Assalamu`alaikum warah matullahi wabarakatuh

JAMBOEL.DA.RU

SELAMAT DATANG DAN SEMOGA ANDA PUAS JANGAN LUPA ISI BUKU TAMU SERTA SARAN DAN KRITIKNYA 

KUMPULAN PUISIKU

JIWAKU

 

SATU HATI

 

RINDU

 

HADIRMU

 

PENANTIAN

 

BAYANG  

 

NOSTALGIA    

 

CINTA TAK TERBALAS

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang 

 

 

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Selamat datang di site ini.

 

Kurengkuh laut biru yang mulai lelah berdebur. Dan kusambut camar camar

senja yang berteriak rindu.

"Pada sebuah kesunyian". 

Menyusuri tapak tapak yang tercetak jelas pada pantai soreku. Aku berkata

"simpan langkahku, akan kuambil nanti".

Setelah usang waktu menerima debuku.

Tapi kini sebuah hati telah mengambil langkah yang kusimpan itu.

dengan keyakinan satu

satu mata

satu hati

satu cinta

satu...

Aku temukan sebutir peluru bersarang pada hatiku, menembus tepat di relung hati yang paling dalam dan tetap terus bersarang. Kucoba menyongkel peluru itu keluar, namun justru makin erat dia berpegangan pada duri-duri yang juga bersarang dalam hatiku ini. Aku diamkan dia sejenak, kutanyakan dia apa maunya, tapi dengan sombong dia menjawab bahwa dia akan tetap bersarang disana sampai aku mati. Mendengar jawabannya aku terdiam dan tak berusaha untuk menjawabnya atau menanyakan apapun kepadanya.

Dalam benakku aku telah menyusun rencana, malam ini saat ia tertidur aku akan menyusup ke sarangnya dan akan kubuat dia pingsan lalu kubuang dia ke suatu tempat yang tak kan terjamah oleh siapapun. 

Akhirnya malam tiba juga, malam adalah teman jiwa-jiwa kesepian, dimana dia saksi dari semua yang terjadi dan takkan mungkin akan bercerita tentang hal ini. karena dia telah berjanji padaku akan membantu dengan kegelapannya. Kujalankan rencana yang telah kususun dalam benakku. Tepat tengah malam, ketika semua cahaya malam menepati janjinya padaku untuk tak bersinar, aku masuki hatiku. Kubuka perlahan-lahan jendela hati, lalu dengan sigap aku melompat ke dalam dan tanpa kusadari ternyata banyak sekali duri berada di dasar lantai hati ini. Namun karena aku sudah bertekad untuk membuang peluru sialan itu, maka dengan sekuat tenaga aku berupaya mencapai relung hati yang paling dalam untuk mengeluarkan peluru sialan itu.

Lama aku mencari-cari tempat dimana dia bersembunyi, tapi tak juga kutemukan tempat peluru itu bersarang. Aku capek, lelah dan bosan, sementara duri-duri semakin banyak menempel di tubuhku ini, tapi bagaimanapun juga aku harus keluarkan peluru ini dari relung hatiku yang paling dalam.Dan akhirnya aku ingat, kenapa dari tadi tak kucoba ikuti patahan duri yang terlewati peluru itu, iya….benar sekali kenapa tidak dari tadi aku ikuti petunjuk ini. Aku telusuri jejak-jejak yang di tinggalkan oleh peluru sialan itu, untuk mendapatkannya.

Dilihat dari jejak yang ditinggalkannya, aku tahu bahwa peluru ini peluru yang berkecepatan tinggi, karena hampir semua duri disini patah dengan sempurna. Berarti peluru ini menancap dengan erat pada relung hatiku. Tentu saja aku berharap dapat segera menemukan peluru yang benar-benar membuat hatiku tak menentu ini. Selama menelusuri lorong ini, ternyata aku berubah pikiran, seandainya peluru itu nanti kudapatkan, akan kulubangi dan kujadikan kalung agar selalu bisa kukenang kelakuannya yang berani-beraninya memasuki relung hatiku dan melukainya.

Kali ini kutemukan darah yang mengalir dari ujung lorong ini, dan aku semakin terbakar, aku tak rela ada yang berani melukai hatiku sampai berdarah seperti ini. Dalam benakku, terbayang bagaimana relung hatiku sedang sekarat akibat luka yang dilakukan peluru itu. Tanpa pikir panjang aku langsung berlari ke arah darah itu dan dengan penuh amarah aku angkat linggis yang kubawa dan mengumpat tak karuan, aku menjadi seperti orang gila. Terlebih lagi ketika aku melihat lubang yang cukup dalam dan dipenuhi darah segar yang terus mengalir bagaikan mata air. Segera aku bersihkan darah itu dengan bajuku dan aku berusaha menggapai dasar lubang itu, yang kuyakini tempat peluru itu bersarang. Aku raba-raba dan akhirnya kutemukan juga peluru itu, tanpa pikir panjang lagi kuayunkan linggisku dan kucongkel keluar peluru itu, namun terasa berat dan mengakar, hingga tanganku serasa mau putus. Tapi bagaimanapun juga aku harus bisa menyongkelnya keluar, itu sudah tekadku dan takkan ada yang bisa menghalanginya. Aku kerahkan seluruh tenagaku dan sedikit demi sedikit peluru itu mulai terangkat, aku istirahat sebentar untuk menarik nafas dan membersihkan darah serta keringat yang terus membasahi tubuhku, lalu aku lanjutkan lagi menyongkel.

Selang satu jam kemudian barulah peluru itu bisa kuangkat, dan serta merta dari bekas lubang itu darah segar muncrat keluar bagaikan air mancur dan menghempaskanku ke lantai hati yang berduri ini. Kucoba untuk menambal luka itu, namun dengan cara apapun darah itu tetap muncrat, seakan-akan memang tak bisa dihentikan.

Berhubung tujuanku telah tercapai, aku tak mau pusing-pusing lagi mengurusi darah ini, toh nantinya juga akan berhenti sendiri, begitu pikirku. Dengan penuh kebahagiaan aku kembali keluar dari hati ini melalui jendela hati yang dari tadi kubiarkan terbuka untuk memudahkan aku pulang, sesampainya diluar kututup kembali jendela hati, dan kuikat erat-erat agar tak ada lagi peluru yang bisa masuk ke dalam hatiku, lalu aku berlari dan berteriak penuh kepuasan.

Setelah membersihkan seluruh tubuh yang penuh darah dan keringat ini, aku berbaring di kamar sambil terus memandangi peluru itu, kutimang-timang dan kuamati bentuknya untuk memastikan siapa yang mengirimkan peluru ini. Dan sesuai dengan rencanaku, aku ambil mata bor dan kulubangi peluru itu, lalu aku ikatkan tali dan kukalungkan ke leherku, dengan harapan malam ini aku bisa kembali tidur tenang karena aku pikir tak ada lagi nyeri yang kurasa dari relung hati yang paling dalam.

Namun harapan kembali tak sesuai dengan kenyataan, malam ini kembali aku gelisah dan tetap kurasakan nyeri itu. Tapi aku pikir karena bekas luka itu masih baru jadi hal ini wajar saja, akhirnya akupun tertidur walaupun dengan bersusah payah.

Seminggu berlalu setelah aku mendapatkan peluru itu namun rasa nyeri itu tetap ada, dan akupun berkesimpulan ini terjadi gara-gara aku menyimpan peluru itu, lalu kuputuskan untuk membuang peluru itu dan berusaha melupakan bahwa hatiku pernah dibuat nyeri oleh peluru itu.

Benar juga, setelah kubuang peluru itu, aku tak lagi merasakan nyeri di hati. Namun kini perasaan aneh justru terus bergelayut di hatiku, perasaan hampa, perasaan kehilangan sesuatu, perasaan rindu terus menerus bergelayut dan menyelimuti hatiku. Kini, tiga bulan sudah setelah peluru itu berhasil keluar dari hatiku aku justru semakin merindukannya, kenapa ?. dan aku yakin bekas luka itu masih terus menganga, sampai kapan ? sampai aku mati mungkin rasa itu akan tetap ada bersama semua kenangan nyeri yang semakin kurindukan. Dan tak akan kubiarkan ada peluru lain yang akan bersarang lagi di hati ini. Jika suatu ketika kau menemukan peluru yang berlobang dan ada sedikit noda darah, tolong tembakkan ke dadaku. Ijinkan aku untuk menikmati peluru yang kurindu.

 

Wassalam

Kanal Utama  |  Depan | Berita | Artikel | Konsultasi | Belanja | Mail | Milis |
Info  |  Tentang kami | Kontak | Iklan |

 

copy right by jamboel.da.ru

sugestion and critic please send mail to me : totok_79@hotmail.com and guestiee@belantara.com