Khalifah Abu
Bakar
Muhammad wafat tanpa
meninggalkan pesan siapa yang harus menggantikannya sebagai
pemimpin umat.. Beberapa kerabat Rasul berpendapat bahwa Ali
bin Abu Thalib -misan dan menantu yang dipelihara Muhammad
sejak kecil-yang paling berhak. Namun sebagian kaum Anshar,
warga asli Madinah, berkumpul di Balai Pertemuan (Saqifa) Bani
Saudah. Mereka hendak mengangkat Saad bin Ubadah sebagai
pemimpin umat.
Ketegangan terjadi. Abu Bakar,
Umar dan Abu Ubaidah datang untuk mengingatkan mereka.
Perdebatan terjadi, sampai dua tokoh Muhajirin dan Anshar -Abu
Ubaidah dan Basyir anak Saad-membaiat Abu Bakar. Umar menyusul
membaiat. Demikian pula yang lainnya. Pertikaian selesai.
Selasa malam menjelang salat Isya -setelah Muhammmad
dimakamkan-Abu Bakar naik ke mimbar di masjid Nabawi. Ia
mengucapkan pidato pertamanya sebagai khalifah. Pidato yang
ringkas dan dan berkesan di kalangan umat. Itu terjadi pada
Juni 632, atau 11 Hijriah.
Abu Bakar adalah orang pertama
di luar kerabat Rasul yang memeluk Islam. Ia dikenal sebagai
orang yang selalu membenarkan ucapan Muhammad. Ketika
orang-orang menghujat Muhammad karena mengatakan baru
mengalami Isra' Mi'raj, Abu Bakar menyatakan keyakinannya
terhadap peristiwa itu. Ia menyiapkan perjalanan serta
mengawani Muhammad saat hijrah ke Madinah. Ia juga menikahkan
putrinya, Aisyah, dengan Rasul.
Namun tak berarti kepemimpinan
Abu Bakar mulus. Meninggalnya Muhammad menimbulkan pembelotan
besar-besaran dari berbagai kabilah yang baru masuk Islam.
Mereka tidak lagi patuh pada pemerintahan di Madinah. Beberapa
orang malah menyatakan diri sebagai Nabi. Aswad Al-Insa di
Yaman yang menyatakan diri sebagai Nabi dan membolehkan orang
tidak salat dan berzina, telah dibunuh oleh orang dekatnya
saat Rasulullah sakit. Sekarang ada Tulaihah dan Musailama
yang berbuat serupa.
Di Madinah pun, Abu Bakar
berselisih pendapat dengan Fatimah, putri Muhammad, mengenai
cara pengelolaan uang negara. Keluarga Rasul -termasuk Ali bin
Abu Thalib-baru mengakui kepemimpinan Abu Bakar enam bulan
kemudian, setelah Fatimah wafat.
Tugas pertama yang dilakukan
Abu Bakar adalah melaksanakan amanat Rasul: memberangkatkan
pasukan Usama bin Zaid ke arah Palestina dan Syam. Ia sendiri
-dalam usia 61 tahun-- kemudian memimpin tentara menggempur
Tulaiha. Operasi militernya sukses. Setelah itu, Abu Bakar
membentuk 11 regu untuk menaklukkan kabilah-kabilah yang
menolak membayar zakat. Yakni dari Tihama di Laut Merah,
Hadramaut di ujung Lautan Hindia, sampai ke Oman, Bahrain,
Yamama hingga Kuwait di Teluk Persia.
Pertempuran paling sengit
terjadi melawan pasukan Musailama yang memiliki 40 ribu
pasukan. Tentara dari Madinah sempat hancur. Berkat kecerdikan
panglima Khalid bin Walid, mereka memukul balik lawan. Seorang
tentara Khalid, Al-Barak, berhasil melompati benteng Al-Hadikat
dan membuka pintu dari dari dalam. Musailama tewas.
Pasukan Khalid kemudian
bergerak ke Utara, menuju lembah Irak yang saat itu dikuasai
kerajaan besar Persia. Pada 8 Hijriah, Raja Persia Kisra
merobek-robek surat yang dikirimkan Muhammad. Rasul lalu
menyebut Allah akan merobek-robek kerajaan Persia pula. Saat
itu tiba melalui tangan Khalid bin Walid yang hanya membawa
sedikit pasukan. Dalam perang di Allais tercatat 70 ribu orang
tewas. Setelah itu Kerajaan Hira pun ditaklukkan. Jadilah
seluruh wilayah Irak sekarang masuk dalam wilayah kekhalifahan
Abu Bakar.
Setelah itu, Khalifah Abu Bakar
mengirim 24.000 pasukan ke arah Syria, di bawah komando empat
panglima perang. Mereka bersiap menghadapi 240.000 pasukan
Romawi -kekuatan terbesar di dunia pada masa itu-yang
diperintah Heraklius. Abu Bakar menetapkan Yarmuk sebagai
pangkalan mereka. Ia juga memerintahkan Khalid bin Walid -yang
berada di wilayah Irak-untuk pergi ke Yarmuk dan menjadi
Panglima Besar di situ. Sebanyak 9000 pasukan dibawanya.
Abu Bakar mencatat banyak
keberhasilan. Di jazirah Arab, ia telah berhasil menyatukan
kembali umat Islam yang pecah setelah rasul wafat. Di masanya
pula, Islam mulai menyebar ke luar jazirah Arab. Meskipun
demikian, ia tetap dikenal sebagai seorang yang sederhana. Ia
hidup sebagaimana rakyat. Tetap pergi sendiri ke pasar untuk
berbelanja, serta tetap menjadi imam salat di masjid Nabawi.
Selama dua tahun tiga bulan
memimpin umat, ia hanya mengeluarkan 8.000 dirham uang negara
untuk kepentingan keluarganya. Jumlah yang sangat sedikit
untuk ukuran waktu itu sekalipun. Ia juga memerintahkan
pengumpulan catatan ayat-ayat Quran dari para sekretaris Rasul.
Catatan-catatan itu dikumpulkan di rumah Hafsha, putri Umar.
Abu Bakar meninggal dalam usia yang hampir sama dengan Rasul,
63 tahun.n
|