Menu Penutup:
Senarai: Kereta apiku
Renungan: Masa Depan di Tangan Anda
Artikel: Ukhuwah Islamiyah
Artikel: Peran Mahasiswa sebagai Agen Perubahan
Artikel: Berislam di Negeri Sakura
Resensi: Teacher Efectiveness Training
Produk: Micro Pump
Lepas: Cermin Bagi Penulis
Lepas: Oscar Award for Best Actor-Actress
Lepas: Gegar Budaya

 
 
Lepas : (milis PMIJ)

Cermin bagi Penulis

Tawaran untuk menjadi seorang penulis memang menggiurkan. Bukan, bukan dari segi materi yang memang kurang menjanjikan dibanding profesi lainnya. Tapi terutama lebih kepada kepuasan pribadi. Melihat tulisannya dibaca orang, melihat buah fikirannya diikuti orang, melihat dirinya dapat memberi kontribusi bagi komunitas pembacanya. Mungkin agak sarkastik, tapi secara kasar memang penulis mudah terjebak untuk sekedar memenuhi "self-esteem". Walaupun juga tidak dapat dinisbikan bahwa di pojok relung-relung hati, sering masih bertabur mutiara keikhlasan.

Imel ini sama sekali tidak dimaksudkan untuk membunuh geliat pmij-ers untuk menulis. Dan prolog di atas juga sekedar intro yang sebenarnya - jujur saja - agak kurang nyambung dengan apa yang ingin aku tulis di bawah - dan lebih sekedar merupakan refleksi diri.

Di imel ini aku cuman ingin mencoba mengklasifikasikan tulisan dilihat dari tujuan penulisnya - sehingga nantinya ada cermin yang bisa kita (oh betapa gegabahnya aku memakai kata kita di sini) pakai, walaupun jelas masih sangat buram.

Pertama, tulisan informatif.

Sesuai namanya, tulisan jenis ini bertujuan untuk menyampaikan informasi kepada pembacanya. Jadi untuk jenis tulisan ini ada point penting yang perlu diperhatikan, yaitu "informasi yang mau disampaikan harus jelas". Jangan sampai kita sudah bicara sampai berbusa, sambil sesekali mata mendelik; namun saat kita berkata "ijyou desu", lawan bicara kita malah bertanya "jadi apa point yang ingin bapak sampaikan ?" Duh, pegel banget kan. Itulah tulisan kita - terkadang berputar-putar, meliuk-liuk dan saat sampai kata wassalam, eh apa isinya ? Enggak jelas blas.

Untuk jenis informasi yang 'kering', nggak perlu 'nyastra' biasanya akan lebih jelas kalau disampaikan dalam bentuk bulleting atau peng-'item'-an. Karena orang bakalan lebih pusing membaca pengumuman yang ditulis dalam bentuk memanjang, dibandingkan yang ditulis per item.

Dan selain jelas, tentunya kita juga berharap pembaca mau membaca apa yang kita tulis sampai tuntas, sehingga pesan dan informasi yang ingin kita sampaikan benar-benar nyampe. Di sini berperan banyak hal, taruhlah misalnya:

Pemberian judul yang menarik. Terutama ini menjadi urgen apabila tulisan kita ditargetkan untuk masyarakat luas atau komunitas yang tidak saling mengenal. Kalau sekedar milis pmij sih, salah judul pun enggak masalah.

Gaya bahasa, ini juga berbeda-beda tergantung style penulisnya. Ada yang senang gaya hiperbolis, ada yang senang mendayu-dayu, mengawan putih, melangit biru, dst. Yang jelas jangan sampai gaya bahasa malah menutupi pesan yang ingin disampaikan.

Juga tergantung dari informasinya sendiri. Kalau informasinya enggak menarik, atau malah pembacanya sudah tahu duluan, chance tulisan kita dibaca akan makin menipis. Misalnya di milis ini ada yang menulis "karena natsu, sekarang tokyo panas" ... yah kurang ngejual deh. Semua juga udah tahu.

Panjang tulisan juga berpengaruh lho. Kalau kita merasa sulit menjaga mata pembaca agar tidak lari dari tulisan, sebaiknya kita berusaha membatasi panjang tulisan, tentunya tanpa menghilangkan informasi yang ingin disampaikan. KISS, keep it simple stupid, demikian semboyan para 'simplifikator'. Dan kalaupun terpaksa menulis berpanjang ria, untuk menjaga pembaca tetap pada track yang diinginkan, bisa disiasati dengan menuliskan kesimpulan dalam paragraf terakhir.

Yang kedua, tulisan persuasif

Jenis tulisan yang kedua ini lebih rumit. Karena point-point yang perlu dipenuhi oleh tulisan informatif, juga harus dipenuhi, selain beberapa tambahan lainnya. Satu perbedaan, kalau dalam tulisan informatif sering kita perlu menulis lugas, jelas dan lempeng; untuk tulisan persuasif terkadang justru kita perlu menyamarkan pesan kita sehingga dapat menyusup dalam sanubari pembaca tanpa terdeteksi. Karena tubuh manusia sering memberikan resistansi terhadap 'obyek asing' yang masuk. Obyek asing ini bisa berupa virus, kuman ... dan juga termasuk opini. Untuk mengeliminir resistansi ini, metode implisit adalah salah satu jawabannya.

Untuk membuat tulisan persuasif sendiri, cara yang dilakukan orang juga bermacam-macam. Persuasif bisa muncul dari sifat informasinya sendiri. Ada kan persuasive information ? Contohnya saat kita menulis "22 Juli adalah Hari Internasional Boikot Produk AS dan Israel" (ini beneran lho, red), secara tidak langsung kita sedang mempersuasi pembaca untuk turut melakukan aksi boikot.

Terkadang persuasi juga dilakukan dengan membuat pembaca (termasuk lawan bicara) merasa bahwa itu adalah pendapat mereka, bukan pendapat penulis. Misalnya dengan menulis "saya sepakat dengan pendapat yang anda tulis kemarin, yang tentunya kemudian perlu kita implementasikan dengan melakukan bla bla bla" Bla bla bla di sini sebenarnya adalah apa yang ingin kita 'masukkan' dengan mencari celah dari pendapat lawan bicara kita.

Cara paling straight dalam melakukan persuasi adalah - tentu saja - dengan memberikan argumentasi yang mumpuni. Lugas dan sulit dibantah. Hanya saja cara ini hanya akan berhasil apabila peserta diskusi memang memiliki i'tikad baik dan siap untuk menerima kebenaran pendapat orang lain.

Yah, ada seribu satu cara mempersuasi orang, yang kalau aku kuasai seluruhnya, mungkin saat ini aku enggak sedang menulis di milis ini.

Jadi sebenarnya - dengan menyadari segala keterbatasanku - apa yang aku tulis di atas cuman umpan, yang dengannya aku berharap dapat memperoleh sepiring maguro.

Terahir, tulisan rekreatif

Kalau yang ini adalah tulisan tanpa beban. Tidak ada aturan, bahkan tidak ada harapan agar tulisannya dipahami pembacanya. Mungkin levelnya enggak jauh dari curhat, sekedar ingin memuntahkan beban di dalam dada. Atau sekedar untuk membersihkan jalur syaraf dari fikiran-fikiran yang menyumpal pergerakan aliran logika.

Contohnya ? mmm ... mungkin celotehan-celotehan di milis lokal.

Namun harus aku akui kalau pembagian di atas subyektif, dan juga enggak kaku. Artinya sering ketiga tujuan di atas sudah tercakup dalam sebuah tulisan.

Tokyo, 16 Juli 2002

Abdur Rahim

(c) Copyright 2002 Abdur Rahim