Komunikasi Sadar

Home

Bagian:

1.  A_Memancarkan kepribadian.

B_Pikir_Apa?

C_Aspek_Pesan

2._Jendela Johari

3._Bahasa_Tubuh

4._Mendengar

5._Makna_Pesan

6._Pengaruh Harus Balik

Teks-Teks_Pelajaran

 

 

 

 


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pikir apa? 

Tidak harus sesuatu hal………….., tetapi mau sekali.“

„Mutlak tidak bisa sabar......................, tidak lebih suka ini.“

 „Harus Menjadi Gila“ adalah judul dari sebuah buku, yang ditulis oleh Albert Ellis dan Wouter Backx. Albert Ellis membuat dasar teori RET (Teori Rasionil Emosi)Banyak macam  pikiran-pikiran yang tidak rasional, yang  dapat menyulitkan Anda.

Misalnya:„ Semua orang harus jujur terhadap saya“ 

“Orang barat lebih pintar dari orang timur”. 

“Adalah amat perlu semua orang menyukai saya.” 

“ Saya harus selalu membuat prestasi, dan orang lain harus menghargai prestasi saya. Kalau tidak, saya adalah orang yang tidak berharga.” 

“ Semua yang saya mau, harus saya dapatkan dengan sangat mudah. Kesalahan dan kesulitan haruslah hilang dari diri saya.” 

“Semua orang harus menghormati saya. Kalau tidak, mereka harus mendapat sangsi.”  

“Karena saya orang yang rendah, saya tidak bisa  pintar.” 

“ Kalau saya kerja sepanjang waktu, saya selalu berpikir tidak bisa membuat sesuatu yang pasti di antara waktu yang ada.” 

Dengan pikiran-pikiran seperti ini atau lainnya, hampir sama Anda membuat spiral negatif. Pikiran pikiran seperti ini memakai banyak sekali energi. Anda selalu merasa lebih rendah. Hampir tidak mungkin aliran pemikiran seperti ini berhenti. Kalau di dalam spiral negatif, energi Anda rendah, sehingga tidak ada energi yang kuat untuk bekerja atau bertemu orang lain atau membuat hal yang baik. Tetapi Anda dapat menghentikan aliran dari pikiran-pikiran ini. Di dalam Bagian 1 A saya sudah berbicara bagaimana seseorang bisa mengubah aliran pikiran-pikiran ini. Berikut saya akan coba memperjelas mengapa seseorang berpikir seperti ini. Satu alasan yang hampir selalu sama pada banyak orang bahwa orang-orang membuat dirinya terlalu bergantung pada orang lain. Orang lain harus menghormati saya, orang lain harus menghargai saya, orang lain harus berpikir bahwa saya ramah, orang lain harus membantu saya, orang lain harus memilih saya, orang lain harus memberi tahu bagaimana saya melakukan pekerjaan, orang lain harus berhenti korupsi di dalam budaya, orang lain............, orang lain..............

Jadi orang lain harus memberikan kepercayaan terhadap kemampuan diri sendiri.

Tetapi mengubah aliran pikiran-pikiran pada yang rasionil, hanya bisa kalau Anda (sampai batas tertentu-puji Tuhan/Allah) mengfungsikan diri sendiri dan keyakinan terhadap kemampuan  yang datang dari  dalam diri sendiri. 

Diri sendiri yang berfungsi berhubungan kuat dengan fokus di dalam diri untuk mengontrol diri sendiri.

Orang yang mengfungsikan diri sendiri, dan berpikir rasional, memiliki mekanisme mengontrol di dalam dirinya. Dia tahu kalau dia membuat hal yang baik atau sebaliknya. Dia tahu kalau menerima respek atau sebaliknya. Dia tahu bahwa dia tidak apa apa, kalau beberapa orang  tidak suka dia, karena dia tahu bahwa dia juga tidak suka semua orang. Dia bisa berpikir bahwa beberapa hal itu sulit, tetapi dia tahu dia bisa sabar terhadap hal yang sulit. Kita baru berpikir bahwa kita cukup, kalau kita bisa mengontrol pikiran kita kepada yang rasional. Refleksi diri (pemeriksaan diri) dan pikiran-pikiran positif apa yang  memunculkan dalam diri kita pemikiran yang tidak rasional? Ingat selalu di dalam diri sendiri tentang pikiran-pikiran dan berbicara yang baik.

 

1.      Tuntutan-tuntutan terhadap orang lain dan dunia: 

a. Berbicara diri positif: “ Lewat merasa jengkel saya mempunyai niat untuk tidak merasa jengkel lagi.” Membuat refleksi diri: apakah merasa jengkel menyatakan tentang diri saya? Apakah sesuatu di dalam saya membuat saya merasa jengkel? Misalnya, kalau saya salah dan dikritik, kemudiaan saya merasa jengkel, karena seorang tidak menghormati  saya. Bisa saya bertanya pada diri sendiri: saya tidak pasti, apakah saya merasa jengkel terhadap orang lain? Saya merasa seperti tidak boleh merasa tidak tahu diri? Tentu selalu bisa 100%? Dapatkan perasaan tidak pasti membantu saya tetap waspada? Kalau orang lain mengkritik, misalnya saya tidak benar, atau hanya sedikit benarl, saya tidak harus mengacuhkannya. Bisa juga saya jelaskan bahwa saya tidak suka seperti ini. Hal penting yang ada, saya tidak akan merasa jengkel lagi terhadap kritik.Berbicara diri positif : “ Saya merasa penting untuk orang lain menghormati saya”   tidaklah seperti mereka  HARUS hormat, jujur, ramah kepada saya. 

„Tidak harus sesuatu hal………….., tetapi mau sekali.“ 

b. Berbicara diri positif: „Hormat dimulai dari diri sendiri. Saya menghukum rasa hormat kepada diri sendiri.“ Refleksi diri: bagaimana saya merasa percaya diri? Lebih percaya diri membuat tidak perlu menghormati orang lain. Kalau saya hormat pada diri sendiri secara positif, tidak salah dalam hal kejujuran dan tidak adil pada orang lain.  Koreksi diri sendiri akan menjelaskan sejauh apa masih perlu hormat pada orang lain untuk rasa menghormati diri sendiri dan sejauh apa pengontrolan diri ada?Ambil aksi: saya akan memperbaiki rasa percaya diri. Ambil tantangan secara realistis. Bertanya kepada orang lain bagaimana fungsi saya. Saya dapat memberi ide yang lebih baik daripada ide itu tersendiri.

2.      Kesempurnaan

Pikiran-pikiran positif: “ Tidak harus sesuatu hal.............., tetapi mau sekali.”

Misalnya saya mau berfungsi lebih baik.

“Kesempurnaan itu tidak manusiawi, tidak adil dan tidak ada.”

“Saya tahu diri kalau saya membuat hal yang baik, saya menghukum rasa hormat pada diri sendiri.“

“ Saya tidak harus selalu berprestasi, saya lebih dari prestasi-prestasi.”

“ Tidak bisa gagal, tapi harus mencoba.”

Refleksi diri: dari mana rasa sempurna muncul? Pesan-pesan apa dari makna kecil yang membantu membuat ide ini? Misalnya “ Salah selalu berarti bodoh.” “ Kalau Anda bekerja, tentu baik.” Pesan apa yang bisa untuk pesan-pesan ini? Misalnya “ Salah bahwa hidup tidak adil” “Saya bisa belajar dari kesalahan-kesalahan.”  “Karena saya manusia, tentu saja dapat berbuat salah” “ Tidak bisa lebih dari mencoba sebaik-baiknya.” Evaluasi situasi macam apakah, di rumah atau di sekolah, yang saya pikir dapat membuat diri harus berfungsi lebih baik? Bisa saja kakak atau adik lebih pintar? Bisa saja orang tua hanya mengasihi, kalau Anda berfungsi baik? Bagaimana bisa saya menghilangkan ide “kesempurnaan saya”? Berbicara diri positif: rasa kesempurnaan saya membuat sulit di dalam hidup atau kerja saya. Kalau saya bisa melepaskan lebih banyak tempat dalam diri, saya menghasilkan lebih, komunikasi saya menjadi lebih baik, saya merasa lebih baik, merasa lebih bebas dengan berfungsi diri............................Ambil aksi: melihat kepada orang lain. Mereka selalu berfungsi baik? Mereka selalu berbicara jelas? Mereka selalu bekerja secara sempurna? Mereka juga merasa malu kalau berbicara di dalam grup? Apakah mereka juga seperti saya, merasa tidak pasti? Saya akan ambil tantangan realistis. Dalam percakapan, saya akan menyatakan juga tentang rasa ketidak-pastian. Saya tidak akan mendengarkan suara dari dalam hati diri sendiri: “orang lain akan mentertawakan saya” . Lebih sering saya mencoba, hal ini menjadi lebih mudah. Suatu saat hal ini menjadi alamiah, sesuatu hal yang cocok bagi diri saya. Saya tidak selalu harus mengontrol diri. Kalau saya membuat kesalahan, saya harus dapat tertawa. Saya hidup dengan aliran pikiran-pikiran yang baik, perasaan saya memberitahukan caranya. Saya menikmati hasil-hasil. Menghilangkan rasa sempurna maupun merasa harus berprestasi dengan hasil-hasil lebih baik. Tentu, kadang-kadang masih merasa takut. Tetapi sekarang saya melihat rasa takut dan waspada, akan membuat saya menjaga kesadaran diri. 

Mengapa merasa sempurna kurang baik? 

Orang lain tidak akan memberi kritik. Informasi penting bisa saja tidak muncul.Mempersulit diri sendiri. Anda selalu harus berprestasi baik. Rasa sakit bisa saja muncul. Kalau berpikir seperti ini, Anda tidak pernah bisa beristirahat, dan merasa selalu lelah. Di tempat tidur masih berpikir tentang hal kerja atau lainnya. Anda membuat diri bergantung kepada orang lain seperti budak belian.

3.      Berpikir bencana

Tidak A (Dadakan) tapi B (Percaya) membuat C (Konsekwensi).

Manusia menderita lebih daripada penderitaan dia takut terhadap.....

Suatu bencana bila berpikir bencana ada maka bencana akan datang lebih. Teori ini halus di dalam bacaan Komunikasi Spiritual. Energi pikiran negatif adalah seperti magnit. Semakin Anda takut bencana akan datang, Anda merasakan ketidakpastian. Dan ketidak pastian tersebut menyebabkan Anda lebih sulit melakukan sesuatu. Anda akan merasa lebih tidak pasti, Anda akan lebih sulit. 

Refleksi diri: apa hasil yang saya dapat dari berpikir tentang bencana? Misalnya Anda berpikir seperti pikiran ini waktu hal yang buruk datang, lebih mudah. Bisa Anda berpikir dengan pikiran seperti ini, saya lebih kuat dalam hal kesalahan. Tetapi apakah berpikir seperti ini efektif? Tidak! Berpikir seperti ini akan membuat hidup yang lebih sulit. Banyak energi hilang untuk rasa takut terhadap situasi-situasi yang mungkin akan tidak pernah  datang. Kalau lebih takut, Anda bisa dilumpuhkan dengan rasa takut dalam diri. Lebih baik kita membuka hal yang sulit, melihat jelas kepada kesulitan, karena banyak informasi yang datang dari kesulitan.Berbicara diri positif: “ Ada lelucon: bahwa saya tidak meninggal dunia karena bencana ini.” “ Kalau bencana datang akibat suatu tindakan, saya akan melihatnya kelak”. ” Atau jangan membuat kekhawatiran untuk besok.”Ambil aksi: jangan seperti tidak berbuat apa-apa karena Anda pikir ada risikonya. Setiap waktu Anda tidak melahirkan diri, tetapi kembali berperang yang menjadikan Anda lebih kuat. Rasa tahu tentang diri-sendiri akan bertumbuh.

4.     Toleransi frustrasi rendah 

Berpikir bencana dan toleransi frustrasi rendah sering kali bersamaan. Keduanya memiliki jalan berpikir negatif. Juga dengan toleransi frustrasi rendah Anda akan dapat berpikir bila kesulitan akan datang terlihat lebih mudah. Bukankah mereka masih hidup. Namun berpikir dengan toleransi frustrasi rendah juga menyebabkan banyak energi hilang. Refleksi diri: dari mana toleransi frustrasi rendah itu muncul? Waktu kecil hidup Anda melindungi sekali dasar ini. “Lama saya tidak harus memikul tanggung jawab sendiri. Jadi tidak ada banyak pengalaman dan saya cepat merasa seperti terlalu banyak stress.” Berbicara diri positif: “kesialan-kesialan itu wajar dalam hidup. Tidaklah membantu jika jengkel pada hal ini, kesialan tidak lebih berkurang dengan merasa jengkel”. “ Kesialan-kesialan hanya akan membuat saya lebih kuat,  kalau saya tidak melarikan diri. Dengan kesialan bisa untuk memperlihatkan kelebihan saya.” Kalau ada hal yang sulit, itu bukanlah bencana. Kita membuat bencana bagi diri sendiri dengan berpikir negatif. “Ada lelucon: saya tidak akan  meninggalkan dunia kalau ada bencana datang.” Ambil aksi: Dengan sadar ambil risiko toleransi frustrasi kurang rendah. Tetapi pandai-pandailah memperhitungkan suatu kemungkinan. Kalau kesialan datang, lebih mudah berpikir secara rasional terhadap yang muncul dari hal tersebut dan bagaimana lain kali tidak. 

5.      Mencandu cinta

Walaupun enak kalau orang lain mencintai dan menghormati Anda, tetapi ini tidaklah harus. Tuntutan bahwa semua orang harus menyukai saya tidaklah rasional, karena selalu ada manusia yang tidak akan menyukai saya. Kalau saya mau teman-teman mencintai dan menghormati saya, maka mereka tidak bisa memberi pendapat diri. Ini akan membuat sub-assertif. Alasan lain mengapa tidak bagus menjadi pencandu cinta. Ide tidak rasional jika manusia selalu ramah terhadap Anda, dia ambil hak pribadi dari orang lain untuk marah terhadap Anda. Refleksi diri: darimana rasa memaksa perlu adanya cinta datang? Misalnya: “Gadis harus ramah dan manis, kalau tidak dia bukan gadis yang baik.” “Anda anak laki yang manis sekali, karena tenang.” Darimana rasa takut untuk perbantahan datang? Berbicara diri positif: lebih pandai jika Anda menjelaskan pada diri Anda sendiri bahwa Anda tidak bisa berteman dengan semua orang. Misalnya: kalau saya berteman dengan satu orang, sudah bisa salah dengan kedatangan orang lain. Saya juga tidak suka semua, jadi mengapa saya berpikir semua orang harus menyukai saya? Tentu enak, kalau saya baik terhadap orang yang penting buat saya, tetapi saya tidak bisa memaksakan diri seperti itu. Ambil aksi: saya tidak akan melahirkan diri saya dari konflik-konflik. Saya akan memberitahukan pikiran-pikiran saya. Saya sadar terhadap reaksi yang timbul. Bisa saja saya hanya menerima sedikit. Lebih biasa orang lain akan lebih menghormati saya. Kalau saya marah dunia tidak akan karam. 

“ Saya tahu realitas saya baik seperti ini. Kalau saya memindahkan realitas, saya merasakan kefrustrasian dan tekanan. Rasanya keadaan menjadi tidak seimbang. Kalau saya mengerti ini, tindakan saya jelas, ramah, tanpa takut, sederhana, mudah dan mengalir.”

 

Byron Katie.