dengan kegemarannya. Dengan pertanyaan seperti itu biasanya anak melepaskan bacaan yang tak ada hubungan dengan pelajaran di sekolah untuk kemudian mengambil buku pelajaran sekolah dan belajar dengan baik. Orang-tua tidak usah lagi melarang anak yang membaca bacaan yang tidak sejalan dengan pelajarannya selama bacaan itu tidak mengganggu pelajarannya dan selama anak punya waktu luang untuk membaca bacaan kegemarannya.