|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
A
Page to Rest -
Breathing Space |
Complete list of articles on this site |
Free Downloads |
"Bhante Nagasena, apakah semua makhluk hidup mati ketika jangka waktu hidup mereka telah berakhir, atau apakah beberapa di antaranya mati prematur?" "Keduanya, O Baginda raja. Seperti halnya buah di pohon yang terkadang jatuh ketika telah masak dan terkadang sebelum masak karena pengaruh angin, serangga atau tongkat. Demikian juga ada makhluk mati ketika jangka waktu hidup mereka telah tiba, tetapi ada juga yang mati secara prematur." "Tetapi Bhante Nagasena, semua yang mati prematur tersebut, baik yang mati tua atau muda, telah mencapai akhir dari jangka waktu hidup yang telah ditentukan sebelunmya. Jadi tidak ada sesuatu yang dinamakan mati prematur." "O raja, ada tujuh macam kematian prematur bagi mereka yang mati secara prematur, walaupun mereka itu sebenarnya masih mempunyai jangka waktu hidup: 1. karena kelaparan, 2. kehausan, 3. gigitan ular, 4. racun, 5. api, 6. tenggelam, 7. senjata. Dan kematian datang melalui delapan cara: 1. melalui angin, 2. empedu, 3. lendir, 4. campuran cairan tubuh, 5. pembahan temperatur, 6. tekanan keadaan lingkungan, 7. pengaruh luar, dan 8. kamma. (Lihat pula Bab 8 No. 8) Dan dari semua tadi, hanya yang melalui kamma saja yang dapat disebut akhir dari jangka waktu hidup. Yang lain semuanya prematur." "Yang Mulia Nagasena, Bhante mengatakan ada kematian prematur. Berikanlah alasan lain untuk itu." "Api besar, O raja, yang kehabisan tenaga dan mati ketika bahan bakarnya telah habis, bukan sebelumnya karena berbagai penyebab lain, dikatakan api itu telah mati sesuai dengan waktunya. Demikian juga dengan seseorang yang mati dalam usia tua tanpa ada kecelakaan apapun dikatakan telah mencapai akhir jangka waktu hidupnya. Tetapi dalam kasus api yang dipadamkan oleh curahan hujan, tidak dapat dikatakan bahwa api itu telah mati sesuai dengan waktunya. Demikian juga, siapa pun yang mati sebelum waktunya karena penyebab selain kamma dikatakan mati prematur." |
"Apakah ada mukjijat pada altar (cetiya) semua Arahat atau hanya pada cetiya beberapa Arahat saja?" "Hanya pada beberapa. Dengan tekad kemauan keras dari tiga macam individu maka akan ada keajaiban: 1. oleh seorang Arahat ketika ia masih hidup, 2. oleh para dewa, atau 3. oleh seorang murid bijaksana yang mempunyai keyakinan. Jika tidak ada tekad kemauan keras maka tidak akan ada keajaiban sekali pun di altar para Arahat yang mempunyai kekuatan kesaktian. Tetapi meskipun tidak ada keajaiban, orang harus mempunyai keyakinan terhadap mereka setelah mengetahui kelakuan mereka yang murni dan tanpa cela." 78. Dapatkah semua mengerti Dhamma?. "Apakah semua yang berlatih dengan benar mencapai pandangan terang dalam Dhamma, atau adakah beberapa yang tidak mencapainya?" "Tidak akan ada pencapaian pandangan terang bagi mereka yang, meskipun telah berlatih dengan benar, merupakan binatang, setan kelaparan, para penganut pandangan salah, penipu, pembunuh ibu, pembunuh ayah, pembunuh Arahat, pemecah belah Sangha, yang menyebabkan berdarahnya seorang Tathagata, yang mencuri jubah dan menyamar sebagai bhikkhu (Vin. i. 86 - mengenakan jubah sendiri dan berpura-pura menjadi seorang bhikkhu), yang berpindah ke sekte lain, yang bertindak kejam kepada anagarini/bhikkhuni, menyembunyikan pelanggaran yang menyebabkan perlunya pertemuan Sangha, orang kasim atau banci. Demikian juga anak yang berusia di bawah 7 tahun tidak akan mampu mengerti Dhamma." "Apakah alasannya sehingga anak yang berusia di bawah tujuh tahun tidak dapat mencapai pandangan terang? Bukankah pikiran seorang anak itu murni dan seharusnya siap untuk menyadari Dhamma?" "Jika seandainya saja, Baginda, seorang anak di bawah usia tujuh tahun dapat merasakan nafsu untuk hal-hal yang menyebabkan nafsu, dapat merasakan kebencian untuk hal-hal yang menimbulkan kebencian, dapat dibodohi oleh hal-hal yang menyesatkan dan dapat membedakan antara kebajikan dan ketidakbajikan, maka pandangan terang mungkin baginya. Tetapi, Baginda, pikiran anak yang berusia di bawah tujuh tahun masih lemah sedangkan unsur Nibbana yang tak berkondisi itu berat dan dalam. Oleh karenanya, 0 raja, meskipun berlatih dangan benar, anak yang berusia di bawah tujuh tahun tidak dapat menyadari Dhamma." 79. Berkah Nibbana "Apakah Nibbana itu sepenuhnya membahagiakan ataukah sebagian menyakitkan?" "Sepenuhnya membahagiakan." "Hal itu tidak dapat saya terima. Mereka yang mencarinya harus berlatih dengan pengendalian diri yang keras dan usaha keras bagi tubuh dan pikiran, tidak makan kecuali pada saat yang benar, mengurangi tidur, mengendalikan indria, dan mereka harus meninggalkan kekayaan, keluarga, dan teman-temannya. Yang berbahagia adalah mereka yang dapat menikmati kesenangan-kesenangan indria tetapi Anda menahan diri dan mencegah kenikmatan semacam itu, dan karenanya mengalami penderitaan secara fisik maupun mental serta rasa sakit." "O Baginda raja, Nibbana tidak mempunyai rasa sakit. Apa yang Baginda sebut rasa sakit itu bukanlah Nibbana. Memang benar bahwa mereka yang sedang mencari Nibbana mengalami rasa sakit dan ketidaknyamanan, tetapi sesudah itu mereka akan mengalami berkah Nibbana yang tidak terhingga. Saya akan memberikan alasan untuk itu. Apakah ada, O raja, suatu kebahagiaan tertentu yang didapat karena kedaulatan raja?" "Ya, ada." "Apakah hal itu bercampur dengan rasa sakit?" "Tidak." "Kalau begitu, mengapa, O raja, bila para prajurit garis depan memberontak, raja-raja harus meninggalkan istananya dan menempuh perjalanan pada tanah yang tidak rata, menderita akibat gigitan nyamuk dan angin yang panas, dan terlibat dalam suatu pertempuran yang ganas yang membahayakan nyawa mereka?" "Itu, Bhahte Nagasena, bukanlah kebahagiaan dari kedaulatan. Itu hanyalah tahap awal dari pencaharian kedaulatan tersebut. Baru sesudah memenangkannya maka mereka dapat menikmati kebahagiaan suatu kedaulatan. Dan kebahagiaan itu, Bhante Nagasena, tidak bercampur dengan rasa sakit." "Demikian juga, O Baginda raja, Nibbana adalah berkah yang tidak tertandingi, dan tidak ada rasa sakit yang tercampur di dalamnya." |
"Apakah mungkin, Bhante Nagasena, Nibbana ditunjukkan ukurannya, bentuknya atau jangka waktunya dengan menggunakan perumpamaan?" "Tidak, hal itu tidak mungkin. Tidak ada sesuatu yang menyerupainya." "Apakah ada sifat pada Nibbana yang terdapat pada sesuatu yang lain yang dapat ditunjukkan dengan perumpamaan?" "Ya, itu dapat dilakukan." "Sama seperti bunga teratai yang tidak basah oleh air, Nibbana tidak tercemar karena kegelapan batin. "Sama seperti air, Nibbana mendinginkan panasnya kegelapan batin dan menyegarkan kehausan akan lobha. "Sama seperti obat, Nibbana melindungi makhluk yang terkena racun kegelapan batin, menyembuhkan penyakit penderitaan, dan memberi gizi seperti nektar. "Sama seperti samudra yang tidak menyimpan mayat, Nibanna sama sekali tidak menyimpan kegelapan batin; sama seperti samudra yang tidak bertambah ketika semua air sungai mengalir padanya, demikian juga Nibbana tidak akan bertambah karena adanya makhluk yang mencapainya; Nibbana adalah tempat kediaman bagi para makhluk yang luar biasa (para Arahat), dan ia dihiasi oleh gelombang pengetahuan dan kebebasan." "Sama seperti makanan yang menopang kehidupan, Nibbana menyingkirkan usia tua dan kematian; Nibbana meningkatkan kekuatan spiritual makhluk-makhluk; Nibbana memberikan keindahan keluhuran, Nibbana menghilangkan tekanan kegelapan batin, Nibbana mengusir kelelahan yang terjadi karena penderitaan." "Sama seperti ruang, Nibbana tidak dilahirkan, tidak lapuk ataupun hilang, Nibbana tidak berlalu di sini dan muncul di tempat lain, Nibbana tidak terkalahkan, pencuri tidak dapat mengambilnya, Nibbana tidak terikat pada apapun, Nibbana adalah lingkup bagi para ariya ibarat burung-burung di angkasa, Nibbana tidak terhalangi dan tidak terhingga. "Sama seperti permata yang bisa memenuhi segala permintaan, Nibbana memenuhi semua keinginan, menyebabkan sukacita dan berkilau. "Sama seperti kayu cendana merah, Nibbana itu sulit didapat, keharumannya tak ada bandingnya dan Nibbana dipuji oleh orang-orang yang baik ... "Seperti ghee yang dikenal karena kekhususannya, begitu juga Nibbana mempunyai kekhususannya sendiri; seperti ghee yang mempunyai aroma yang harum, begitu juga Nibbana mempunyai keharuman keluhuran; seperti ghee yang mempunyai rasa yang lezat, begitu juga Nibbana mempunyai kelezatan rasa kebebasan. "Seperti puncak gunung, Nibbana itu sangat tinggi, tidak tergoyahkan, tidak ada jalan masuk bagi kegelapan batin, Nibbana tidak mempunyai ruang bagi kegelapan untuk dapat tumbuh, dan Nibbana tidak memihak atau memiliki prasangka." 81. Perwujudan Nibbana "Bhante berkata, bahwa Nibbana itu bukan masa lalu, bukan masa kini, dan bukan masa mendatang, bukan timbul dan bukan pula tidak-timbul, dan tidak dapat dihasilkan (bandingkan dengan Bab 14 No. 65). Dalam hal itu, apakah orang yang telah menyadari Nibbana menyadari bahwa sesuatu telah dihasilkan, atau dia sendiri yang pertama-tama menghasilkannya dan baru kemudian menyadarinya?" "Bukan semua itu, tetapi Nibbana itu benar-benar ada.' "Bhante Nagasena, janganlah menjawab pertanyaan ini dengan membuatnya semakin tidak jelas. Jelaskan dan babarkanlah. Nibbana merupakan titik yang membuat banyak orang menjadi bingung dan tersesat dalam keraguan. Patahkanlah ketidakpastian ini." "Unsur Nibbana itu benar-benar ada, O Baginda raja, dan orang yang telah berlatih dengan benar dan yang benar-benar mengerti bentukan-bentukan menurut apa yang telah diajarkan oleh Sang Penakluk, dia, dengan kebijaksanaannya, mencapai Nibbana." "Dan bagaimanakah Nibbana ditunjukkan? Dengan terbebasnya dari rasa tertekan dan bahaya, dengan kemurnian dan ketenangan. Seperti halnya seseorang, yang ketakutan dan ngeri karena telah jatuh ke tangan musuh, akan merasa lega dan sangat berbahagia ketika ia dapat meloloskan diri ke tempat yang aman; atau seperti halnya seseorang yang terjatuh di selokan yang penuh kotoran akan merasa tenang dan senang setelah ia keluar dari selokan itu dan membersihkan diri; seperti halnya seseorang yang terjebak api di hutan akan menjadi tenang dan merasakan kesejukan setelah dia mencapai daerah yang aman. Anda harus menganggap kecemasan yang timbul terus-menerus karena kelahiran, usia tua, penyakit dan kematian itu sebagai sesuatu yang menakutkan dan mengerikan; Anda harus mengganggap keuntungan, kehormatan dan ketenaran itu sebagai kotoran; Anda harus mengganggap api berunsur tiga: lobha (nafsu), dosa (kebencian) dan moha (khayalan) sebagai sesuatu yang panas dan tajam. "Dan bagaimana orang yang berlatih dengan benar mencapai Nibbana? Dengan benar dia memahami sifat bentukan yang terus berputar dan di sana dia hanya melihat kelahiran, usia tua, penyakit dan kematian; dia tidak melihat sesuatu yang menyenangkan atau yang serasi di bagian mana pun. Karena dia melihat bahwa tidak ada yang dapat dilekati di sana, maka bagaikan di atas bola besi yang panas membara, dengan ketidakpuasan dan panas menjalar di seluruh tubuhnya; karena merasa putus asa dan tanpa perlindungan dia menjadi jijik dengan kehidupan yang terulang-ulang. Dan bagi orang yang melihat teror rantai kehidupan yang terus berjalan, timbullah pikiran: 'Di atas api dan kilatanlah roda kehidupan ini berada, penuh dengan penderitaan dan keputusasaan. Jika saja ada akhir dari semua ini, akhir itu akan penuh ketenangan, dan hebat sekali; berhentinya semua bentukan-bentukan mental, lepasnya kemelekatan, musnahnya lobha, hilangnya nafsu, berhentinya penderitaan, Nibbana!' "Dari situ pikirannya melompat ke depan menuju keadaan dimana tidak ada lagi dumadi. Pada saat itulah dia telah mencapai kedamaian, kemudian ia bersyukur dan bersukacita pada pemikiran 'Sebuah perlindungan akhirnya telah ditemukan!' Ia terus berusaha keras di Sang Jalan untuk menghentikan bentukan-bentukan, menemukan caranya, mengembangkannya, dan mengambil banyak manfaat darinya. Untuk tujuan itulah dia menimbulkan sati, semangat dan sukacitanya; dan dengan berulang-ulang memperhatikan pemikiran itu (muak pada bentukan-bentukan mental), setelah melampaui rantai kehidupan yang terus berjalan, dia telah dapat menghentikan roda itu. Orang yang telah menghentikan rantai kehidupan yang terus berjalan ini dapat dikatakan telah mencapai Nibbana." |
"Apakah ada tempat, Nagasena, dimana Nibbana tersimpan?" "Tidak, tidak ada, tetapi Nibbana itu benar-benar ada. Seperti halnya tidak ada tempat di mana api disimpan tetapi toh api dapat dihasilkan dengan menggosokkan dua batang kayu kering." "Tetapi apakah ada tempat di mana orang bisa berdiri dan menyadari Nibbana?" "Ya, ada; keluhuran adalah tempatnya (bandingkan Bah I No. 9); dengan berdiri di atas keluhuran, dan dengan pengertian, di manapun ia berada, baik di Sychtia atau di Bactria, di China atau Tibet, di Kashmir atau Gandhara, di puncak gunung atau cakrawala tertinggi, orang yang telah berlatih dengan benar menyadari Nibbana." "Bagus sekali! Bhante Nagasena, Anda telah mengajarkan Nibbana, telah menjelaskan tentang pencapaian Nibbana, telah memuji kualitas dari keluhuran, menunjukkan cara berlatih yang benar, menjunjung tinggi panji-panji Dhamma, memantapkan Dhamma sebagai prinsip utama, tidak akan sia-sia atau tanpa buah usaha orang-orang yang mempunyai tujuan yang benar!" BAGIAN ENAM BELAS 1. PERTANYAAN YANG DISELESAIKAN DENGAN KESIMPULAN Milinda sang raja menemui Nagasena di kediamannya, dan setelah memberi hormat, raja duduk di satu sisi. Karena ingin mengetahui, mendengar dan mengingat di dalam pikiran, serta karena ingin menghalau kebodohan batinnya, Milinda mengumpulkan keberanian dan semangatnya, memantapkan kontrol diri dan perhatiannya dan kemudian berbicara kepada Nagasena: "Sudah pemahkah Bhante melihat Sang Buddha?"(D. i. Sta. 13) "Belum, Baginda raja." "Sudah pernahkah guru-guru Bhante melihat Sang Buddha?" "Belum, Raja yang agung." "Kalau begitu, Bhante Nagasena, Sang Buddha itu tidak ada; tidak ada bukti yang jelas akan keberadaan Sang Buddha." "Baginda, apakah para pejuang gagah berani yang merupakan pendiri dari deretan raja yang menurunkan Baginda itu ada?" "Tentu saja, Bhante, tidak ada keraguan tentang hal itu." "Sudah pernahkah Baginda melihat mereka?" "Belum, Bhante." "Apakah para guru dan menteri negara yang menetapkan undang-undang sudah pernah melihat mereka?' "Belum, Bhante." "Kalau begitu, Baginda, tidak ada bukti yang jelas tentang keberadaan para pejuang jaman dahulu itu." "Tetapi Bhante Nagasena, lencana kerajaan yang mereka gunakan masih dapat dilihat, dan dari situ kita dapat menyimpulkan dan mengetahui bahwa para pejuang dahulu itu benar-benar ada." "Demikian juga, O Baginda raja, kita dapat mengetahui bahwa Sang Buddha pernah hidup dan kita dapat mempercayai Beliau. Lencana kerajaan yang dipakai Sang Buddha masih dapat dilihat. Ada empat landasan perhatian, empat daya upaya benar, empat landasan keberhasilan, lima kekuatan moral, lima indriya pengontrol, tujuh faktor pencerahan dan Jalan Mulia Berunsur Delapan. Dari semua ini kita dapat menyimpulkan dan mengetahui bahwa Sang Buddha benar-benar ada." "Berilah saya ilustrasi." "Seperti halnya orang yang melihat kota yang indah dan terencana dengan baik akan mengetahui bahwa kota itu ditata oleh arsitek yang ahli; demikian juga kota kebenaran yang dibangun oleh Sang Buddha dapat dilihat. Kota ini memiliki perhatian yang tak terputus sebagai jalan utamanya, dan di jalan utama itu terdapat kios-kios pasar yang menjual bunga, parfum, buah, penawar racun, obat-obatan, nektar, permata yang tak ternilai, dan segala macam barang dagangan. Demikianlah, O Baginda raja, kota kebenaran Sang Buddha direncanakan dengan baik, dibangun dengan kuat, dan terlindung dengan baik sehingga kota itu tak dapat ditembus musuh; dan dengan cara menyimpulkan seperti inilah Baginda dapat mengetahui bahwa Sang Buddha pernah ada." "Apakah bunga di kota kebenaran itu?" "Ada beberapa objek meditasi yang diperkenalkan oleh Sang Buddha: persepsi tentang ketidak-kekalan, tentang ketidak-puasan, tidak adanya jiwa, sifat yang menjijikkan, bahaya, meninggalkan keduniawian, hilangnya nafsu, kekecewaan terhadap semua alam kehidupan, ketidak-kekalan semua bentukan mental (sankhara); meditasi dengan memperhatikan nafas, persepsi mengenai sembilan macam mayat dalam proses pembusukan yang berlangsung, meditasi cinta kasih (metta), welas asih (karuna), sukacita dengan simpati (mudita) dan keseimbangan batin (upekkha); serta kesadaran akan kematian dan kesadaran tentang 32 bagian tubuh. Siapapun yang ingin terbebas dari usai tua dan kematian dapat memilih salah satu dari objek tersebut. Dia akan dapat terbebas dari nafsu ketamakan (lobha), kebencian (dosa) dan kebodohan batin, kesombongan dan pandangan salah (moha). Dia dapat menyeberangi lautan samsara, membendung derasnya aliran nafsu keinginan, dan menghancurkan semua penderitaan. Dia kemudian dapat memasuki kota Nibbana di mana, terdapat rasa aman, ketenangan dan kebahagiaan." |
"Parfum itu ada dalam bentuk pelaksanaan pengendalian diri lewat tiga perlindungan (Tisarana), Pancasila, Atthasila, Dasasila, serta Patimokkha bagi para bhikkhu. Hal ini dikatakan oleh Sang Buddha: 'Tak ada bau harum bunga yang dapat melawan arah angin, Baik itu cendana, sari wewangian, atau bunga melati'. Tetapi harumnya kebajikan dapat melawan arah angin, Ke segala arah menyebar harumnya nama orang yang bajik.' (Dhp. v. 54) "Apakah buah dari kota kebenaran itu?" "Buah itu ada dalam bentuk sotapana, sakadagami, anagami, Arahat, pencapaian kekosongan, pencapaian animitta (keadaan tanpa tanda) dan pencapaian hilangnya nafsu. Orang yang dengan tekad yang besar merenungkan anicca (ketidak-kekalan) mencapai animitta, yang dengan ketenangan yang besar merenungkan dukkha (ketidakpuasan) mencapai keadaan tanpa keinginan, yang dengan kebijaksanaan yang besar merenungkan anatta (tiada 'aku') mencapai kekosongan. "Apakah penawar racun di kota kebenaran itu?" "Empat Kesunyataan Mulia adalah penawar bagi racun kegelapan batin. Siapapun yang merindukan pandangan terang yang tertinggi dan mendengar Ajaran ini akan terbebas dari kelahiran, usia tua, kematian, penderitaan, kesakitan, dukacita, ratap-tangis dan keputusasaan." "Apakah obat di kota kebenaran itu?" "Obat-obat tertentu, O raja, telah diramu oleh Sang Buddha untuk menyembuhkan para dewa maupun manusia. Obat-obatan itu adalah: Empat Landasan Perhatian, Empat Usaha Benar, Empat landasan keberhasilan, Lima indriya pengontrol, Lima kekuatan moral, Tujuh faktor Kesucian, dan Jalan Mulia Berunsur Delapan. Dengan obat-obatan ini Sang Buddha menyembuhkan orang dari pandangan salah, pikiran salah, ucapan salah, tindakan salah, mata pencaharian salah, usaha salah, perhatian salah, dan konsentrasi salah. Beliau membebaskan mereka dari ketamakan, kebencian dan khayalan, kesombongan, sakayyaditthi (pandangan tentang diri), keraguan, kegelisahan, kemalasan dan kelambanan, tidak tahu malu dan kesembronoan serta semua kekotoran batin lainnya." "Apakah nektar di kota kebenaran itu?' "Perhatian akan tubuh adalah bagaikan nektar, karena semua makhluk yang minum nektar perhatian akan tubuh ini akan terbebas dari segala penderitaan. Hal ini dikatakan oleh Sang Buddha: 'Mereka yang memanfaatkan perhatian akan tubuh akan menikmati nektar keadaan tanpa kematian.' (A. i. 45) "Apakah permata yang tak ternilai di kota kebenaran itu?" "Kemoralan, konsentrasi, kebijaksanaan, kebebasan, pengetahuan dan visi kebebasan, pengetahuan membedakan, dan faktor-faktor pencerahan adalah permata yang tak ternilai dari Sang Buddha. "Dan apakah permata yang tak ternilai dari kemoralan? Yaitu nilai-nilai luhur pengendalian diri lewat peraturan Patimokkha; nilai-nilai luhur pengendalian diri dari indra; nilai-nilai luhur dari mata pencaharian yang benar; nilai-nilai luhur dari perenungan terhadap penggunaan empat kebutuhan pokok secara benar: pindapatta, obat-obatan, jubah, dan tempat tinggal; nilai-nilai luhur pengendalian diri sesuai dengan vinaya yang pokok, menengah dan kecil, serta nilai-nilai luhur yang sudah menjadi kebiasaan bagi orang-orang yang luhur. "Dan apakah permata yang tak ternilai dari konsentrasi? Yaitu jhana pertama dengan savitakkasavicara (pikiran yang diterapkan dan pikiran yang bertahan), jhana kedua dengan avitakkasavicara (tanpa pikiran yang diterapkan tetapi dengan pikiran yang bertahan), jhana ketiga dengan avitakka-avicara (tanpa pikiran yang diterapkan maupun pikiran yang bertahan) tetapi dengan sukacita yang murni, kebahagiaan, dan tertuju pada satu titik; dan ini juga merupakan konsentrasi pada kekosongan, animitta dan tiadanya nafsu. Ketika seorang bhikkhu mengenakan permata konsentrasi ini, maka pikiran yang jahat dan pikiran yang tidak bermanfaat akan terkibas dari pikirannya bagaikan air di daun teratai. "Dan apakah permata yang tak ternilai dari kebijaksanaan? Yaitu pengetahuan tentang apa yang bajik dan tidak bajik, apa yang tercela dan apa yang terpuji, serta pengetahuan tentang Empat Kesunyataan Mulia. "Dan apakah permata yang tak ternilai dari kebebasan? Menjadi Arahat adalah permata dari segala permata, permata yang tak ternilai dari kebebasan. Jika seorang bhikkhu mengenakannya, dia akan menjadi lebih cemerlang daripada yang lainnya. |
kebebasan? Yaitu pengetahuan yang digunakan para siswa untuk meninjau lagi Sang Jalan, buah-buahnya dan Nibanna, dan merenungkan kekotoran batin yang telah dapat dihilangkan dan kekotoran batin yang masih ada. "Dan apakah permata yang tak ternilai dari pengetahuan membedakan? Yaitu pemahaman analitis terhadap arti, hukum, bahasa dan inteligensi. Siapapun yang mengenakan permata ini tidak akan takut menghadapi segala macam pertemuan, dan percaya diri karena tahu bahwa ia dapat menjawab segala macam pertanyaan yang diajukan padanya. "Dan apakah permata yang tak ternilai dari faktor-faktor kesucian? Yaitu permata kesadaran (sati), penyelidikan Dhamma (Dhammacicaya), usaha yang bersemangat (Viriya), sukacita (Piti), ketenangan (Passaddhi), konsentrasi (Samadhi) dan keseimbangan batin (Upekkha). Dihiasi dengan permata-permata ini, seorang bhikkhu akan menerangi dunia dengan keluhurannya." 2. LATIHAN PERTAPA Sang raja melihat para bhikkhu di hutan yang sendiri dan jauh dari orang lain, yang menjalankan latihan yang berat sesuai tekadnya. Dan kemudian ia juga melihat para perumahtangga di rumah mereka yang memetik buah manis dari Jalan Mulia. Mempertimbangkan kedua hal ini, raja merasakan keraguan yang dalam. "Jika umat awam juga mewujudkan kebenaran, maka bertekad seperti itu tentunya sia-sia saja. Baiklah! Akan saya tanyakan pada guru yang terbaik, yang bijaksana dalam ketiga kitab suci yang berisi sabda Sang Buddha, yang terampil menyanggah argumentasi lawannya. Ia akan mampu memecahkan keragu-raguanku!" Milinda mendatangi Nagasena, memberi hormat, duduk di satu sisi dan bertanya: "Bhante, apakah ada umat awam yang telah mencapai Nibbana?" "Tidak hanya seratus atau seribu, tetapi lebih dari semilyar yang telah mencapai Nibbana." (Selain manusia, banyak dewa yang mencapai Nibbana pada waktu mendengarkan Dhamma) "Bhante Nagasena, jika seorang perumah tangga yang hidup di rumahnya bisa menikmati kesenangan-kesenganan indria, dan juga dapat mencapai Nibbana, apakah gunanya tekad tambahan tersebut? Jika musuh dapat dikalahkan hanya dengan menggunakan tinju, apa gunanya mencari senjata ? Jika pohon dapat dipanjat begitu saja, apa gunanya tangga? Jika berbaring di lantai sudah nyaman, apa gunanya tempat tidur? Demikian juga, jika orang awam dapat mencapai Nibbana sementara hidup di rumah, apa gunanya tekad tambahan?" "O raja, ada 28 keluhuran tekad ini yang dinilai tinggi oleh para Buddha. Menjaga tekad adalah 01. suatu cara hidup murni, 02. buahnya membahagiakan, 03. tidak tercela, 04. tidak membawa penderitaan bagi yang lain, 05. memberikan keyakinan (dia bebas dari rasa takut terhadap perampok), 06. tidak menekan (tak perlu melindungi hartanya), 07. pasti menyebabkan pertumbuhan sifat-sifat yang baik, 08. mencegah kemunduran, 09. tidak mengotori batin, 10. merupakan suatu perlindungan, 11. memenuhi keinginan, 12. menjinakkan semua makhluk, 13. baik bagi disiplin diri, 14. pantas bagi seorang pertapa, 15. dia mandiri (tidak melekat kepada keluarga), 16. dia bebas (dan bebas pergi kemana pun juga). (Vism. 59-83) 17. Kemoralan ini juga menghancurkan nafsu (lobha), 18. menghancurkan kebencian (dosa), 19. menghancurkan kebodohan batin (moha), 20. mengikis kesombongan, 21. memutus pikiran yang melantur dan membuat pikiran menuju satu titik, 22. mengatasi keraguan, 23. menghalau kelambanan, 24. melenyapkan ketidak-puasan, 25. membuat orang toleran. 26. Keluhuran ini tidak ada bandingnya, 27. tak terukur, dan 28. mengarah pada penghancuran segala penderitaan. "Dan siapa pun yang melaksanakan tekad-tekad itu akan mendapat 18 sifat baik: 01. Kelakuannya murni, 02. latihannya sepenuhnya tercapai, 03. tindakan dan kata-katanya terjaga baik, 04. pikirannya murni, 05. semangatnya bangkit, 06. ketakutannya berkurang, 07. pandangannya tentang ego hilang, 08. kemarahannya lenyap dan 09. cinta-kasihnya tumbuh, 10. dia makan dengan pemahaman sifat makanan yang menjijikkan, 11. dia dihormati oleh semua makhluk, 12. dia makan secukupnya, 13. dia penuh kewaspadaan, 14. dia tak-berumah dan 15. dapat bertempat tinggal di manapun juga, 16. dia jijik terhadap kejahatan, 17. dia bersukacita dalam kesendirian dan 18. dia selalu penuh perhatian. "Dan sepuluh macam orang yang pantas mengambil sumpah-sumpah itu: 01. orang yang penuh dengan kepercayaaan diri, 02. orang yang tahu malu, 03. orang yang penuh keberanian, 04. orang yang tidak memiliki kemunafikan, 05. orang yang mengandalkan diri sendiri, 06. orang yang tegar, 07. orang yang berniat untuk berlatih, 08. orang yang memiliki kebulatan tekad, 09. orang yang sangat mawas diri, dan 10. orang yang penuh kasih sayang. |
di rumah adalah mereka yang telah menjalankan tekad ini dalam kehidupan-kehidupan mereka sebelumnya. Tidak mungkin ada realisasi tujuan menjadi Arahat dalam hidup kali ini tanpa tekad-tekad tersebut. Arahat hanya dapat dicapai dengan kerja yang amat sangat keras. Oleh karena itulah maka nilai menjaga tekad tersebut sangat tinggi dan berharga. "Dan siapapun, O Baginda raja, yang mempunyai pikiran jahat dan berniat mengambil tekad ini dengan tujuan mencari keuntungan materi, akan mendapatkan hukuman ganda: di dunia ini dia akan dipandang rendah dan dicemooh, dan sesudah mati dia akan mcnderita di neraka. "Tetapi siapapun, O Baginda raja, yang prilakunya sesuai dengan kehidupan kebhikkhuan, yang layak menjadi bhikkhu, yang keinginannya sedikit dan dapat berpuas hati, terbiasa dengan kesendirian, penuh semangat, tidak memiliki akal bulus, dan telah meninggalkan keduniawian bukan karena ingin memperoleh keuntungan dan ketenaran melainkan karena memiliki keyakinan terhadap Dhamma, yang menginginkan kebebasan dari usia tua dan kematian, dia pantas mendapat penghormatan ganda karena dia dicintai oleh para manusia maupun dewa. Dan dengan cepat dia memperoleh empat buah, empat jenis diskriminasi (diskriminasi arti, hukum, bahasa, dan inteligensi), visi berunsur tiga [Tevijja - ingatan akan kehidupan lalu, pengetahuan akan muncul dan lenyapnya makhluk, pengetahuan akan penghancuran banjir (asava)], dan pengetahuan berunsur enam yang lebih tinggi (abhinnana - kekuatan supra-normal seperti misalnya terbang di angkasa, memiliki telinga yang luar biasa daya dengarnya, penembusan pikiran, ditambah tiga di atas). "Dan apakah tiga belas tekad tersebut? 01. Mengenakan jubah yang dipotong-potong, 02. menggunakan hanya tiga jubah, 03. hidup hanya dengan pindapatta, 04. pindapatta dari satu rumah ke rumah lain tanpa pilih-pilih, 05. makan sekali sehari, 06. makan dari mangkuk saja, 07. menolak makanan yang ditawarkan sesudah (pindapatta) itu, 08. hidup di hutan, 09. bertempat tinggal di bawah pohon, 10. bertempat tinggal di tempat terbuka, 11. hidup di kuburan, 12. menggunakan tempat tidur manapun yang diberikan, dan 13. tidak berbaring untuk tidur. (Baca Vism. 59 ff untuk keterangan lebih terinci) "Dan dengan menjalankan tekad-tekad inilah Upasena dapat mengunjungi Sang Buddha ketika Beliau sedang menyendiri (Vin.iii.230 ff), dan karena tekad yang sama pula Sariputta memiliki keluhuran yang begitu tinggi sehingga dia dinyatakan sebagai orang kedua yang hanya kalah oleh Sang Buddha dalam kemampuannya membabarkan Dhamma." (A.i.23, S.i. 191) "Bagus sekali Bhante Nagasena, seluruh ajaran Sang Buddha, pencapaian adi-duniawi (lokuttara) dan semua hasil terbaik di dunia ini termasuk di dalam 13 latihan pertapa ini." |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
A
Page to Rest -
Breathing Space |
Complete list of articles on this site |
Free Downloads |