PERDEBATAN RAJA MILINDA
Milinda Panha 1
Milinda Panha 2
Milinda Panha 3
Milinda Panha 4
Milinda Panha 5
Milinda Panha 6
Milinda Panha 7
Milinda Panha 8
Milinda Panha 9
 
Milinda Panha 10
 
Food For Thought
The Key of Immediate Enlightenment
Sun Tzu The Art Of War
Encouraging Quotes And Excerpts
Encouraging Stories
Jokes
 A Page to Rest - 
Breathing Space
TABLE OF CONTENTS
Complete list of articles on
this site
 Free Downloads
     

8. "Setelah perbuatan dilakukan oleh satu proses batin dan 
badan, di mana 
perbuatan itu berada?" 
"Perbuatan tersebut mengikutinya, O Baginda, seperti bayangan 
yang tidak 
pernah pergi. Namun orang tidak dapat menunjukkannya dan 
mengatakan, 
'Perbuatan itu di sini atau di sana', sama seperti buah dari 
sebatang pohon 
tidak akan dapat ditunjukkan sebelum buah itu muncul." 

9. "Apakah orang yang akan dilahirkan kembali tahu tentang hal 
ini?" 
"Ya, ia tahu, sama seperti seorang petani yang menanam benih di 
tanah, 
setelah melihat bahwa hujan cukup banyak, tahu bahwa panen akan 
tiba." 

10. "Apakah ada orang seperti Sang Buddha?" 
"Ya." 
"Apakah ia dapat ditunjukkan berada di sini atau di sana?" 
"Sang Buddha telah meninggal dunia dan tidak ada yang tersisa 
untuk membentuk individu lain. Beliau tidak dapat ditunjukkan 
berada di sini 
atau di sana, sama seperti nyala api yang telah padam tidak 
dapat dikatakan 
berada di sini atau di sana. Tetapi sejarah keberadaannya dapat 
dikenali 
dari ajaran yang telah dibabarkan olehnya." 
BAGIAN ENAM 
KEMELEKATAN 

1. "Apakah tubuh ini, Nagasena, berharga bagi para pertapa?" 
"Tidak, raja nan agung." 
"Kalau begitu, mengapa para pertapa merawat dan memberi 
perhatian pada tubuh?" 
"Kami merawat dan menjaga tubuh ini sama seperti kalau kita 
merawat luka. 
Bukan karena luka itu berharga bagi kita, tetapi hanya supaya 
daging baru 
dapat tumbuh kembali. Karena hal ini telah disabdakan oleh Sang 
Buddha: 
     "Tubuh ini berbau busuk 
     Seperti tinja, seperti tempat kakus; 
     Tubuh yang oleh para bijaksana 
     Dikutuk ini, adalah sumber kesukaan bagi tolol. 
      Sebuah tumor dimana 9 lubang berdiam 
      Terbungkus dalam mantel kulit yang berkeringat 
      Dan meneteskan kotoran pada tiap sisinya, 
      Mencemari udara dengan bau busuk kemana-mana. 
      Seandainya saja secara kebetulan harus terjadi 
      Apa yang tersimpan di dalam jadi keluar, 
      Tentu orang akan membutuhkan cambuk 
      Untuk mengalahkan dan mengusir anjing dan gagak." 
(Visudhimagga 196) 

2. "Jika Sang Buddha itu Maha Tahu mengapa Beliau menetapkan 
peraturan 
Sangha baru setelah terjadi sesuatu peristiwa?" 
"Beliau baru menetapkan peraturan ketika dibutuhkan, sama 
seperti seorang 
dokter baru menuliskan resep bagi pasiennya ketika dibutuhkan, 
walaupun ia 
telah mengetahui semua obat sebelum suatu penyakit menyerang." 

3. "Jika Sang Buddha dimuliakan dengan 32 tanda manusia yang 
luar biasa, 
mengapa orangtuanya tidak memilikinya juga?" 
"Sama halnya seperti bunga teratai yang terlahir di lumpur dan 
menjadi 
sempurna di air tidak menyerupai lumpur dan air, demikian juga 
Sang Buddha 
tidak sama dengan orangtuanya." 

4. "Apakah Sang Buddha seorang Brahmacari, seorang yang tidak 
kawin?" 
"Ya." 
"Kalau begitu ia pengikut Brahma!" 
"Meskipun suara gajah sama seperti suara bangau, gajah bukanlah 
pengikut 
bangau. Katakan pada saya, raja nan agung, apakah Brahma itu 
mempunyai 
kecerdasan (buddhi)?" 
"Ya." 
"Kalau begitu pastilah ia pengikut Sang Buddha!" 

5. "Apakah penabhisan bhikkhu itu sesuatu yang baik?" 
"Ya." 
"Tetapi apakah Sang Buddha menjalaninya, atau tidak?" 
"Raja nan agung, ketika Sang Buddha mencapai Penerangan 
Sempurna di kaki 
pohon Bodhi, itulah penahbisan Beliau. Tidak ada penganugerahan 
pentahbisan 
bagi Beliau dari orang lain seperti yang Beliau berikan kepada 
murid-muridnya." 

6. "Bagi siapakah airmata itu merupakan kesembuhan: bagi orang 
yang menangis 
karena kematian ibunya, atau bagi orang yang menangis karena 
cintanya pada 
kebenaran?" 
"Airmata yang pertama, O Baginda, ternoda dan panas oleh 
kemelekatan, tetapi airmata yang kedua itu tak ternoda serta 
sejuk. Terdapat 
penyembuhan dalam kesejukan dan ketenangan, tetapi dalam panas 
dan nafsu 
tidak akan mungkin ada penyembuhan." 

7. "Apakah perbedaan antara orang yang dipenuhi kemelekatan 
dengan orang 
yang telah terbebas dari kemelekatan?" 
"Yang pertama diperbudak, O Baginda, sedangkan yang kedua 
tidak." 
"Apa artinya?" 
"Yang pertama dipenuhi keinginan, sedang yang kedua tidak." 
"Tetapi kedua-duanya menyukai makanan yang enak, dan 
kedua-duanya tidak suka 
makanan yang tidak enak," 
"Orang yang melekat, O Baginda, memakan makanannya dengan 
merasakan baik 
citarasanya maupun kemelekatan pada citarasa itu, tetapi orang 
yang tidak 
melekat merasakan hanya citarasa makanan itu dan tidak 
merasakan kemelekatan 
yang timbul dari citarasa makanan tersebut." 

8. "Di manakah kebijaksanaan bertempat tinggal?" 
"Tidak di manapun, O Baginda raja." 
"Kalau begitu kebijaksanaan itu tidak ada." 
"Di manakah angin bertempat tinggal?" 
"Tidak di manapun." 
"Kalau begitu angin itu tidak ada!" 
"Engkau sangat cerdik dalam menjawab, Nagasena." 

9. "Apa yang dimaksud dengan lingkaran kelahiran kembali 
(samsara)?" 
"Siapapun yang dilahirkan di sini, mati disini dan dilahirkan 
di tempat 
lain. Setelah dilahirkan di sana, mereka mati dan dilahirkan di 
tempat lain." 

10. "Dengan apakah kita mengingat perbuatan yang telah 
dilakukan di masa 
yang lalu?" 
"Dengan ingatan (sati)." 
"Apakah bukan dengan pikiran (citta) kita mengingat kembali?" 
"Apakah Baginda raja, ingat sesuatu urusan yang pernah Baginda 
lakukan 
tetapi kemudian terlupakan?" 
"Ya." 
"Apakah waktu itu Baginda tanpa pikiran?" 
"Tidak. Tetapi ingatan saya yang tak mampu." 
"Kalau begitu mengapa Baginda katakan bahwa dengan pikiran kita 
mengingat 
kembali?" 

11. "Apakah ingatan selalu timbul dengan sendirinya, atau 
dipengaruhi oleh 
saran dari luar?" 
"Kedua-duanya, O Baginda raja." 
"Tetapi apakah bukan berarti bahwa pada dasarnya semua ingatan 
itu bersifat 
subyektif?" 
"Jika, O Baginda, tidak ada bagian ingatan yang ditanamkan maka 
orang tidak 
perlu  berlatih atau bersekolah, dan guru tidak akan ada 
gunanya. Tetapi 
keadaan sebaliknyalah yang terjadi." 

BAGIAN TUJUH 
INGATAN 

1. "Dalam berapa cara, Nagasena, ingatan muncul?" 
"17 cara, O Baginda. Yaitu: 
1. karena pengalaman pribadi; seperti misalnya ketika Yang 
Ariya Ananda 
dapat mengingat kembali kehidupannya 
yang lalu (tanpa perkembangan khusus); 
2. karena bantuan dari luar, seperti misalnya ketika orang 
mengingatkan 
temannya yang pelupa; 
3. karena keagungan suatu peristiwa, seperti misalnya ketika 
seorang raja 
mengingat pentahbisannya atau seseorang mencapai tingkat 
sotapana; 
4. karena kesan yang membawa manfaat, seperti misalnya ketika 
seseorang 
mengingat hal-hal yang menyenangkan hatinya; 
5. karena kesan yang merugikan, seperti misalnya ketika orang 
mengingat 
hal-hal yang menyakitkan; 
6. karena kemiripan penampilan, seperti misalnya ketika 
seseorang mengingat ayahnya, ibunya, atau saudaranya setelah 
melihat orang 
yang mirip mereka; 
7. karena ketidakmiripan, seperti misalnya ketika orang 
mengingat seseorang 
setelah melihat orang yang sama sekali 
berbeda dengan orang itu; 
8. lewat bantuan perkataan, seperti misalnya ketika seseorang 
diingatkan 
temannya; 
9. lewat tanda, seperti misalnya ketika seseorang mengenali 
kereta waktu 
melihat merknya; 
10. lewat usaha untuk mengingat, seperti misalnya ketika 
seseorang terus 
menerus disemangati; 
11. lewat pengetahuan mengeja, seperti misalnya ketika 
seseorang yang melek huruf ingat bahwa huruf ini mengikuti 
huruf itu; 
12. lewat ilmu hitung, seperti misalnya ketika seorang akuntan 
bekerja 
dengan pengetahuannya tentang angka; 
13. lewat hafalan, seperti misalnya ketika seorang penyair yang 
mengulang 
sajak diluar kepala lewat meditasi, seperti ketika seorang 
bhikkhu mengingat 
kehidupannya yang lalu; 
15. lewat referensi buku, seperti ketika seorang raja mengingat 
kembali 
peraturan yang telah dibuat sebelumnya dengan referensi sebuah 
buku; 
16. lewat sumpah, seperti ketika seseorang mengingat, dengan 
melihat barang-barang yang menumpuk dan keadaan barang-barang 
tersebut 
berada di bawah sumpah; atau ... 
17. lewat hubungan, seperti ketika seseorang melihat atau 
mendengar sesuatu 
ia teringat akan hal lain yang berhubungan dengannya." 

2. "Engkau katakan bahwa seseorang yang telah menjalani 
kehidupan jahat 
selama 100 tahun, hanya dengan memikirkan Sang Buddha pada saat 
kematiannya 
dilahirkan di alam dewa; dan bahwa seseorang yang baik, hanya 
karena satu 
tindakan jahat, dapat dilahirkan di neraka. Dua hal ini saya 
tidak percaya." 
"Bagaimana pendapat Baginda, dapatkah batu kerikil kecil 
terapung di air 
tanpa perahu?" 
"Tidak" 
"Tetapi bahkan batu sekereta penuh dapat terapung bila di dalam 
perahu. 
Demikian juga Baginda harus memikirkan perbuatan baik bagaikan 
perahu." 

3. "Apakah kalian, para bhikkhu, berjuang untuk menghilangkan 
penderitaan masa lalu, masa kini dan masa mendatang?" 
"Tidak, kami berjuang agar penderitaan ini berakhir dan tidak 
ada 
penderitaan lain yang muncul." 
"Tetapi, Nagasena, apakah pada masa sekarang ini terdapat 
penderitaan di masa mendatang itu?" 
"Tidak." 
"Kalau begitu, para bhikkhu luar biasa pandai mampu berjuang 
untuk 
menghilangkannya!" 
"Apakah musuh Baginda pernah bangkit untuk menentangmu, O 
Baginda?" 
"Ya." 
"Apakah hanya ketika mereka bangkit saja maka Baginda 
bersiap-siap untuk 
berperang?" 
"Tidak, sama sekali. Semua telah dilakukan sebelumnya untuk 
menangkal bahaya yang akan terjadi di masa mendatang." 
"Tetapi, O Baginda, apakah pada masa sekarang ini terdapat 
bahaya di masa 
mendatang itu?" 
"Tidak, Yang Mulia" 
"Kalau begitu, Baginda luar biasa pandai mampu berjuang untuk 
menghilangkannya!" 
"Jawaban yang baik, Nagasena. Engkau pandai menjawab." 

4. "Seberapa jauhkah alam Brahma itu?" 
"Sangat jauh, O Baginda; dari alam Brahma sebongkah batu besar 
membutuhkan 
waktu 4 bulan unmk mencapai tanah meskipun batu itu jatuh 
48.000 league tiap 
hari." 
"Tetapi bagaimanakah seorang bhikkhu dapat begitu cepat pergi 
ke sana dengan 
kekuatan kesaktiannya?" 
"Dimanakah Baginda dilahirkan?" 
"Ada sebuah pulau bernama Alasanda; saya dilahirkan di sana." 
"Berapa jauhnya dari sini?" 
"Sekitar 200 league." 
"Dapatkah Baginda mengingat apapun yang Baginda lakukan di 
sana?" 
"Ya." 
"Begitu cepatnya Baginda menempuh 200 league. Sama seperti 
itulah  seorang 
bhikkhu dapat mencapai alam Brahma dengan kekuatan 
kesaktiannya." 

5. "Jika seseorang meninggal dunia dan kemudian terlahir di 
alam Brahma, 
serta pada saat yang sama seseorang lain yang meninggal dunia 
dan kemudian 
terlahir di Kashmir, siapakah yang akan sampai terlebih 
dahulu?"           " 
"Berapa jauhkan kota kelahiran Baginda dari sini?" 
"200 league." 
"Dan berapa jauhkah Kashmir?" 
"12 league." 
"Manakah di antaranya yang lebih cepat Baginda ingat?" 
"Keduanya sama, Yang Mulia." 
"Demikian juga, O Baginda, orang-orang yang meninggal pada saat 
yang sama 
itu akan terlahir pada saat yang sama pula." 

6. "Ada berapakah faktor Penerangan Sempurna itu?" 
"Tujuh, O Baginda." 
"Dengan berapa banyak faktorkah seseorang mencapai kesadaran 
akan kebenaran?" 
"Satu, yaitu penyelidikan kebenaran, karena tidak ada apapun 
yang dimengerti 
tanpa adanya itu." 
"Kalau demikian mengapa dikatakan ada tujuh?' 
"Dapatkah pedang Baginda yang ada didalam sarungnya memotong 
apapun jika 
tidak digenggam tangan?" 
"Tidak, Yang Mulia." 
"Demikian jugalah, O Baginda, tanpa ada faktor-faktor 
Penerangan lainnya, 
penyelidikan kebenaran tidak mencapai kesadaran akan 
kebenaran." 

7. "Manakah yang lebih hebat, perbuatan baik ataukah perbuatan 
tercela?" 
"Perbuatan baik, O Baginda. Orang yang berbuat salah kemudian 
merasa 
menyesal dan menyadari kesalahannya, dengan begitu perbuatan 
tercelanya 
tidak akan bertambah. Tetapi orang yang melakukan perbuatan 
baik tidak 
merasakan penyesalan; dan timbullah kebahagiaan serta sukacita. 
Maka karena 
gembira itu ia akan merasa tenang, karena tenang ia akan merasa 
puas, karena puas lalu pikirannya mudah terkonsentrasi, karena 
terkonsentrasi ia dapat melihat segala sesuatunya sebagaimana 
adanya. 
Dengan demikian kebaikannya akan bertambah. Jadi perbuatan baik 
selalu lebih 
hebat. Perbuatan tercela secara relatif tidak bermakna." 

8. "Mana yang lebih jelek, perbuatan tercela yang disadari atau 
yang tidak 
disadari?" 
"Perbuatan tercela yang tidak disadari, Baginda." 
"Kalau begitu kita harus menghukum dua kali lebih berat 
orang-orang yang 
melakukan perbuatan tercela tanpa menyadarinya." 
"Bagaimana menurut Baginda, apakah seseorang akan terbakar 
lebih parah jika 
ia menggenggam besi yang merah membara tanpa mengetahui bahwa 
itu panas, 
dibandingkan dengan orang yang mengetahuinya?" 
"Ia akan terbakar lebih parah jika tidak tahu bahwa besi itu 
panas." 
"Demikian juga, O Baginda, sama seperti orang yang melakukan 
perbuatan tercela tanpa menyadarinya." 

9. "Apakah ada orang yang secara fisik dapat pergi ke alam 
Brahma?" 
"Ya, Baginda, ada. Semudah kita melompati jarak yang pendek 
dengan tekad di 
pikiran kita: 'Saya akan mendarat di sana', demikian juga 
seseorang yang 
telah mengembangkan jhana dapat pergi ke alam Brahma." 

10. "Apakah ada tulang yang panjangnya 100 league?" 
"Ya. Ada ikan di samudera yang panjangnya 500 league (kira-kira 
3500 mil!) 
yang mempunyai tulang semacam itu." 

11. "Apakah mungkin untuk menekan pernafasan?" 
"Ya. Sama mungkinnya seperti menghentikan dengkur orang yang 
pikirannya belum berkembang dengan cara menekuk tubuhnya, 
demikian pula 
mungkin saja bagi orang yang pikirannya sudah berkembang dengan 
baik untuk 
menekan pernafasannya." 

12. "Mengapa samudera dinamakan demikian?" 
"Karena ia adalah campuran yang merata dari air dan garam." 
('sama'=rata, 
'uddha'=air, 'samudda'=samudera). 

13. "Mengapa seluruh samudera itu hanya mempunyai satu rasa?" 
"Karena samudera telah ada sejak amat sangat lama." 

14. "Apakah mungkin untuk menggolong-golongkan hal yang sudah
sangat halus?" 
"Ya, O Baginda raja. Kebijaksanaan mampu menggolongkan semua 
hal yang halus." 
"Apa yang dimaksud dengan semua yang halus?" 
"Dhamma adalah semua yang halus. Tetapi tidak semua dhamma itu 
halus, 
beberapa di antaranya kasar. Halus dan kasar itu hanyalah 
konsep. 
Apapun yang  masih dapat dibagi pasti dapat digolongkan oleh 
kebijaksanaan. Tidak ada yang dapat menggolongkan 
kebijaksanaan." 

15. "Ketiga hal ini, Nagasena, yaitu kesadaran (vinnana), 
kebijaksanaan 
(panna)  dan jiwa (bhutasmim jivo), apakah berbeda pada intinya 
atau hanya 
berbeda sebutannya?" 
"Mengetahui, O Baginda, adalah tanda kesadaran, sedangkan 
membeda-bedakan adalah tanda kebijaksanaan. Jiwa tidak dapat 
ditemukan." 

16. Bhikkhu Nagasena berkata, "Sesuatu yang sulit telah 
dilakukan oleh Sang 
Buddha; membedakan semua kondisi mental yang bergantung pada 
organ indera, 
menunjukkan bahwa seperti ini dan itu adalah kontak, seperti 
ini adalah 
perasaan, seperti ini adalah pencerapan, seperti ini adalah 
niat 
dan seperti ini adalah pikiran (citta)." 
"Berilah saya ilustrasi." 
"Jika seseorang meraup air dari laut dan setelah mencicipinya 
dapat 
mengatakan,  'Air ini dari Sungai Gangga, yang ini dari Jumna, 
yang ini dari 
Gandak, ini dari Sarabhu, dan ini dari Mahi.' Lebih sulit 
daripada hal itu 
adalah membedakan semua keadaan mental yang menemani setiap 
indera." 

17. Karena telah tengah malam raja memberi persembahan kepada 
Nagasena dan 
kemudian sang raja berkata "Seperti seekor singa di kandang 
emas yang hanya 
merindukan kebebasan, demikian pula aku merindukan kehidupan 
sebagai 
bhikkhu. Tetapi aku tidak akan hidup lama, karena begitu banyak 
musuhku." 
Kemudian Nagasena, setelah menjawab pertanyaan-pertanyaan yang 
diajukan oleh 
Raja Milinda, berdiri dari tempat duduknya dan kembali menuju 
pertapaannya. 
Tidak lama setelah Nagasena pergi, Raja Milinda merenungkan 
kembali 
pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawaban itu dan menyimpulkan, 
"Semuanya 
telah aku tanyakan dengan benar dan semuanya telah dijawab 
dengan baik oleh 
Nagasena." 
Dan di pertapaannya, Nagasena pun merenung dan menyimpulkan hal 
yang sama. 
BAGIAN DELAPAN 
PENYELESAIAN DILEMA 
Setelah merenungkan semalaman mengenai diskusinya dengan 
Nagasena, sang raja 
bersumpah pada dirinya sendiri: "Selama 7 hari mendatang ini 
aku tidak akan 
memutuskan masalah hukum apapun, aku tidak akan menyimpan 
pikiran yang 
bernafsu, pikiran yang berisi kebencian atau pandangan keliru. 
Terhadap 
semua pelayan dan pegawai aku akan rendah hati. Aku akan 
memperhatikan 
setiap tindak tanduk tubuh dan enam inderaku. Aku akan mengisi 
pikiranku 
dengan cinta kasih bagi semua makhluk." 
Kemudian raja Milinda berbicara kepada Nagasena seorang diri. 
Raja 
mengatakan, "Ada delapan tempat yang harus dihindari oleh orang
yang ingin 
berdiskusi secara mendalam: 
1. tanah yang tidak rata di mana masalah yang didiskusikan 
menjadi 
tercerai-berai, bertele-tele, menjadi kabur dan tidak ada 
hasilnya; 
2. tempat yang tidak aman di mana pikiran menjadi terganggu 
oleh rasa takut 
sehingga tidak dapat mencerap maksudnya dengan jelas; 
3. tempat yang berangin di mana suara menjadi tidak jelas; 
4. tempat terpencil di mana mungkin ada orang yang mencuri 
dengar; 
5. tempat yang sakral di mana pokok pembicaraan mungkin menjadi 
terbelok ke 
situasi sekitarnya yang khidmat; 
6. jalanan di mana pembicaraan mungkin menjadi dangkal; 
7. jembatan di mana pembicaraan mungkin menjadi tidak stabil 
dan bergoyang; 
dan ... 
8. tempat mandi umum di mana pembicaraan akan menjadi omongan 
sehari-hari. 
"Juga ada delapan jenis orang, Nagasena, yang cenderung merusak 
suatu diskusi: 
1. orang yang penuh nafsu, 
2. orang yang pemarah, 
3. orang yang tertutup pandangan salah, 
4. orang yang sombong, 
5. orang yang iri hati, 
6. orang yang malas, 
7. orang yang fanatik, hanya punya satu ide, dan ... 
8. orang tolol yang patut dikasihani. 
Delapan jenis ini adalah perusak perdebatan tingkat tinggi. 
"Ada delapan penyebab, Nagasena, yang menyebabkan berkembangnya 
dan 
matangnya kebijaksanaan: 
l. berlalunya waktu, 
2. bertumbuhnya reputasi, 
3. seringnya bertanya, 
4. bergaul dengan pembimbing spiritual, 
5. penalaran dalam diri sendiri, 
6. diskusi, 
7. bergaul dengan orang-orang yang luhur budi, dan ... 
8. berdiam di tempat yang sesuai. 
Tidak ada keberatan tentang tempat di sini ini, jadi kita dapat 
berdikusi, 
dan aku adalah murid teladan; aku bisa memegang rahasia dan 
pandangan 
terangku matang. 
"Inilah, Nagasena, dua puluh lima tugas seorang guru terhadap 
muridnya yang baik: 
1. Guru harus selalu melindungi muridnya; 
2. memberitahukan apa yang harus dikembangkan, dan ... 
3. memberitahukan apa yang harus dihindari; 
4. memberitahukan apa yang harus ditekuni, dan ... 
5. memberitahukan apa yang harus diabaikan 
6. Guru harus mengajar pentingnya tidur; 
7. mengajar agar muridnya menjaga kesehatannya; 
8. mengajar tentang makanan apa yang harus dimakan atau 
dihindari; 
9. mengajar agar tidak makan berlebihan; dan ... 
10. membagi apa yang diperoleh dalam mangkuknya 
11. Guru harus membesarkan hati muridnya yang lemah semangat; 
dan ... 
12. menasehatinya tentang teman yang cocok, serta ... 
13. desa dan vihara mana yang patut dikunjungi. 
14. Guru tidak boleh terseret dalam canda atau percakapan tolol 
yang tak 
keruan dengan muridnya. 
15. Bila guru melihat kelemahan muridnya, ia harus sabar 
terhadapnya. 
16. Guru harus rajin; 
17. harus hidup sesuai dengan sila; 
18. harus patut dihormati; dan ... 
19. harus berhati lapang. 
20. Guru harus memperlakukan muridnya bagai anak kandungnya; 
21. berjuang untuk membuatnya maju; 
22. menguatkannya dalam pengetahuan; 
23. mencintainya dan tidak pernah meninggalkannya saat 
dibutuhkan; 
24. tidak pernah melalaikan tugas apapun, dan ... 
25. membawa muridnya kembali ke jalan yang benar bila ia 
khilaf." 
"O, Baginda raja, untuk murid awam, ada sepuluh sifat ini: 
1. Ia harus berbagi suka dan duka Sangha, 
2. memegang Dhamma sebagai pembimbingnya, 
3. bersukacita dalam memberi sejauh ia mampu, dan 
4. harus berjuang untuk mengembangkan agamanya jika mulai 
pudar. 
5. Ia memiliki pandangan benar, dan ... 
6. setelah terbebas dari kesenangan akan ritual (A.iii. 206), 
ia tidak 
mengejar guru  yang lain sekalipun demi kehidupannya. 
7. Ia terus mengamati pikiran, perkataan dan perbuatannya, 
8. ia bersukacita dalam keselarasan, dan .. 
9. tidak bias. 
10.Dan karena tidak munafik, ia berlindung pada Buddha, Dhamma, 
dan Sangha. 
Semua sifat ini ada dalam diri Baginda, dan karenanya pantas 
dan sesuailah 
jika Baginda menginginkan agama tumbuh makmur. Setelah melihat 
kemunduran 
agama Sang Penakluk ini, Baginda menginginkannya untuk tumbuh 
subur. Saya 
ijinkan Baginda bertanya apapun yang Baginda inginkan." 

1. Tentang Penghormatan pada Sang Buddha 
"Yang Ariya Nagasena, para pemimpin sekte lain berkata, 'Jika 
Sang Buddha 
setuju akan penghormatan dan persembahan, itu berarti Beliau 
tidak 
sepenuhnya terbebas dari dunia. Oleh karenanya, semua pelayanan 
yang 
diberikan kepada Beliau menjadi kosong dan tidak ada artinya.' 
Uraikanlah kekusutan pandangan yang salah ini, pecahkanlah 
dilema ini dan 
berilah pandangan terang bagi putra-putra Sang Buddha yang akan 
datang agar 
dapat membuktikan bahwa lawannya itu berpandangan salah." 
"Sang Buddha, O Baginda, telah terbebas sepenuhnya dan tidak 
mempunyai kemelekatan, baik pada persembahan maupun pada 
penghormatan yang 
diberikan kepada Beliau." 
"Nagasena, seorang anak boleh memuji ayahnya, atau ayahnya 
boleh memuji 
anaknya. Tetapi itu bukan dasar yang cukup kuat untuk 
membungkam orang-orang 
yang mengkritiknya." 
"Sang Buddha sekarang telah mangkat dan tidak dapat dikatakan 
telah menerima 
penghormatan dan persembahan yang diberikan kepada Beliau. Akan 
tetapi 
perbuatan baik yang telah dilakukan di dalam nama Sang Buddha 
tetap berharga 
dan membuahkan hasil yang besar. Bagaikan angin topan yang 
dahsyat dan kuat 
bertiup, begitu juga Sang Buddha telah menyapu dunia dengan 
cinta kasihnya 
yang begitu melegakan, begitu lembut dan begitu murni. Bagaikan 
orang yang 
tersiksa oleh panas dibuai oleh angin yang sejuk, demikian pula 
makhluk yang 
tersiksa oleh panasnya nafsu keinginan, kebencian, dan 
kebodohan batin telah 
ditentramkan oleh ajaran 
Sang Buddha yang mulia. O, Baginda raja yang mulia, meskipun 
Sang Buddha 
telah parinibbana, Beliau telah meninggalkan ajarannya, 
muridnya, dan 
reliknya yang berharga, yang nilainya berasal dari kebajikan 
luhur, 
konsentrasi, kebijaksanaan, dan kebebasan beliau. Makhluk yang 
masih terkena 
penderitaan karena dumadi-pun dapat memperoleh manfaat dari 
hal-hal ini, 
seperti halnya orang yang mempunyai 
kipas masih dapat menikmati angin sepoi meskipun angin tak lagi 
bertiup. 
Dan hal ini telah dilihat sebelumnya oleh Sang Buddha ketika 
beliau 
bersabda, 'Mungkin Ananda, beberapa dari kalian akan berpikir, 
"Ajaran dari 
sang guru telah berakhir; kita tidak lagi mempunyai guru", 
tetapi kamu tidak 
boleh menganggap demikian. Dhamma yang telah dibabarkan olehKu 
dan 
aturan-aturan yang telah Kugariskan, biarlah mereka menjadi 
gurumu setelah Aku pergi.' (D. ii. 154) 
"Dan dengarlah alasan lainnya, O Baginda raja. Apakah Baginda 
pernah 
mendengar tentang seorang raksasa bernama Nandaka yang berani 
memukul Bhante 
Sariputta, lalu tertelan bumi?" 
"Ya, Yang Mulia, itu telah menjadi pengetahuan umum." 
"Tetapi apakah Bhante Sariputta yang menyebabkannya?" 
"Bhante Sariputta tidak akan pernah menyetujui penderitaan 
apapun dikenakan 
pada semua makhluk hidup, karena beliau tidak lagi mempunyai 
kebencian di 
hatinya." 
"Tetapi jika Sariputta tidak menyetujuinya, mengapa Nandaka 
ditelan bumi?" 
"Itu karena kekuatan perbuatan jahatnya." 
"Berapa banyak, O Baginda, orang yang ditelan bumi?" 
"Ada lima, Yang Mulia. Cinca si wanita Brahmin (Dh.A. iii. 178; 
Comp. Dhp.v. 
176), Suppabuddha orang Sakya (Dh.A. iii. 44 f; Comp. Dhp. v. 
128), 
Devadatta (Dh.A.147 f; Comp. Dhp. v. 17), Nandaka sang raksasa 
(Vism.380), 
dan Nanda si Brahmana (Dh.A. ii. 49, Comp. Dhp. 69). Mereka itu 
semua 
ditelan bumi." 
"Dan, kepada siapakah, O raja, mereka telah berbuat salah?" 
"Sang Buddha atau murid-murid Beliau." 
"Oleh karena itu, O Baginda, suatu tindakan yang ditujukan 
kepada Sang 
Tathagata, meskipun Beliau telah meninggal dunia, tetap ada 
nilainya dan 
menghasilkan buah." 
"Dengan baik pertanyaan yang dalam ini telah dijawab olehmu, 
Nagasena. Bhante telah mengungkapkan apa yang tadinya 
tersembunyi. Bhante 
telah menguraikan kekusutannya, menjernihkan yang pekat, 
meluruskan 
pandangan yang salah. Oleh Bhante orang-orang yang picik telah 
terselimuti 
dalam kegelapan. Bhante memang pemimpin terbesar dari segenap 
pemimpin 
aliran." 


Milinda Panha 1
Milinda Panha 2
Milinda Panha 3
Milinda Panha 4
Milinda Panha 5
Milinda Panha 6
Milinda Panha 7
Milinda Panha 8
Milinda Panha 9
 
Milinda Panha 10
 
Food For Thought
The Key of Immediate Enlightenment
Sun Tzu The Art Of War
Encouraging Quotes And Excerpts
Encouraging Stories
Jokes
 A Page to Rest - 
Breathing Space
TABLE OF CONTENTS
Complete list of articles on
this site
 Free Downloads