|
Fikih
|
Sumber Fatwa dari Golongan Tabi'in
Sumber fatwa dari golongan tabi'in, salah satunya, adalah Sa'id bin
Musayyab, yang mengambil riwayat dari Umar dan mempelajari ilmunya.
Menurut Irak bin Mali, seperti diceritakan Ja'far bin Rabi'ah, ahli fikih
yang paling utama dan orang yang paling mengetahui
permasalahan-permasalahan Rasulullah saw., Abu Bakar, Umar, dan Utsman,
serta yang paling mengetahui apa yang terjadi di kalangan umat Islam dari
golongan tabi'in adalah Sa'id bin Musayyab.
Adapun tabi'in yang paling luas wawasannya dalam masalah hadis adalah Urwah
bin Zubair, dan tidak ada lautan yang tidak dapat diarungi oleh Ubaidillah.
Adapun orang yang paling mengerti masalah fikih di antara mereka adalah
Ibnu Syihab, karena ia menghimpun ilmu mereka ke dalam ilmunya. Az-Zuhri
sendiri mengatakan bahwa ia mencari ilmu kepada tiga orang: Sa'id bin
Musayyab, ia adalah ahli fikih paling utama; kemudian Urwah bin Zubair, ia
adalah lautan yang tak habis ditimba; dan Ubaidillah, seorang yang kamu
tidak akan mendapat jalur ilmu dari orang lain, kecuali kamu mendapatkannya
darinya.
Menurut Al-A'masy, ahli fikih Madinah ada empat: Sa'id bin Musayyab, Urwah,
Qabishah, dan Abdul Malik. Abdurrahman bin Zaid bin Aslam mengatakan,
"Ketika para Abdullah--Ibnu Abbas, Ibnu Zubair, Ibnu Amr bin Ash--meninggal
dunia, fikih berpindah kepada para mawali (keturunan dari hasil perkawinan
antara Arab-non-Arab). Ahli fikih Madinah adalah Atha bin Abi Rabah; ahli
fikih Yaman adalah Thawus; ahli fikih Yamamah adalah Yahya bin Abi
Katsir.Ahli fikih Kufah adalah Ibrahim; ahli fikih Bashrah adalah Hasan;
ahli fikih Syam adalah Makhul; ahli fikih Khurasan adalah Atha al-Khurasani.
Kecuali Madinah, Allah telah mengkhususkannya dengan seorang Quraisy, yaitu
bahwa ahli fikih Madinah adalah Sa'id bin Musayyab."
Sa'id bin Musayyab adalah menantu Abu Hurairah. Abu Hurairah menikahkannya
dengan putrinya, dan jika Abu Hurairah melihatnya, ia berkata, "Aku
memohon kepada Allah agar aku dan dia dikumpulkan di pasar surga," dan
oleh karena itulah Sa'id bin Musayyab banyak meriwayatkan dari Abu Hurairah.
Para ahli fikih dan mufti telah tersebar di berbagai wilayah Islam, di
antaranya di Madinah Munawwarah, Mekah, Bashrah, Kufah, Syam, Mesir,
Qairawan, Andalus (Spanyol), Yaman, dan Baghdad.
Di antara ahli-ahli fikih Madinah dari kalangan tabi'in adalah Ibnul
Musayyab, Urwah bin Zubair, Qasim bin Muhammad, Kharijah bin Zaid, Abu
Bakar bin Abdurrahman bin Harits bin Hisyam, Sulaiman Yasan, dan Ubaidillah
bin Abdullah bin Utbah bin Mas'ud. Adapun para pemberi fatwa di sana, di
antaranya Abban bin Utsman, Salim, Nafi', Abu Salamah bin Abdurrahman bin
Auf dan Ali bin Husain. Setelah mereka ada pula Abu Bakar bin Muhammad bin
Amru bin Hazm dan anaknya Muhammad bin Abdullah, Abdullah bin Umar bin
Utsman dan anaknya Muhammad, Abdullah bin Husain, dua putra Muhammad bin
Al-Hanafiyah, Ja'far bin Muhammad bin Ali, Abdurrahman bin Qasim bin
Muhammad bin Abu Bakar, Muhammad bin Al-Munkadir, Muhammad bin Syihab
az-Zuhri, dan Muhammad bin Nuh mengumpulkan fatwa-fatwanya dalam tiga jilid
besar dalam persoalan-persoalan fikih.
Para pemberi fatwa Mekah adalah Atha bin Rabah bin Kaisan, Mujahid bin
Jabar, Ubaid bin Umair, Amru bin Dinar, Abdullah bin Mulaikah, Abdurrahman
bin Sabith, dan Ikrimah. Setelah mereka diikuti oleh Abu Zubair al-Makki,
Abdullah bin Khalid bin Asid, Abdullah bin Thawus. Kemudian Abdul Malik bin
Abdul Aziz bin Juraij, Sufyan bin Uyainah. Sebagian besar fatwa-fatwa
mereka adalah dalam masalah manasik haji. Selanjutnya Muslim bin Khalid
al-Janji dan Sa'id bin Salim al-Qaddah, serta diikuti Imam Muhammad bin
Idris asy-Syafii, Abdullah bin Zubair al-Humaidi, Ibrahim bin Muhammad
asy-Syafii, Musa bin Abi al-Jarud, dan lain-lain.
Adapun beberapa ahli fatwa Bashrah adalah Amru bin Salamah al-Jarmi, Abu
Maryam al-Hanafi, Ka'ab bin Sud, Hasan al-Bashri, dan ia mengenai lima
ratus orang sahabat, serta beberapa ulama telah mengumpulkan fatwa-fatwanya
dalam tujuh jilid buku besar. Abu Muhammad bin Hazm mengatakan, Abu
asy-Sya'tsa Jabir bin Zaid, Muhammad bin Sirin, Abu Qilabah Abdullah bin
Zaid al-Jarmi, Muslim bin Yasar, Abul Aliyah, Humaid bin Abdurrahman,
Muthrif bin Abdullah asy-Syakhir, Zurarah bin Abi Aufa, dan Abu Burdah bin
Abi Musa. Setelah mereka adalah Ayyub as-Sihtiyani, Sulaiman at-Taimi,
Abdullah bin Auf, Yunus bin Ubaid, Qasim bin Rabi'ah, Khalid bin Abi Imran,
Asy'ats bin Abdul Malik al-Hamrani, Qatadah, Hafsh bin Sulaiman, dan Iyas
bin Mu'awiyah al-Qadli (seorang hakim). Kemudian Sawwar--seorang hakim--,
Abu Bakar al-Ataki, Utsman bin Sulaim al-Battiy, Thalhah bin Iyas--seorang
hakim--,Ubaidillah bin Hasan al-Anbari, Asy'ats bin Jabir bin Zaid, Abdul
Wahhab bin Abdul Majid ats-Tsaqafi, Sa'id bin Abi Urubah, Hamad bin
Salamah, Hamad bin Zaid, Abdullah bin Dawud al-Harasyi, Ismail bin Ulayah,
Basyar bin al-Mufdlal, Mu'adz bin Mu'adz bin Mu'adz al-Anbari, Ma'mar bin
Rasyid, Adh-Dhahhak bin Makhlad, dan Muhammad bin Abdullah al-Anshari.
Di antara ahli fatwa di Kufah adalah Alqamah bin Qais an-Nakha'i, Al-Aswad
bin Yazid an-Nakha'i, pamannya Alqamah, Amru bin Syurahbil al-Hamadani,
Masruq bin Al-Ajda al-Hamadani, Ubaidah as-Salmani, Syuraih bin
Harits--seorang hakim--,Sulaiman bin Rabi'ah al-Bahili, Zaid bin Shuhan,
Suwaid bin Ghaflah, Harits bin Qais al-Juf'i, Abdurrahman bin Yazid
an-Nakha'i, Abdullah bin Utbah bin Mas'ud--seorang hakim--, Khaitsamah bin
Abdurrahman, Salamah bin Shuhaib, Maimun al-Audi, Hamam bin Harits, Harits
bin Suwaid, Yazid bin Muawiyah an-Nakha'i, Ar-Rabi' bin Khaitsam, Utbah bin
Farqad, Shilah bin Zufar, Syarik bin Hanbal, Abu Wail bin Syaqqiq bin
Salamah, dan Ubaid bin Nadlah. Mereka adalah sahabat-sahabat Ali dan Ibnu
Mas'ud.
Pembesar-pembesar tersebut telah memberikan fatwa-fatwa mereka dalam
persoalan agama, dan orang-orang meminta fatwa kepada mereka, sedangkan
para pembesar sahabat telah memperbolehkan hal itu kepada mereka. Sebagian
besar mereka belajar kepada Umar, Aisyah, dan Ali. Amru bin Maimun al-Audi
bertemu dengan Mu'adz bin Jabal, bersahabat dengannya, dan belajar
kepadanya. Mu'adz menasihatkan kepadanya pada saat wafatnya, supaya ia
menemui Ibnu Mas'ud dan belajar ilmu kepadanya, lalu ia pun
melaksanakannya.
Dapat ditambahkan kepada ahli-ahli fatwa Kufah adalah Abu Ubaidah dan
Abdurrahman, keduanya putra Ibnu Mas'ud, Abdurrahman bin Abu Laila, dan ia
belajar kepada lebih dari 100 orang sahabat, Maisarh, Zadan, dan
Adh-Dhahhak. Kemudian Ibrahim an-Nakha'i, Amir asy-Sya'bi, Sa'id bin
Jubair, Qasim bin Abdurrahman bin Abdullah bin Mas'ud, Abu Bakar bin Abu
Musa, Muharib bin Ditsar, Hakam bin Utaibah, Jabalah bin Suhaim, Hamad bin
Abu Sulaiman, Sulaiman bin Al-Mu'tamir, Sulaiman al-A'masy, Mis'ar bin
Kidam, Sufyan ats-Tsauri, Abu Hanifah, dan Hasan bin Shalih bin Hayy.
Kemudian Hafsh bin Ghiyats, Waki bin al-Jarrah, sahabat-sahabat Abu Hanifah
seperti Yusuf--seorang hakim--, Zufar bin Al-Hudzail, Hamad bin Abu
Hanifah, Hasan bin Ziyad al-Lu'lu'i--seorang hakim--, Muhammad bin Hasan,
Asad bin Amru, Nuh bin Diraj--seorang hakim--, dan sahabat-sahabat Sufyan
ats-Tsauri seperti Al-Asyja'i, Al-Mu'afi bin Imran, keduanya sahabat Hasan
bin Hayy az-Zauli, Yahya bin Adam, dan lain-lain.
Sumber: Diadaptasi dari I'laam al-Muwaqqi'iin 'an Rabbil 'Aalamiin, Ibnu
Qayyim al-Jauziyah |
|
|
|
.gif){kind=spacer}
