Tafsir Al-quran

Fikih
Hikmah Al-quran
ProfilTokoh
Cerita Islami
Akidah 
Kisah Nabi
Bangsa Muslim
Masjid Bersejarah
Sirah Muhammad
Sejarah Islam
Islam di Indonesia
Walisongo
Kumpulan Doa
Ketukan Iman
Tasawuf
Dengar Al-Qur`an
Dengar Adzan
Kaligrafi
 
Download
Free Download
 Nasyid
Dengar Nasyid
Lirik Nasyid
Ringtone Nasyid
 
 Anak Hiperaktiv
 Demensia Alzheimer (Kepikunan)
 Osteoporosis
 Irritable Bowel Syndrome
 Hipertensi (Darah Tinggi)
 Epilepsi (Ayan)
 Diabetes Mellitus (Kencing Manis)
 Gampang Ingat Di Usia Senja
 Info Kesehatan Lainnya
N

Cari: Melalui:

Tafsir Al-quran

Al-Baqarah 40-41 
"Yaa banii israaiila dzkuruu ni'matiyal latii an'amtu 'alikum wa awfuu bi'ahdii uufi bi'ahdikum wa iyyaaya farhabuun. Wa aaminuu bimaa anzaltu mushaddiqal limaa ma'akum wa laa takuunuu awwala kaafirim bih walaa tasytaruu biaayaatii tsamanan qaliilaa wa iyyaaya fattaquun" (Hai Bani Israil, ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepada-mu, dan penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu; dan hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut [tunduk]. Dan, berimanlah kamu kepada apa yang telah Aku turunkan [Alquran] yang membenarkan apa yang ada padamu [Taurat], dan janganlah kamu menjadi orang yang pertama kafir kepadanya, dan janganlah kamu menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga yang murah, dan hanya kepada Aku-lah kamu harus bertakwa). (Al-Baqarah: 40--41).

Melalui firman-Nya ini, Allah SWT memerintahkan Bani Israil untuk masuk agama Islam dan mengikuti Nabi Muhammad saw. serta menggugah mereka dengan menyebutkan bapak mereka, Israil, yaitu Nabi Yaqub a.s. Pengertiannya, "Hai anak-anak hamba saleh yang taat kepada Allah, jadilah kalian seperti ayah kalian (Yaqub) dalam mengikuti kebenaran." Hal itu seperti jika anda mengatakan, "Wahai anak orang yang mulia, berbuatlah seperti ini. Wahai anak si pemberani, tandingilah para pahlawan," atau juga, "Hai anak orang alim, tuntutlah ilmu," dan lain sebagainya. Dan, di antara hal itu juga adalah firman Allah SWT, yang artinya, "Yaitu anak cucu dari orang-orang yang kami bawa bersama-sama Nuh. Sesungguhnya ia adalah hamba (Allah) yang banyak besyukur." (Al-Isra': 3). 

Dengan demikian yang dimaksud dengan Israil adalah Yaqub. Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas, bahwa Israil seperti ungkapan Anda, Abdullah. Dan, firman-Nya, "Udz dzkuruu ni'matiyal latii an'amtu 'alikum" (Ingatlah akan nikmat-ku yang Aku anugerahkan kepadamu). Mujahid mengatakan, yaitu nikmat yang dikaruniakan Allah kepada mereka, yang disebutkan maupun tidak, di antaranya berupa memancarnya mata air dari batu, turunnya manna (makanan manis seperti madu) dan salwa (burung sebangsa puyuh) dan selamatnya mereka dari perbudakan Firaun. 

Abu al-Aliyah mengatakan, "Nikmat Allah itu berupa ketetapan-Nya untuk menjadikan di antara mereka para nabi dan rasul serta menurunkan kepada mereka kitab-kitab." 

Mengenai hal ini, penulis katakan bahwa yang demikian itu seperti ucapan Musa a.s. kepada mereka (Bani Isra'il), yang artinya, "Hai kaumku, ingatlah nikmat Allah yang diberikan kepadamu ketika Dia mengangkat nabi-nabi di antara kamu, dan dijadikan-Nya kamu orang-orang merdeka, dan diberikan-Nya kepadamu apa yang belum pernah diberikan-Nya kepada seorang pun di antara umat-umat yang lain." (Al-Maidah: 20), yaitu pada zaman mereka. 

Firman-Nya, "Wa awfuu bi'ahdii uufi bi'ahdikum" (Dan, penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu). Yaitu, janji yang telah Aku ambil darimu untuk mengikuti Nabi Muhammad saw. ketika datang kepadamu, maka Aku akan memenuhi apa yang telah Aku janjikan kepadamu, karena membenarkan dan mengikutinya, dengan melepaskan beban dan belenggu yang ada padamu dikarenakan dosa-dosa atas perbuatanmu. 

Hasan al-Bashri mengatakan, itulah makna firman Allah SWT, yang artinya, "Dan, sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian dari Bani Israil dan telah Kami angkat di antara mereka 12 orang pemimpin dan Allah berfirman, 'Sesung-guhnya Aku beserta kamu, sesungguhnya jika kamu mendirikan salat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik; sesungguhnya Aku akan menghapus dosa-dosamu. Dan, sesungguhnya kamu akan Aku masukkan ke dalam surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai'." (Al-Maidah: 12). 

Dan, firman-Nya, "Wa iyyaaya farhabuun" (Dan, hanya kepada-Ku kamu harus takut [tunduk]). Artinya, hendaklah kalian takut Aku akan menurunkan kepada kalian apa yang aku turunkan kepada nenek moyang sebelum kalian, berupa berbagai macam musibah yang kalian sendiri telah mengetahuinya, seperti perubahan bentuk muka dan lain-lainnya. 

Ini merupakan perpindahan dari targhib ke tarhib, di mana dengan targhib dan tarhib itu Allah menyeru mereka untuk kembali kepada kebenaran, mengikuti Rasulullah saw., berpegang pada Alquran, menaati perintah-Nya, membenarkan berita-berita yang disampaikan-Nya, dan Allah menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus. Oleh karena itu, Dia berfirman, "Wa aaminuu bimaa anzaltu mushaddiqal limaa ma'akum" (Dan, berimanlah kepada apa yang Aku turunkan, yang membenarkan apa yang ada padamu). Artinya, wahai sekalian ahlul kitab, percayalah kepada kitab yang telah Aku turunkan, yang membenarkan apa yang ada pada kalian. Yang demikian itu karena mereka mendapatkan Muhammad saw. tertulis di dalam kitab Taurat dan Injil yang ada pada mereka. 

Firman-Nya, "Wa laa takuunuu awwala kaafirin bihi" (Dan, janganlah kamu menjadi orang yang pertama kafir kepadanya). Sebagian penafsir mengatakan, yaitu satu kelompok yang pertama kali kafir terhadapnya. Ibnu Abbas mengatakan, artinya, janganlah kalian menjadi orang yang pertama kali kafir terhadapnya, sedang kalian memiliki pengetahuan tentang hal itu yang tidak dimiliki oleh orang lain. 

Abu al-Aliyah mengatakan, artinya, janganlah kalian menjadi orang yang pertama kali kafir kepada Muhammad saw., dari golongan ahli kitab setelah kalian mendengar pengutusannya. 

Demikian juga yang dikemukakan oleh Hasan al-Bashri, As-Suddi dan Rabi' bin Anas. Dan, yang menjadi pilihan Ibnu Jarir bahwa dhamir (kata ganti) dalam bihi itu kembali kepada Alquran yang telah disebutkan pada firman-Nya, "Bimaa anzaltu" (Yang telah Aku turunkan). 

Kedua pendapat di atas adalah benar, sebab keduanya saling berkaitan. Karena orang yang kafir terhadap Alquran berarti telah kafir kepada Muhammad saw. Dan, orang yang kafir kepada Muhammad saw. berarti telah kafir kepada Alquran. 
Sedangkan firman-Nya, "Awwala kaafirin bihi" (Orang yang pertama kali kafir kepadanya). Yakni, orang yang pertama kali kafir kepadanya dari Bani Israil, karena banyak orang yang telah mendahului mereka dari orang-orang kafir Quraisy dan suku Arab. Dan, yang dimaksud dengan orang yang pertama kali kafir kepadanya adalah orang dari kalangan Bani Israil sendiri, karena orang Yahudi Madinah merupakan Bani Israil yang pertama kali menjadi sasaran firman dengan Alquran. Maka, kekafiran mereka kepadanya menunjukkan bahwa mereka adalah yang pertama kali kafir kepadanya dari bangsa mereka. 

Dan firman-Nya, "Wa laa tasytaruu biaayaatii tsamanan qaliilan" (Dan, janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang murah). Artinya, janganlah kalian menukar iman kalian kepada ayat-ayat-Ku dan pembenaran kepada rasul-Ku dengan dunia dan segala isinya yang menggiurkan, karena ia merupakan suatu yang sedikit lagi binasa (tidak kekal). 

Sebagaimana diriwayatkan Abdullah bin Al-Mubarak, dari Abdur Rahman bin Zaid bin Jabir, dari Harun bin Yazid, bahwa Hasan al-Bashri pernah ditanya mengenai firman Allah Azza Wa Jalla, "Tsamanan qaliilaa" (Harga yang murah), maka ia pun menjawab, "Harga yang murah adalah dunia dan segala isinya." 

Mengenai firman-Nya, "Wa laa tasytaruu biaayaatii tsamanan qaliilan" (Dan, janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang murah), Abu Ja'far meriwayatkan dari Rabi' bin Anas, dari Abu al-Aliyah, artinya, "Janganlah kalian mengambil upah dari sebab mengajarkannya," hal itu telah tertulis bagi mereka di kitab terdahulu, "Hai anak Adam ajarkan dengan cuma-cuma (gratis) sebagaimana halnya kalian diajarkannya juga dengan cuma-cuma (gratis)." 

Dalam kitab Sunan Abi Dawud diriwayatkan hadis dari Abu Hurairah r.a. katanya Rasulullah saw. bersabda, yang artinya, "Barang siapa mempelajari suatu ilmu yang semestinya dicari untuk memperoleh rida Allah, kemudian ia tidak mempelajarinya kecuali untuk mendapatkan kemewahan dunia, maka ia tidak akan mencium bau surga pada hari kiamat." (HR Abu Dawud). 

Adapun pengajaran ilmu dengan pemberian upah, jika hal itu merupakan suatu fardu ain terhadap dirinya, maka tidak dibolehkan baginya mengambil upah darinya, tetapi dibolehkan baginya menerima dari Baitul Mal guna memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya. Tetapi, jika ia tidak memperoleh suatu apa pun dari pengajarannya dan hal itu menghalanginya dari mencari penghasilan, maka berarti pengajaran tersebut tidak menjadi fardu ain, dan dengan demikian dibolehkan baginya mengambil upah mengajar. Demikian menurut Imam Malik, Syafii, Ahmad, dan mayoritas ulama. Sebagaimana diriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari, dari Abu Sa'id, tentang kisah orang yang tersengat kalajengking, Rasulullah saw. bersabda, yang artinya, "Sesungguhnya yang lebih berhak kalian ambil darinya upah adalah kitabullah." 

Demikian juga tentang kisah seorang wanita yang dilamar, Rasulullah saw. bersabda, yang artinya, "Aku nikahkan engkau kepadanya dengan mahar berupa surat yang engkau hafal dari Alquran." 

Sedangkan hadis Ubadah bin ash-Shamit, di mana ia pernah mengajarkan kepada salah seorang dari ahli shuffah sesuatu dari Alquran, lalu orang itu memberinya hadiah berupa busur panah. Kemudian ia menanyakan hal itu kepada Rasulullah saw., maka beliau pun bersabda, yang artinya, "Jika engkau suka dikalungi dengan busur dari api neraka, maka terimalah busur tersebut." (HR Abu Dawud). Maka, orang itu akhirnya menolak pemberian busur itu. 

Hal serupa juga diriwayatkan dari Ubay bin Ka'ab sebagai hadis marfu. Jika isnadnya hadis ini sahih, menurut kebanyakan para ulama, di antaranya Abu Umar bin Abdul Barr, dapat dipahami sebagai ilmu yang diajarkan oleh Allah, sehingga setelah itu tidak diperbolehkan baginya untuk menukar pahala dari-Nya dengan busur panah. Namun, jika sejak semula pengajarannya dengan upah, maka yang demikian itu juga dibenarkan, sebagaimana yang telah diterangkan dalam kedua hadis terakhir di atas. Wallahu a'lam. 

Dan, firman-Nya, "Wa Iyyaaya fattaquun" (Dan hanya kepada-Ku kamu harus bertakwa)." Dari Thalq bin Habib, Ibnu Abi Hatim mengatakan, yang artinya, "Takwa berarti berbuat taat kepada Allah dengan mengharap rahmat Allah atas nur dari Allah, dan meninggalkan maksiat kepada Allah atas nur dari Allah, karena takut akan siksa-Nya." 

Sedangkan makna firman-Nya, "Wa iyyaaya fattaquun" (Dan, hanya kepada-Ku kamu harus bertakwa), itu berarti bahwa Allah saw. mengancam mereka (Bani Israil) atas kesengajaan mereka menyembunyikan kebenaran dan menampakkan sebaliknya serta pembangkangan mereka terhadap Rasulullah saw. 

Sumber: Lubabut Tafsir Min Ibnu Katsier (Tafsir Ibnu Katsir), Dr. Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq asy-Syekh

 

 



 






 
Takion
Fleabag Vs Mutt
Intruder
Otto`foodhunt
South Pole
Black Jack
Santa 2000
Beach War
Ponky
 
Intro Films Kartun
Rd Intro
Spectrum8
Freight Stream
Godirect
Old School
Animasi Flash
Dog Fight
Encounter
Fleabag
Movando USA
Swatch
Veritranz
The Battle
Animasi Gif
Aliens
Alphabets
Animals
Arrows
At
Bars
Books
Construction
Cd
Computer
Fire
Flags
Gears
Lights
Mail
Miscellaneous
Symbols
Toons
Welcomes
Yingyang
Zodiacs
 
 

 

About Us Isi Buku Tamu Lihat Buku Tamu Foto
Komentar Log-in Sponsor Webmaster
Kirim Artikel Situs Islam Infobisnis Halaman Lain