Lepas : (milis PMIJ)
Cermin bagi Penulis
Tawaran untuk menjadi seorang penulis memang menggiurkan. Bukan, bukan dari
segi materi yang memang kurang menjanjikan dibanding profesi lainnya. Tapi
terutama lebih kepada kepuasan pribadi. Melihat tulisannya dibaca orang,
melihat buah fikirannya diikuti orang, melihat dirinya dapat memberi
kontribusi bagi komunitas pembacanya. Mungkin agak sarkastik, tapi secara
kasar memang penulis mudah terjebak untuk sekedar memenuhi "self-esteem".
Walaupun juga tidak dapat dinisbikan bahwa di pojok relung-relung hati,
sering masih bertabur mutiara keikhlasan.
Imel ini sama sekali tidak dimaksudkan untuk membunuh geliat pmij-ers untuk
menulis. Dan prolog di atas juga sekedar intro yang sebenarnya - jujur
saja - agak kurang nyambung dengan apa yang ingin aku tulis di bawah - dan
lebih sekedar merupakan refleksi diri.
Di imel ini aku cuman ingin mencoba mengklasifikasikan tulisan dilihat dari
tujuan penulisnya - sehingga nantinya ada cermin yang bisa kita (oh betapa
gegabahnya aku memakai kata kita di sini) pakai, walaupun jelas masih sangat
buram.
Pertama, tulisan informatif.
Sesuai namanya, tulisan jenis ini bertujuan untuk menyampaikan informasi
kepada pembacanya. Jadi untuk jenis tulisan ini ada point penting yang perlu
diperhatikan, yaitu "informasi yang mau disampaikan harus jelas". Jangan
sampai kita sudah bicara sampai berbusa, sambil sesekali mata mendelik;
namun saat kita berkata "ijyou desu", lawan bicara kita malah bertanya "jadi
apa point yang ingin bapak sampaikan ?" Duh, pegel banget kan. Itulah
tulisan kita - terkadang berputar-putar, meliuk-liuk dan saat sampai kata
wassalam, eh apa isinya ? Enggak jelas blas.
Untuk jenis informasi yang 'kering', nggak perlu 'nyastra' biasanya akan
lebih jelas kalau disampaikan dalam bentuk bulleting atau peng-'item'-an.
Karena orang bakalan lebih pusing membaca pengumuman yang ditulis dalam
bentuk memanjang, dibandingkan yang ditulis per item.
Dan selain jelas, tentunya kita juga berharap pembaca mau membaca apa yang
kita tulis sampai tuntas, sehingga pesan dan informasi yang ingin kita
sampaikan benar-benar nyampe. Di sini berperan banyak hal, taruhlah
misalnya:
Pemberian judul yang menarik. Terutama ini menjadi urgen apabila tulisan
kita ditargetkan untuk masyarakat luas atau komunitas yang tidak saling
mengenal. Kalau sekedar milis pmij sih, salah judul pun enggak masalah.
Gaya bahasa, ini juga berbeda-beda tergantung style penulisnya. Ada yang
senang gaya hiperbolis, ada yang senang mendayu-dayu, mengawan putih,
melangit biru, dst. Yang jelas jangan sampai gaya bahasa malah menutupi
pesan yang ingin disampaikan.
Juga tergantung dari informasinya sendiri. Kalau informasinya enggak
menarik, atau malah pembacanya sudah tahu duluan, chance tulisan kita dibaca
akan makin menipis. Misalnya di milis ini ada yang menulis "karena natsu,
sekarang tokyo panas" ... yah kurang ngejual deh. Semua juga udah tahu.
Panjang tulisan juga berpengaruh lho. Kalau kita merasa sulit menjaga mata
pembaca agar tidak lari dari tulisan, sebaiknya kita berusaha membatasi
panjang tulisan, tentunya tanpa menghilangkan informasi yang ingin
disampaikan. KISS, keep it simple stupid, demikian semboyan para
'simplifikator'. Dan kalaupun terpaksa menulis berpanjang ria, untuk menjaga
pembaca tetap pada track yang diinginkan, bisa disiasati dengan menuliskan
kesimpulan dalam paragraf terakhir.
Yang kedua, tulisan persuasif
Jenis tulisan yang kedua ini lebih rumit. Karena point-point yang perlu
dipenuhi oleh tulisan informatif, juga harus dipenuhi, selain beberapa
tambahan lainnya. Satu perbedaan, kalau dalam tulisan informatif sering kita
perlu menulis lugas, jelas dan lempeng; untuk tulisan persuasif terkadang
justru kita perlu menyamarkan pesan kita sehingga dapat menyusup dalam
sanubari pembaca tanpa terdeteksi. Karena tubuh manusia sering memberikan
resistansi terhadap 'obyek asing' yang masuk. Obyek asing ini bisa berupa
virus, kuman ... dan juga termasuk opini. Untuk mengeliminir resistansi ini,
metode implisit adalah salah satu jawabannya.
Untuk membuat tulisan persuasif sendiri, cara yang dilakukan orang juga
bermacam-macam. Persuasif bisa muncul dari sifat informasinya sendiri. Ada
kan persuasive information ? Contohnya saat kita menulis "22 Juli adalah
Hari Internasional Boikot Produk AS dan Israel" (ini beneran lho, red),
secara tidak langsung kita sedang mempersuasi pembaca untuk turut melakukan
aksi boikot.
Terkadang persuasi juga dilakukan dengan membuat pembaca (termasuk lawan
bicara) merasa bahwa itu adalah pendapat mereka, bukan pendapat penulis.
Misalnya dengan menulis "saya sepakat dengan pendapat yang anda tulis
kemarin, yang tentunya kemudian perlu kita implementasikan dengan melakukan
bla bla bla" Bla bla bla di sini sebenarnya adalah apa yang ingin kita
'masukkan' dengan mencari celah dari pendapat lawan bicara kita.
Cara paling straight dalam melakukan persuasi adalah - tentu saja - dengan
memberikan argumentasi yang mumpuni. Lugas dan sulit dibantah. Hanya saja
cara ini hanya akan berhasil apabila peserta diskusi memang memiliki i'tikad
baik dan siap untuk menerima kebenaran pendapat orang lain.
Yah, ada seribu satu cara mempersuasi orang, yang kalau aku kuasai
seluruhnya, mungkin saat ini aku enggak sedang menulis di milis ini.
Jadi sebenarnya - dengan menyadari segala keterbatasanku - apa yang aku
tulis di atas cuman umpan, yang dengannya aku berharap dapat memperoleh
sepiring maguro.
Terahir, tulisan rekreatif
Kalau yang ini adalah tulisan tanpa beban. Tidak ada aturan, bahkan tidak
ada harapan agar tulisannya dipahami pembacanya. Mungkin levelnya enggak
jauh dari curhat, sekedar ingin memuntahkan beban di dalam dada. Atau
sekedar untuk membersihkan jalur syaraf dari fikiran-fikiran yang menyumpal
pergerakan aliran logika.
Contohnya ? mmm ... mungkin celotehan-celotehan di milis lokal.
Namun harus aku akui kalau pembagian di atas subyektif, dan juga enggak
kaku. Artinya sering ketiga tujuan di atas sudah tercakup dalam sebuah
tulisan.
Tokyo, 16 Juli 2002
Abdur Rahim
(c) Copyright 2002 Abdur
Rahim |