Tafsir Al-quran

Fikih
Hikmah Al-quran
ProfilTokoh
Cerita Islami
Akidah 
Kisah Nabi
Bangsa Muslim
Masjid Bersejarah
Sirah Muhammad
Sejarah Islam
Islam di Indonesia
Walisongo
Kumpulan Doa
Ketukan Iman
Tasawuf
Dengar Al-Qur`an
Dengar Adzan
Kaligrafi
 
Download
Free Download
 Nasyid
Dengar Nasyid
Lirik Nasyid
Ringtone Nasyid
 
 Anak Hiperaktiv
 Demensia Alzheimer (Kepikunan)
 Osteoporosis
 Irritable Bowel Syndrome
 Hipertensi (Darah Tinggi)
 Epilepsi (Ayan)
 Diabetes Mellitus (Kencing Manis)
 Gampang Ingat Di Usia Senja
 Info Kesehatan Lainnya

Cari: Melalui:

 

Cerita Islami
Kejujuran Abdul Qadir Jailani 
Dahulu ketika Abdul Qadir Jailani masih kecil, bertepatan dengan hari Arafah, ia keluar mengikuti lembu yang membajak di ladang. Tiba-tiba lembu itu menoleh kepadanya, seraya berkata, "Hai, Abdul Qadir, engkau tidak dijadikan sebagai orang yang penghidupannya bercocok tanam dan tukang bajak sawah seperti ini."

Mendengar ucapan lembu itu, Abdul Qadir menjadi ketakutan, dan segera ia kembali ke rumah. Lalu naik di atas loteng rumahnya, dan di sana ia melihat orang-orang yang sedang wuquf di Arafah. Lalu, ia pun pergi menemui ibunya seraya berkata, "Hai Ibu, serahkanlah aku kepada Allah, dan izinkanlah aku akan pergi ke Baghdad untuk belajar dan berziarah kepada orang-orang saleh." 

Ibunya berkata, "Mengapa engkau berkata demikian, dan apa sebabnya?" Abdul Qadir menjawab dengan mengutarakan semua yang terjadi itu, sehingga ibunya menangis karena terharu dari keterangan itu. Lalu, ia menunjukkan kepada Abdul Qadir harta warisan dari ayahnya, berupa uang sebanyak delapan puluh dinar. Empat puluh untuknya dan empat puluh lagi untuk saudaranya. 

Kemudian, ibu Abdul Qadir membuatkan saku dalam bajunya di bawah ketiaknya, untuk tempat uang yang dibawanya itu. Kemudian, ia mengizinkannya berangkat, dan berpesan kepadanya agar selalu berkata benar dan berlaku jujur dalam segala hal. Akhirnya, dia pun pergi dan memberi ucapan selamat tinggal kepadanya. 

Ibunya berkata, "Hai anakku, berangkatlah kamu, dan kau telah kutitipkan kepada Allah. Maka mungkin wajah ini tidak lagi akan kulihat, hingga hari kiamat nanti." 

Kemudian, dia berangkat bersama-sama dengan kafilah yang menuju Baghdad. Ketika baru meninggalkan Hamdan, tiba-tiba rombongan kafilah itu telah dikepung enam puluh orang berkendaraan kuda, lalu mereka merampok semua yang ada pada kafilah, kecuali hanya Abdul Qadir yang tidak diganggu. Ketika salah seorang dari mereka berlalu di depannya, ia bertanya, "Hai orang fakir, kau mempunyai apa?" 
Abdul Qadir menjawab, "Empat puluh dirham." 
Perampok itu bertanya, "Di mana?" 
Abdul Qadir menjawab, "Terjahit di dalam saku di bawah ketiakku." 

Karena perampok itu mengira bahwa Abdul Qadir itu mengejek, ia pun tidak digeledahnya, dan ditinggalkannya begitu saja. 

Akhirnya datanglah perampok yang lain dan bertanya, "Hai orang fakir, kau mempunyai apa?" 
Abdul Qadir menjawab, "Empat puluh dirham." 
Perampok itu bertanya, "Di mana?" 
Abdul Qadir menjawab, "Terjahit di dalam saku di bawah ketiakku." 

Perampok ini pun meninggalkan Abdul Qadir. Kemudian, ketika perampok-perampok itu sampai pimpinannya, dan semua hasil barang rampasannya telah diserahkan kepada pimpinan, lalu pemimpin itu bertanya kepada anak buahnya, "Apakah sudah beres semua?" 
Dua orang anak buahnya menjawab, "Tadi di sana ada seorang anak yang berpakaian jelek, dan kami tanya, ia mempunyai uang empat puluh dirham. Dan kami tidak mengira bahwa dia mempunyai uang sebanyak itu, karena kami melihat keadaannya yang demikian rupa." 
Pemimpin perampok itu bertanya, "Sekarang di mana dia itu?" 
Jawab kedua anak buahnya, "Di sana!""Panggil dia ke mari," sahut pemimpin perampok itu. Kemudian, kedua anak buahnya pergi dan membawa Abdul Qadir ke hadapan pemimpinnya di atas bukit yang mereka sedang membagi hasil rampasan itu. Lalu, pemimpin rampok itu bertanya kepada Abdul Qadir, "Wahai anak muda, apa yang kaum bawa?" 
Jawab Abdul Qadir, "Empat puluh dirham." 
Pemimpin perampok itu bertanya, "Di manakah itu?" 
Abdul Qadir menjawab, "Terjahit di dalam saku di bawah ketiakku." 

Kemudian dia diperiksa, dan memang ada uang empat puluh dirham. Mereka bertanya, "Mengapa engkau mengaku berterus terang?"Jawab Abdul Qadir, "Karena, ibuku berpesan supaya selalu berkata benar dan jujur, dan aku tidak akan menyalahi janjiku kepadanya." 

Mendengar jawaban Abdul Qadir yang begitu polos dan jelas itu, tiba-tiba pemimpin perampok itu menagis dan berkata, "Engkau tidak mengkhianati janjimu kepada ibumu, sedang kami semua ini sudah bertahun-tahun menyalahi dan melanggar larangan Allah. Maka, sejak hari ini kami bertobat kepada Allah." 

Akhirnya, kawanan perampok itu bertobat semuanya, lalu mereka berkata, "Engkau pimpinan kami dalam perampokan, maka kamu juga pimpinan kami dalam bertobat."Kemudian, rampasan itu dikembalikan kepada orang-orang kafilah itu semuanya. 

Sumber: 1001 Kisah-Kisah Nyata, Achmad Sunarto

Beri Tahu Teman Anda!

Jun 06, 03 | 4:00 am
Menanyakan Takdir 
Ada seseorang, sebut saja namanya Fulan, datang menemui Ali bin Abi Thalib r.a. Fulan bermaksud menanyakan hal takdir kepada Ali. Ia mengemukakan pertanyaannya itu sampai empat kali, tetapi Ali tidak menggubris si penanya. Rupanya Ali mendiamkan saja pertanyaan Fulan yg semacam itu.

Meskipun mendapat perlakuan seperti itu dari Ali, Fulan tidak patah semangat. Ia terus saja mencecar Ali dengan pertanyaannya. Dan, akhirnya ia berhasil. keluarlah suara Ali. 

"Allah adalah pencipta seluruh makhluk. Ia tentu pula yang telah menciptakanmu. Nah, sekarang jawablah, 'Dengan kehendak siapakah Ia menciptakanmu? Dengan kehendakmu atau dengan kehendak-Nya'?" 
Fulan menjawab, "Tentu saja dengan kehendak Dia." 

"Oke, kalau begitu sekarang jawab lagi, 'Setelah Ia menciptakanmu, Allah pulalah yang telah menghidupkanmu. Dengan kehendak siapakah hal itu'?" 
"Sesuai dengan kehendak-Nya." 
"Lalu, Ia mematikanmu. Dengan kehendak-Nya atau dengan kehendakmu hal itu terjadi?" 
"Juga dengan kehendak-Nya." 
"Setelah itu Allah membangkitkan pada hari kiamat, atas kehendak siapa?" 
"Tentu dengan kehendak Allah." 
"Sesudah itu engkau dinilai. Dengan kehendak-Nya atau dengan kehendakmu Ia menilaimu?" 
Fulan terus menjawab, "Juga dengan kehendak-Nya." 

Maka, akhirnya Ali berkata, "Kalau begitu, sekarang engkau pergilah! Engkau tidak mempunyai masalah lagi sekarang." 

Sumber: Mutiara Hikmah dalam 1001 Kisah, Tim Poliyama Widya Pustaka


 






 
Takion
Fleabag Vs Mutt
Intruder
Otto`foodhunt
South Pole
Black Jack
Santa 2000
Beach War
Ponky
 
Intro Films Kartun
Rd Intro
Spectrum8
Freight Stream
Godirect
Old School
Animasi Flash
Dog Fight
Encounter
Fleabag
Movando USA
Swatch
Veritranz
The Battle
Animasi Gif
Aliens
Alphabets
Animals
Arrows
At
Bars
Books
Construction
Cd
Computer
Fire
Flags
Gears
Lights
Mail
Miscellaneous
Symbols
Toons
Welcomes
Yingyang
Zodiacs
 
 

 

About Us Isi Buku Tamu Lihat Buku Tamu Foto
Komentar Log-in Sponsor Webmaster
Kirim Artikel Situs Islam Infobisnis Halaman Lain