JAMBOEL.DA.RU SELAMAT DATANG DAN SEMOGA ANDA PUAS JANGAN LUPA ISI BUKU TAMU SERTA SARAN DAN KRITIKNYA |
![]() |
|
|
|
|
KUMPULAN OBAT PENYEJUK IMAN
|
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Assalamu'alaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh. Melalui
tasawuf, seorang sufi melakukan pendekatan diri kepada Allahdengan
konsep Wahdatul Wujud. Nabi Muhammad Sallallahu alaihi wasallam
mengajarkan umat Islam mendekatkan diri kepada Allah dengan menyikapi
Al Quran secara utuh. Bagaimanakah sebenarnya menyikapi Al Quran
secara utuh? Sebagian orang memahami dengan menghayati esensi Al Quran
dan mengaplikasikannya kepada tindakan dan sikap. Dari Nabi, keduanya
itu direfleksikan secara terpadu dan baku. Karena, sikap dan tindakan
Nabi itulah peristiwa-peristiwa yang menyulam isi Al Quran. Masyarakat
Mekkah pada saat itu menjadikan sikap Nabi Muhammad itu menjadi
tauladan. Bila Nabi suka menjahit pada waktu dulu maka masyarakat
waktu itu pun akan menjadikan itu suatu kebiasaan hingga kemudian
menjadi wajib bagi umat kemudian. Bagi kalangan umat Islam, apa pun
yang dilakukan dan disukai Nabi Muhammad, semua itu adalah contoh yang
harus diimani. Keramahan dan senyum Nabi Muhammad itu seringkali
dikemukakan supaya umatnya pun menirunya. Nabi
Muhammad memang merupa-kan orang yang diciptakan Allah untuk menjadi
rujukan bagi umat manusia. Maka keberadaan Nabi Muhammad itu telah
terwujud demikian sesuai dengan kehendak Allah yang menciptakannya.
Dari pedoman-pedoman yang diajarkan oleh Rasulullah itulah yang
dinamakan ajaran Islam. Bagaimana
Nabi Muhammad mencapai kemakrifatan itu? Beliau tak menjadi seperti
itu dengan sendirinya sebagaimana kehidupan manusia. Demikian pula
Nabi Muhammad yang lahir dan tumbuh sebagai manusia biasa dan kemudian
berinteraksi dengan lingkungannya, bagaimana keadaan lingkungan,
begitu pula beliau akan terlibat. Dan keadaan lingkungan itu akan
mempengaruhi pula prinsip dan perilakunya. Secara
naluri dan harfiah tak ada manusia yang tak dipengaruhi oleh
lingkungan dan masyarakat di sekitarnya. Bila seseorang itu berada di
lingkungan orang yang beriman, maka dia akan menjadi orang yang
beriman, demikian pula sebaliknya. Keadaan masyarakat Mekkah pada
waktu itu belum mempunyai padanan pembatas-pembatas akhlak maupun
moral. Mereka belum mengenal fikih dan syariat menyembah Allah.
Betapapun Nabi Muhammad itu tertuntun mencapai kemakrifatan melalui
tuntunan Allah. Bila
Allah menurunkan sebuah takdir-Nya, adakah Allah berbicara langsung
kepada seseorang dan menuntunnya sendiri? Budi pekerti dan perilaku
Nabi Muhammad dituntun Allah melalui Malaikat Jibril menjadi seorang
nomor wahid bagi umat yang akan bertasbih dan menyerukan ke-Esa-an
Allah. Maka, setiap kejadian di dalam masyarakat pada waktu itu yang
melibatkan Nabi Muhammad dijadikan sebagai realisasi ajaran Allah. Seorang
bayi yang baru lahir, dia baru mengenal dekapan ibunya dan air susu
ibunya. Bila bayi ini selalu diajarkan berbicara tentang yang
baik-baik saja dan selalu diajarkan melihat kemurahan dan rahmat
Allah, bayi ini akan menjadi dewasa yang sangat mencintai Allah.
Sehingga pada saatnya kelak, dia akan menjadi seseorang yang berhasil,
dan selanjutnya dia akan mengajak umat menjadi orang-orang yang
beriman. Maka,
sebenarnya nasib seseorang itu disempurnakan oleh imannya sendiri.
Bila seseorang itu selalu berusaha mencari kesempurnaan iman, dia pun
akan sampai kepada kemakrifatan. Namun adakah seseorang itu bisa
sampai kepada kemakrifatan bila tak ada tuntunan yang baku baginya?
Bagaimana caranya berbuat baik, bagaimana caranya mensucikan diri, dan
bagaimana caranya beribadah dengan benar dan mendapat rida Allah?
Demikianlah ajaran Allah diturunkan. Jarak
Allah dengan manusia itu terpaut jauh. Umat manusia yang ingkar dan
suka melakukan dosa sulit mendekat-kan diri kepada Allah. Sedangkan
orang yang beriman sangat dekat dengan Allah. Tetapi adakah ukuran ini
dapat dijadikan ukuran bagi semua umat manusia yang sangat beragam
tabiatnya? Pendekatan dengan Allah dapat dimungkinkan sangat sulit,
tapi juga dapat sangat mudah. Demikianlah
ajaran Allah diturunkan agar umat manusia dapat mendekati Allah dengan
cara yang telah ditunjukkan Allah. Mencapai kemakrifatan telah
ditunjukkan oleh Nabi Muhammad. Betapapun, itulah cara satu-satunya.
Dengan mengikat diri dengan Al Quran dan menjalankan syariat Islam
secara bersungguh-sungguh, serta meneladani sikap dan perilaku Nabi
Muhammad, itulah tangga kemakrifatan. Sebagian
orang menganggap hal itu sangat sulit. Godaan dosa yang menggiurkan
berhamparan di mana-mana. Keinginan dan ambisi yang tak bisa dibendung,
perjalanan menuju kesucian yang terjal dan berliku-liku, menjadikan
manusia sangat sulit mendekati Allah. Kini setiap orang menganggap
bahwa mencari kemakrifatan itu tak mudah. Banyak orang lebih suka
mengambil jalan pintas dengan membuat ayat-ayat Allah sebagai jimat
atau menciptakan sistem yang dapat menanggulangi perjalanan jauh
menuju Allah itu melalui sistem tawasul atau mengurung diri (uzlah),
atau ada juga yang mengupayakan kelayakan sistem bahkan ada yang
kadang kala sistemnya itu harus dimbangi dengan imbalan. Tak
ada cara untuk mengu-atkan doa selain pensucian diri. Dapatkah
kemakbulan doa itu diharapkan bila kita ini masih terbebani banyak
dosa? Mencapai kemakrifatan itu tentu tak dapat dipisahkan dari
pensucian diri. Pendekatan
diri kepada Allah yang intensif merupakan sistem pencarian yang harus
melalui dorongan yang sangat keras, dan dorongan yang sangat keras ini
tak dimungkinkan dimiliki oleh semua orang. Pensucian diri menjadi
seorang sufi adalah jalan menjadi seorang mukmin yang diberkahi.
Banyak
orang yang menganggap Pancasila tak sanggup dijadikan cara untuk
mendekatkan diri kepada Allah. Esensi Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang
Maha Esa, Kemanusian yang Adil dan Beradab, Persatuan, Demokrasi (Musyawarah),
dan Keadilan Sosial, itu adalah ajaran Islam. Bilamana bangsa
Indonesia mau menghayati Al Quran dan menerapkan penghayatan itu
kepada Pancasila dan menjadikan itu sebagai kaidah yang wajib
diimaninya maka kemakrifatan itu dapat dicapai. Ketentuan kemaslahatan
bangsa Indonesia yang dicurahkan melalui Al Quran dan Pancasila dapat
menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang ramah dan beriman yang
menjunjung kaidah ideologi bangsanya. Betapa kita ini sangat
menginginkan menjadi bangsa yang solid, bermoral tinggi, dan terpuji. Sebagai
bangsa Indonesia yang diwajibkan memperkuat dan mempersatukan
bangsanya dan menjadikan bangsa itu bangsa yang mulia, maka wajiblah
kiranya kita mencari kemakrifatan Islam dan Pancasila. Bila kita
bersungguh-sungguh memberlakukan kaidah-kaidah dan esensi Islam
melalui penghayatan kita kepada Al Quran dengan mengaplikasikannya
sebagai bangsa Indonesia yang patuh dan taat kepada pemerintahnya
melalui ideologinya yaitu Pancasila, jadilah kita adalah orang mukmin
yang menjaga dan memakmurkan bangsanya. Bila
bangsa kita aman, tentram, dan damai, kita telah memakmurkan bangsa.
Menjaga ketentraman dan perdamaian adalah ajaran Islam yang dianjurkan
Allah. Maka sesungguhnya setiap perubahan itu hanya dimungkin-kan
bilamana diupayakan oleh orang yang beriman dan yang telah mencapai
kemakrifatan penghayatannya kepada Al Quran dan ideologi bangsanya
secara sempurna. QS.
Az Zukhruf: 68-69. 68.
"Hai hamba-hamba-Ku, tiada kekha-watiran terhadapmu pada hari ini
dan tidak pula kamu bersedih hati." 69.
(Yaitu) orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami dan adalah
mereka dahulu yang berserah diri |
copy
right by jamboel.da.ru
sugestion and critic please send mail to me : totok_79@hotmail.com and guestiee@belantara.com