Nak, Adalah Lebih Mudah Bagi Papa Untuk Mengatakan 'Ya'
eminggu sebelum Tahun Baru Imlek putra saya, Yohanes tampak bersemangat menghitung-hitung berapa banyak kiranya uang yang akan ia terima dari opa oma dan tantenya. Sudah menjadi tradisi di Tahun Baru Imlek bahwa anggota keluarga yang lebih tua memberikan uang kepada anak-anak. Dan ia sudah membayangkan apa saja yang dapat dibelinya dengan uang. Ia menanyakan apakah ia dapat membeli sebuah raket badminton baru dengan uang itu. "Tidak, kamu sudah mempunyai dua raket," jawab saya. "Tapi paman juga memiliki lebih dari dua raket dan mereka terus membeli yang baru, ia mengemukakan alasannya. "Mereka sudah bekerja dan memperoleh uang sendiri, mereka dapat melakukan apa yang mereka inginkan dengan uang mereka. Tetapi kamu belum. Kamu harus belajar merasa puas dengan apa diri dengan apa yang kamu miliki. Lebih baik uangnya kamu tabung. Siapa tahu nanti kita akan memerlukannya untuk membayar cicilan kredit bulanan mobil yang kita beli enam bulan yang lalu." Ia merasa kecewa dan mengerutu.
Saat ini negeri kita Indonesia sedang menghadapi Krisis Ekonomi dan banyak perusahaan yang harus mengeluarkan pekerjanya. Istri sayapun telah di-PHK. Jadi sekarang saya pencari nafkah di rumah tangga kami. Saya harus bekerja lebih keras untuk mencukupi kebutuhan kami.
Sehari setelah Tahun Baru Imlek, putra saya kembali bertanya,"Pa, bolehkah saya membeli raket sekarang? Saya mendapat RP 200.000,00, saya bisa membeli sebuah raket yang berharga Rp 100.000,00 dan sisanya ditabung. Saya kembali berkata,"Tidak nak, karena kamu sudah mempunyai dua raket. Dia kelihatan sangat kecewa dan kembali menggerutu. Hal mana melukai saya.
Malam harinya sebelum kami tidur, saya berkata kepada putra saya bahwa adalah lebih mudah dan menyenangkan bagi saya untuk mengatakan 'ya' kepada permintaannya. Tetapi saya harus berkata 'tidak' karena saya mengasihi dia. Saya ingin dia belajar puas dengan apa yang dimilikinya. Dia seharusnya tidak serakah. Mengucapkan 'tidak' menjadikan saya sasaran kemarahan dan kekecewaannya tetapi saya harus berkata 'tidak' karena saya mengasihi dan ingin mendidiknya.
Semoga putra saya memahami betapa saya sangat menyayanginya. Semoga Tuhan memberkati dan memimpin dia menjadi seorang anak yang baik. Dan semoga Tuhan memampukan saya untuk memenuhi segala kebutuhannya, dan bukan keinginannya.
HRW