MASA
DEPAN DI TANGAN ANDA
Iman dan Sistem Nilai Islam
Suatu kondisi iman yang benar adalah apabila iman itu dibenarkan
oleh hati, diucapkan oleh lisan dan dilaksanakan oleh anggota badan.
Membenarkan dengan hati berarti meyakini bahwa Allah adalah pencipta
dan pemelihara alam, meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya yang
berhak disembah dan meyakini bahwa hanya Allah-lah yang berhak menetapkan
hukum. Dengan demikian adalah suatu keniscayaan bahwa seseorang
hanya dapat dikatakan memiliki iman yang benar jika ia berjuang
demi terwujudnya sistem nilai Islam.
Sistem nilai Islam, adalah suatu kemustahilan, jika hanya
meliputi aspek ritual individu-individu muslim. Sistem nilai Islam
haruslah merupakan sistem yang menyeluruh yang melingkupi sistem
nilai bagi individu muslim dan bagi masyarakat muslim. Dengan demikian
sistem nilai Islam mencakup aspek ritual, ekonomi, sosial, budaya,
hankam dan termasuk aspek politik. Sebagai sistem yang diciptakan
oleh pencipta manusia, sistem nilai Islam pasti membawa kemashlahatan
bagi umat manusia. Sistem ini menjunjung keadilan dan melindungi
hak-hak minoritas, sistem ini mencegah kapitalisme yang menggurita
dan menghisap pelaku ekonomi yang lemah, singkatnya sistem ini mendukung
terwujudnya masyarakat madani. Dan sistem ini hanya mungkin mewujud
jika terdapat individu-individu muslim dengan iman yang benar. Jadi
individu muslim dengan iman yang benar dan sistem nilai islam bagaikan
dua sisi keping mata uang yang tak terpisahkan.
Adalah suatu hal yang niscaya jika demokrasi diterapkan
dengan jujur dalam suatu negara dengan mayoritas penduduknya Islam,
maka pengusung sistem nilai Islam akan meraih suara mayoritas. Partai
FIS di Aljazair dan Partai Rafah di Turki adalah contoh nyata hal
ini. Di mana kemudian Barat 'dengan sengaja' membiarkan terenggutnya
kemenangan partai ini hanya karena mereka mengusung nilai Islam.
Peran Media Massa
Media massa memiliki peran penting dalam penyebaran suatu
ide - terlepas dari benar tidaknya ide tersebut. Dengan mudahnya
opini sekelompok masyarat akan terbentuk jika secara kontinu dibanjiri
dengan informasi-informasi dan opini-opini tertentu. Sebagai contoh
di negara Amerika Serikat - di mana media massa dikuasai oleh Yahudi
- setiap orang begitu takut disebut sebagai anti Semith (lihat :
They aren't Dare to Speak). Suatu isyu yang sengaja dihembuskan
oleh media massa. Akibatnya tidak seorang pun yang berani mengkritik
pihak Yahudi - termasuk Israel - akibat kekhawatiran berlebihan
terhadap 'cap' anti Semith.
Di negara kita hal ini tampaknya juga terjadi, atau minimal
dalam arah menuju terjadi. Isyu SARA, anti Cina dan negara Islam
sengaja ditiup-tiupkan dengan gencar. Jika ada kerusuhan, dimunculkan
isyu SARA hingga menyebabkan ditiadakannya pengusutan. Jika ada
yang memperjuangkan keadilan dan pemerataan ekonomi dikatakan sebagai
anti Cina. Dan jika ada yang berjuang agar diterapkannya sistem
nilai Islam segera dicap ingin mendirikan negara Islam (red : padahal
enggak papa kali ya).
Dalam negara demokrasi seharusnyalah anggota masyarakat
berhak memillih sistem nilai yang akan diterapkannya. Adalah sah
jika masyarakat menghendaki diterapkannya sistem nilai kapitalis
sepanjang hal itu adalah keinginan mayoritas, sebagaimana juga sah
jika masyarakat menghendaki diterapkannnya sistem nilai Islam jika
memang hal ini adalah keinginan mayoritas. Yang terpenting adalah
keinginan diterapkan atau tidak diterapkannya suatu sistem nilai,
tidak dilakukan dengan pemaksaan kehendak, dengan kekerasan dan
anarkisme.
Penutup
Kita sebagai umat Islam - yang memiliki iman yang benar
- dituntut memperjuangkan sistem nilai Islam, termasuk menyebarluaskannya.
Mungkin saat ini kita tidak mempedulikannya, namun akan datang masanya
di mana kita harus menentukan pilihan. Pilihan kita akan berdampak
terhadap seluruh anggota masyarakat, bahkan mungkin juga terhadap
keturunan kita. Oleh karena itu gunakanlah hak memilih ini dengan
bijak dan bertanggung jawab. Tanggung jawab terhadap masyarakat
dan tanggung jawab terhadap Allah sebagai Pencipta kita.
"Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan
(hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang
yang yakin ?" (Al Maidah : 50)
diinspirasikan dari khutbah
Jum'at di masjid Salman tanggal 18 Desember 1998.
Abdur Rahim
(c) Copyright 2001 Abdur
Rahim |