JAMBOEL.DA.RU SELAMAT DATANG DAN SEMOGA ANDA PUAS JANGAN LUPA ISI BUKU TAMU SERTA SARAN DAN KRITIKNYA |
![]() |
|
|
|
|
KUMPULAN PUISIKU
|
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Inilah aku. Dalam
keheningan malam dan kesendirian. Disaat semua orang sudah tidur dan
setan- setan mulai bergentayangan, merasuki jiwaku, menggoda jasadku.
Pikiranku melayang jauh. Sepertinya malam itu tidak akan cukup untuk
menyelesaikan diskusi panjang yang membingungkan dan tidak berujung
pangkal dalam kepalaku yang kecil ini. Dan aku sudah 22 bentar lagi
sudah 23 tahun. Orang yang baru hidup selama 22 tahun di dunia ini
tidak akan mempunyai masalah lebih banyak daripada (misalnya..)
Suharto yang telah menghirup udara di dunia selama 76 tahun. Ia
tentu punya lebih banyak hal untuk dipikirkan. Termasuk bagaimana
caranya agar ia bisa memastikan dirinya akan tetap hidup sampai
penghujung tahun ini. Tapi tetap saja kepalaku ini terasa sesak, dan
mata ini enggan terpejam. Angan ini terus melayang.. melayang..
tinggi.. jauh… jauh… Semoga tidak kandas dan berakhir dengan
menyedihkan. Hanya itu saja do’a yang kubisikkan menjelang tidur.
Di usia 22 ini aku sudah membaca cukup banyak, dan melihat banyak.
Cukup banyak untuk akhirnya aku dapat memutuskan keinginanku dan
mempunyai selera tersendiri dalam segala sesuatunya. Cukup banyak
untuk tidak membebek pada orang lain. Wannabes… Jadi tema malam
ini adalah cinta. Entah kenapa, susunan kelima huruf itu terasa
begitu indah dan menggetarkan. Dalam bahasa apapun. Love, amour,
aime, ai, trisna… Bagaimanapun bentuknya selalu dapat
membangkitkan kupu- kupu dalam perutku untuk mulai mengepakkan sayap
kecilnya dan menggelitik perutku. Manis. Dan yang makin membuatku
penasaran adalah seks. Frustasi dengan kenyataan bahwa sesungguhnya
cinta sejati hanyalah bohong belaka, dan dengan berbekal bahwa cinta
yang berdasarkan pada devosi semata itu sangatlah bodoh, inilah
kata2 orang yang nggak menyadari kalo dia akan mati besok dengan
jalan melakukan perbuatan asusila di mana tempat dan kapan waktunya
yang penting bisa terlampiaskan. Aku bahkan masih merasa sangat
canggung menuliskan keempat abjad itu tanpa buru- buru menghapusnya.
Akhir- akhir ini aku makin terpengaruh oleh kisah- kisah erotis
romantis yang aku serap dari berbagai sumber. Karya sastra, novel
roman picisan, situs di internet, sampai novel stensil murahan. Seks
dengan berbagai kontradiksinya, makin membuatku ingin mencicipinya.
Sedikit… saja. Apa yang bakal terjadi setelah itu, aku tidak mau
memikirkannya, karena hanya akan merusak fantasiku. Orang- orang
tidak mengenal cinta seperti aku mengenalnya. Karena aku tidak
memiliki banyak pilihan dalam cinta seperti laki-laki muda tampan,
enerjik dan cerdas. Dan tidak ada yang menginginkanku seperti mereka
menginginkan laki-laki muda tampan itu. Karena aku sama sekali bukan
mereka dan sedikit pun tidak seperti mereka. Aku merasa seperti itik
buruk rupa dalam segerombolan bebek yang tampan. Bedanya disini aku
tidak akan berubah menjadi angsa yang anggun dan mempesona. Aku
tidak akan pernah. Dan disini aku sadar bahwa aku tidak akan
berhasil menangani cinta seperti cara mereka. I do things my way,
and they do their things their way. I could never do things their
way, and they couldn’t do things my way.We’re different. But
it’s so unfair. Hanya karena aku tidak cantik, enerjik dan cerdas
bukan berarti bahwa aku tidak berhak mendapatkan kesempatan yang
sama dengan mereka. Aku juga ingin bahagia. Aku juga ingin bisa
mendapatkan yang terbaik. Wajah
yang indah, berpendar sempurna bagaikan purnama di pertengahan bulan.
Senyum yang memikat, tubuh yang sempurna, rambut yang berkilau,
tingkah laku seorang pemuda… Sedikitpun itu tidak kumiliki. Lalu
bagaimana aku harus menggoda lawan jenisku? Bukankah itu tujuan dari
penciptaan pemuda? Pandanganku menebar, memperhatikan gerak- gerik
setiap orang yang melintas melaluiku dengan kecepatan seperti sedang
dikejar setan. Meninggalkan aku tenggelam diam dalam perputaran
waktu. Setiap pati punya ketampanan sendiri- sendiri. Sekecil apapun
itu, entah pakaiannya yang indah, tutur katanya yang lembut atau
malahan pandai merayu… Apapun. Dan kupandangi pantulan wajahku
sendiri di cermin dan aku cepat- cepat memalingkan mukaku sendiri.
Malu. Tidak pantas bagi seorang pemuda sepertiku untuk memandangi
cermin lama- lama. Cermin itu jujur, dan ia akan memantulkan apa
yang sebenarnya. Dan aku takut untuk melihat kebenaran itu. Berdiri
di tepi tebing malam itu. Sungguh ingin rasanya aku menerjunkan
tubuhku yang tidak berarti ini ke dalamnya, dan melihat apa itu
semua akan dapat menyakiti ragaku dan merenggut jiwaku. Jika aku
masih punya jiwa… Tapi kemudian terbayang jerit tangis orang-
orang di sekitarku, orang- orang yang masih menyayangiku setulus
hati mereka, dan kubatalkan niatku. Aku menjauhkan diri dari tepi
tebing itu dengan perasaan lega. Aku berbaring di rerumputan yang
hijau dan sedikit basah oleh embun. Sedikit perasaan ngeri sempat
menggelitik perutku karena berada di tempat yang sangat sepi dan
gelap seperti ini sendirian. Tapi begitu aku bertemu pandang dengan
lentera- lentera kecil yang berkelap- kelip genit ke arahku, semua
ketakutanku buyar. Aku tersenyum selebar mungkin ke arah mereka,
membalas kehangatan mereka yang menyambutku begitu aku memasuki
kerajaannya. Mereka membawaku terbang bersama mereka dan
memperkenalkan aku dengan masing- masing dari mereka… Cygnus..
Bintang utara.. Scorpion.. Masing- masing menceracau dengan bahasa
asing yang tidak aku mengerti. Tapi yang aku tahu, mereka sangat
menyukaiku. Kemudian aku duduk ditengah- tengah kehangatan mereka
dan mulai bercerita kepada mereka tentang gelisahku, tentang
kesepianku, tentang ketakutanku, tentang rasa takutku, tentang air
mataku, tentang cintaku, tentang pangeranku, impian- impianku...
Segalanya. Dan mereka akan berkumpul makin banyak mengelilingku
dengan penuh minat, perhatian dan kasih sayang yang sebesar-
besarnya seperti yang tidak pernah kurasakan dimanapun juga. Dan
ketika aku berjalan dan menginjak pasir- pasir bintang, mereka
menggelitik kakiku lembut dan mengeluarkan bunyi seperti gemericing
ribuan lonceng kecil yang bergerak perlahan tertiup angin. Ketika
malam mulai bergeser aku mulai sedih. Karena aku akan berpisah
dengan sahabat- sahabat yang sangat mencintaiku. Baru sebentar kami
berkenalan, tapi aku tahu bahwa kami punya ikatan. Merekalah satu-
satunya penghibur bagiku di kala sepi. Tentang
kebahagiaan dan penderitaan… tentang Tuhan.. tentang jiwa..
tentang ketidakpastian.. tentang dunia… Kenapa juga musti aku
pikirkan tentang segala omong kosong itu? Sungguh aku manusia yang
paling munafik.. Ketika aku sangat membutuhkan pertolonganNya, aku
panjatkan doa siang malam kehadiratNya. Dan ketika sudah aku
dapatkan keinginanku, begitu juga aku ragukan eksistensiNya.
Bagaimana manusia semunafik aku masih bisa hidup? Duniaku ini kecil.
Pikiranku ini sempit. Aku sangat tidak bersyukur akan segala anugrah
yang telah diberikan Allah padaku yang tidak terhitung banyaknya.
Malahan aku menghitung- hitung segala apa kekuranganku dan
ketidakpuasanku terhadap dunia. Hidup, dan keputusan- keputusan yang
harus kita ambil. Setiap saat kita selalu berdiri di persimpangan
jalan,entah yang besar atau yang kecil. Dan jalan manakah yang harus
kita ambil? Jalan manakah yang terbaik bagi kita? Bagiku? Bagi
kehidupanku kelak? Bagi anak cucu dan keturunanku kelak? Kadang aku
merasa seperti tikus kecil yang dimasukkan dalam labirin. Hanya
insting dan aroma keju yang menantiku di pintu keluarlah yang
menjadi penuntunku. Kunikmati benar kesendirianku, saat- saat tenang
terlepas dari tuntutan sosialku sebagai manusia. Aku berlari diatas
lantai egoku, dan aku berangan-angan dengan pikiranku. Saat- saat
seperti ini aku bisa terbang ke bulan dan bermain dengan kelinci
disana, atau aku bisa pergi ke pesta dansa dan bertemu dengan
bidadari pujaan hatiku. Aku bisa melakukan segalanya yang aku
inginkan, meskipun hanya dalam pikiran. Tapi itu sudah cukup bagiku.
Bukankah segala pengalaman yang kita lalui semata- mata hanyalah a
state of mind? Suatu keadaan dalam pikiran yang didukung oleh segala
jenis hormon dan syaraf yang kita miliki? Itu semua ada dalam
pikiran kita, otak kita. Dan begitu kita telah memilikinya, adakah
kita butuhkan kehadiran orang lain? Tentang dunia. Aku baru
menyadari memang betapa sempitnya duniaku selama ini. Bahwa seluruh
dunia tidak berputar mengelilingku saja, bahwa masih banyak orang-
orang lain di sekitarku. Mereka mempunyai kebutuhan- kebutuhan dan
juga ketidakpuasan dalam hidup. Sama halnya seperti aku. Pada saat
aku terus memusatkan seluruh energi untuk kepentinganku, untuk
menyelesaikan masalah- masalahku yang aku anggap luar biasa,
menghitung- hitung segala apa yang belum aku punyai, beberapa orang
menghabiskannya untuk membantu menyelesaikan masalah orang lain dan
membuat mereka bahagia. Karena kebahagiaan mereka adalah
kebahagiaannya. Karena kita tidak sendirian di dunia ini. Karena
kita selalu membutuhkan orang lain. Begitu sederhana dan begitu
indah. Aku iri.. Tentang sudut pandang. Aku akan sangat berbahagia
apabila mengubah sudut pandang itu benar- benar semudah seperti yang
dicontohkan Robin Williams dalam The Dead Poet Society; tinggal naik
ke atas meja dan mulai untuk melihat. Masalahnya tidak semudah itu.
Lagi- lagi kata itu... Aku sudah muak. Berkali- kali aku
mengingatkan diriku sendiri bahwa aku tidak sendirian, dan aku bukan
satu- satunya orang di dunia ini yang memilikinya. Aku ingin bisa
naik ke atas meja. Tentang
apalagi? Aku bingung. Memang seharusnya kuakhiri saja kisah ini.
Kisah yang mana? Kepalaku masih saja terasa penuh meskipun sudah
berlembar- lembar kertas habis dan berjuta- juta kata tertuang..
Pemborosan ruang dalam otak, pemborosan energi untuk mengetik,
pemborosan listrik untuk komputer. Boros semuanya! Mungkin ini sepi
yang kurasakan, atau kebosanan? Apapun itu, telah menyesakkan dadaku
dan terasa ingin meledakkan kepalaku. Tembok dan kegelapan ini
mematikan hasratku. Mematikan cintaku akan dunia. Perlahan- lahan
aku akan membeku. Jiwaku merindukan cahaya matahari. Jiwaku
merindukan desiran angin di tepi pantai. Jiwaku merindukan kebebasan.
Kebebasan yang seperti apa? Dan bagaimana aku bisa memperolehnya?
Apa yang aku inginkan dalam hidup ini? Apa yang aku kejar dalam
hidup ini? Hendak kemanakah aku ini? Mungkin bukan tembok dan
kegelapan ini yang membunuhku. Mungkin aku sendirilah yang telah
membunuh diriku! Seperti berperahu tanpa dayung, terkatung- katung
ditengah samudera yang luas, berserah pada apa kata hembusan angin.
Aku benci angin! Aku lelah berputar- putar seperti seekor anjing
yang tak tahu telah mengejar ekornya sendiri. Cahayaku perlahan
meredup, aku layu tersentuh panas.. aku…aku..aku Akhirnya
aku nggak bisa bersuara lagi…… Hatiku
hancur bagaikan tercabik-cabik oleh irisan pisau-pisau hatiku yang
dach tajam seperti mau mencopot jantung ….. Bah….kenapa
aku jadi seperti ini kenapa…kenapa…kenapa Jawabannya
hanya ada padaku tapi kenapa aku mencarinya belom bisa ketemu
akankah ini akan aku bawa sampai akhir hayatku yang tuk mencintai
seorang yang selalu dalam bayanganku seperti sudah terkubur dalam
jurang yang penuh dengan Lumpur-lumpur yang seperti hendak menarikku
tenggelam dalam keperdayaanku…. Oh….. Kenapa
aku jadi begini…..kenapa…kenapa Maafkan
aku hai…. Bidadari
kesunyianku maafkan aku.. Aku
belom bisa memberikan kepastian hatiku karena aku nggak bisa
melepaskan apa yang ada dalam benakku karena loe tau bagaimana
sifatku dan bagaimana aku mulai mengukir cerita denganmu…. Maafkan…. Maafkan…… Jangan
kau bilang aku pengecut walau aku tau emang aku seorang pengecut
yang nggak bisa mengeluarkan isi hatiku sendiri ….tapi tolong
jangan kau bilang aku seorang pengecut ….. Terucap
kata wassalam aku tutup cerita ini semoga engkau mau mengerti dan
menerima ketulusan hatiku…… Wassalam |
Kanal Utama | Depan | Berita | Artikel | Konsultasi | Belanja | Mail | Milis | |
Info | Tentang kami | Kontak | Iklan | |
copy
right by jamboel.da.ru
sugestion and critic please send mail to me : totok_79@hotmail.com and guestiee@belantara.com