|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
A
Page to Rest -
Breathing Space |
Complete list of articles on this site |
Free Downloads |
badan, di mana perbuatan itu berada?" "Perbuatan tersebut mengikutinya, O Baginda, seperti bayangan yang tidak pernah pergi. Namun orang tidak dapat menunjukkannya dan mengatakan, 'Perbuatan itu di sini atau di sana', sama seperti buah dari sebatang pohon tidak akan dapat ditunjukkan sebelum buah itu muncul." 9. "Apakah orang yang akan dilahirkan kembali tahu tentang hal
10. "Apakah ada orang seperti Sang Buddha?"
1. "Apakah tubuh ini, Nagasena, berharga bagi para pertapa?"
2. "Jika Sang Buddha itu Maha Tahu mengapa Beliau menetapkan
3. "Jika Sang Buddha dimuliakan dengan 32 tanda manusia yang
|
kawin?" "Ya." "Kalau begitu ia pengikut Brahma!" "Meskipun suara gajah sama seperti suara bangau, gajah bukanlah pengikut bangau. Katakan pada saya, raja nan agung, apakah Brahma itu mempunyai kecerdasan (buddhi)?" "Ya." "Kalau begitu pastilah ia pengikut Sang Buddha!" 5. "Apakah penabhisan bhikkhu itu sesuatu yang baik?"
6. "Bagi siapakah airmata itu merupakan kesembuhan: bagi orang
7. "Apakah perbedaan antara orang yang dipenuhi kemelekatan
8. "Di manakah kebijaksanaan bertempat tinggal?"
9. "Apa yang dimaksud dengan lingkaran kelahiran kembali
10. "Dengan apakah kita mengingat perbuatan yang telah
11. "Apakah ingatan selalu timbul dengan sendirinya, atau
|
INGATAN 1. "Dalam berapa cara, Nagasena, ingatan muncul?"
2. "Engkau katakan bahwa seseorang yang telah menjalani
3. "Apakah kalian, para bhikkhu, berjuang untuk menghilangkan
|
"Sangat jauh, O Baginda; dari alam Brahma sebongkah batu besar membutuhkan waktu 4 bulan unmk mencapai tanah meskipun batu itu jatuh 48.000 league tiap hari." "Tetapi bagaimanakah seorang bhikkhu dapat begitu cepat pergi ke sana dengan kekuatan kesaktiannya?" "Dimanakah Baginda dilahirkan?" "Ada sebuah pulau bernama Alasanda; saya dilahirkan di sana." "Berapa jauhnya dari sini?" "Sekitar 200 league." "Dapatkah Baginda mengingat apapun yang Baginda lakukan di sana?" "Ya." "Begitu cepatnya Baginda menempuh 200 league. Sama seperti itulah seorang bhikkhu dapat mencapai alam Brahma dengan kekuatan kesaktiannya." 5. "Jika seseorang meninggal dunia dan kemudian terlahir di
6. "Ada berapakah faktor Penerangan Sempurna itu?"
7. "Manakah yang lebih hebat, perbuatan baik ataukah perbuatan
|
yang tidak disadari?" "Perbuatan tercela yang tidak disadari, Baginda." "Kalau begitu kita harus menghukum dua kali lebih berat orang-orang yang melakukan perbuatan tercela tanpa menyadarinya." "Bagaimana menurut Baginda, apakah seseorang akan terbakar lebih parah jika ia menggenggam besi yang merah membara tanpa mengetahui bahwa itu panas, dibandingkan dengan orang yang mengetahuinya?" "Ia akan terbakar lebih parah jika tidak tahu bahwa besi itu panas." "Demikian juga, O Baginda, sama seperti orang yang melakukan perbuatan tercela tanpa menyadarinya." 9. "Apakah ada orang yang secara fisik dapat pergi ke alam
10. "Apakah ada tulang yang panjangnya 100 league?"
11. "Apakah mungkin untuk menekan pernafasan?"
12. "Mengapa samudera dinamakan demikian?"
13. "Mengapa seluruh samudera itu hanya mempunyai satu rasa?"
14. "Apakah mungkin untuk menggolong-golongkan hal yang sudah
15. "Ketiga hal ini, Nagasena, yaitu kesadaran (vinnana),
16. Bhikkhu Nagasena berkata, "Sesuatu yang sulit telah
|
Nagasena dan kemudian sang raja berkata "Seperti seekor singa di kandang emas yang hanya merindukan kebebasan, demikian pula aku merindukan kehidupan sebagai bhikkhu. Tetapi aku tidak akan hidup lama, karena begitu banyak musuhku." Kemudian Nagasena, setelah menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh Raja Milinda, berdiri dari tempat duduknya dan kembali menuju pertapaannya. Tidak lama setelah Nagasena pergi, Raja Milinda merenungkan kembali pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawaban itu dan menyimpulkan, "Semuanya telah aku tanyakan dengan benar dan semuanya telah dijawab dengan baik oleh Nagasena." Dan di pertapaannya, Nagasena pun merenung dan menyimpulkan hal yang sama. BAGIAN DELAPAN PENYELESAIAN DILEMA Setelah merenungkan semalaman mengenai diskusinya dengan Nagasena, sang raja bersumpah pada dirinya sendiri: "Selama 7 hari mendatang ini aku tidak akan memutuskan masalah hukum apapun, aku tidak akan menyimpan pikiran yang bernafsu, pikiran yang berisi kebencian atau pandangan keliru. Terhadap semua pelayan dan pegawai aku akan rendah hati. Aku akan memperhatikan setiap tindak tanduk tubuh dan enam inderaku. Aku akan mengisi pikiranku dengan cinta kasih bagi semua makhluk." Kemudian raja Milinda berbicara kepada Nagasena seorang diri. Raja mengatakan, "Ada delapan tempat yang harus dihindari oleh orang yang ingin berdiskusi secara mendalam: 1. tanah yang tidak rata di mana masalah yang didiskusikan menjadi tercerai-berai, bertele-tele, menjadi kabur dan tidak ada hasilnya; 2. tempat yang tidak aman di mana pikiran menjadi terganggu oleh rasa takut sehingga tidak dapat mencerap maksudnya dengan jelas; 3. tempat yang berangin di mana suara menjadi tidak jelas; 4. tempat terpencil di mana mungkin ada orang yang mencuri dengar; 5. tempat yang sakral di mana pokok pembicaraan mungkin menjadi terbelok ke situasi sekitarnya yang khidmat; 6. jalanan di mana pembicaraan mungkin menjadi dangkal; 7. jembatan di mana pembicaraan mungkin menjadi tidak stabil dan bergoyang; dan ... 8. tempat mandi umum di mana pembicaraan akan menjadi omongan sehari-hari. "Juga ada delapan jenis orang, Nagasena, yang cenderung merusak suatu diskusi: 1. orang yang penuh nafsu, 2. orang yang pemarah, 3. orang yang tertutup pandangan salah, 4. orang yang sombong, 5. orang yang iri hati, 6. orang yang malas, 7. orang yang fanatik, hanya punya satu ide, dan ... 8. orang tolol yang patut dikasihani. Delapan jenis ini adalah perusak perdebatan tingkat tinggi. "Ada delapan penyebab, Nagasena, yang menyebabkan berkembangnya dan matangnya kebijaksanaan: l. berlalunya waktu, 2. bertumbuhnya reputasi, 3. seringnya bertanya, 4. bergaul dengan pembimbing spiritual, 5. penalaran dalam diri sendiri, 6. diskusi, 7. bergaul dengan orang-orang yang luhur budi, dan ... 8. berdiam di tempat yang sesuai. Tidak ada keberatan tentang tempat di sini ini, jadi kita dapat berdikusi, dan aku adalah murid teladan; aku bisa memegang rahasia dan pandangan terangku matang. "Inilah, Nagasena, dua puluh lima tugas seorang guru terhadap muridnya yang baik: 1. Guru harus selalu melindungi muridnya; 2. memberitahukan apa yang harus dikembangkan, dan ... 3. memberitahukan apa yang harus dihindari; 4. memberitahukan apa yang harus ditekuni, dan ... 5. memberitahukan apa yang harus diabaikan 6. Guru harus mengajar pentingnya tidur; 7. mengajar agar muridnya menjaga kesehatannya; 8. mengajar tentang makanan apa yang harus dimakan atau dihindari; 9. mengajar agar tidak makan berlebihan; dan ... 10. membagi apa yang diperoleh dalam mangkuknya 11. Guru harus membesarkan hati muridnya yang lemah semangat; dan ... 12. menasehatinya tentang teman yang cocok, serta ... 13. desa dan vihara mana yang patut dikunjungi. 14. Guru tidak boleh terseret dalam canda atau percakapan tolol yang tak keruan dengan muridnya. 15. Bila guru melihat kelemahan muridnya, ia harus sabar terhadapnya. 16. Guru harus rajin; 17. harus hidup sesuai dengan sila; 18. harus patut dihormati; dan ... 19. harus berhati lapang. 20. Guru harus memperlakukan muridnya bagai anak kandungnya; 21. berjuang untuk membuatnya maju; 22. menguatkannya dalam pengetahuan; 23. mencintainya dan tidak pernah meninggalkannya saat dibutuhkan; 24. tidak pernah melalaikan tugas apapun, dan ... 25. membawa muridnya kembali ke jalan yang benar bila ia khilaf." |
1. Ia harus berbagi suka dan duka Sangha, 2. memegang Dhamma sebagai pembimbingnya, 3. bersukacita dalam memberi sejauh ia mampu, dan 4. harus berjuang untuk mengembangkan agamanya jika mulai pudar. 5. Ia memiliki pandangan benar, dan ... 6. setelah terbebas dari kesenangan akan ritual (A.iii. 206), ia tidak mengejar guru yang lain sekalipun demi kehidupannya. 7. Ia terus mengamati pikiran, perkataan dan perbuatannya, 8. ia bersukacita dalam keselarasan, dan .. 9. tidak bias. 10.Dan karena tidak munafik, ia berlindung pada Buddha, Dhamma, dan Sangha. Semua sifat ini ada dalam diri Baginda, dan karenanya pantas dan sesuailah jika Baginda menginginkan agama tumbuh makmur. Setelah melihat kemunduran agama Sang Penakluk ini, Baginda menginginkannya untuk tumbuh subur. Saya ijinkan Baginda bertanya apapun yang Baginda inginkan." 1. Tentang Penghormatan pada Sang Buddha
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
A
Page to Rest -
Breathing Space |
Complete list of articles on this site |
Free Downloads |