PhotoDisc24066
 Home
 Revelation
 US Congress
 News
 Fake Photo
 Taiwan JP
 Website Link
 Kompas 27-Aug-98
 Hacking
 Taiwan Denial
 It is a Conspiracy
 Why?
 Explanation
 Romo Sandyawan
 More Donation?

Join our mailing list.

BuiltByNOF
 Explanation

From: merah putih (posting on soc.culture.indonesia)

FOTO DAN DATA TENTANG PERKOSAAN YANG MISTERIUS

Melalui jaringan internet foto-foto kasus perkosaan pertengahan Mei 1998 lalu di
Jakarta dan Solo telah menyebar ke seluruh dunia. Di Singapura foto itu bahkan digelar dalam sebuah pameran resmi. Akibatnya reaksi keras menghujat Indonesia kini bermunculan, baik di Jakarta, Hongkong, Beijing, Taipe, Singapura maupun di berbagai belahan dunia lainnya.

Ditengah reaksi atas foto yang tersebar di tataran internet dan menjadi konsumsi
masyarakat dunia itu, Harian Asian Wall Street Journal (AWSJ) edisi 20 Agustus
1998 mencurigai foto-foto itu  palsu dan tidak berhubungan sama sekali dengan
kerusuhan pertengahan Mei lalu.

Dugaan foto tersebut sebagai palsu dan kebohongan juga muncul dari "Aware"
kelompok dari Singapura. Bersamaan dengan itu juga muncul reaksi kecurigaan serupa dari Dewan Reformasi Pemuda dan Mahasiswa Surabaya (Derap Masa) yang menganggap foto tersebut sebagai rekayasa dan kepalsuan untuk mendramatisir kerusuhan Mei 1998 di Jakarta dan Solo.

Kecurigaan itu cukup beralasan karena sesuai dengan pemberitaan Harian Asian Wall
Street Journal (AWSJ) antara lain disebutkan bahwa paling tidak 15 foto adalah
palsu dan sumbernya "Asian Pornography Website, East Timoresse Exite Homepage dan US Based Exhebition of gori photos".

Sebagai contoh foto tentang seseorang dengan Uniform menyiksa seorang wanita
dengan tongkat, puntung rokok dan tali, ternyata berasal dari segepok foto milik
East Timoresse Exite Homepage yang sudah muncul sejak bulan November 1997, jauh sebelum kerusuhan di Jakarta terjadi. Data ini jelas merupakan kebohongan nyata dari para aktivis LSM yang sejak awal telah gencar mempersoalkan masalah ini.

Sementara itu anggota Tim Relawan yang juga Pimpinan Gereja Utusan Pantekosta
Jemaat Pasar Legi di Solo Drs. Ch MD Estefanus, Msi, membantah kebenaran laporan bahwa 24 Wanita WNI keturunan Cina menjadi korban kasus perkosaan massal di Solo. Bahkan beliau menulis surat khusus kepada Kapolwil Surakarta dan menyatakan bahwa laporan itu bohong belaka.

Hal serupa juga dialami oleh berbagai Tim Relawan yang dibentuk di Jakarta,
termasuk Tim Gabungan Pencari Fakta yang dibentuk Pemerintah beberapa waktu lalu masih belum mampu memberikan data konkrit kepada masyarakat Aktivis Perwakilan Ummat Budha Indonesia (Walubi) Ny,Hartati Murdaya hingga kamis 20 agustus 1998 mengaku belum menemukan satupun Korban dugaan kasus perkosaan massal.

Sementara Direktur LBH di Jakarta Nursyahbani Katjasungkawa juga mulai tidak yakin dengan pendiriannya yang semula getol mengutuk kasus perkosaan massal itu. Ia menyatakan tidak tahu persis jumlah korban perkosaan, soalnya Ia tidak
ikut menjadi anggota Tim Relawan.

Bahkan Romo Mangun Cs + Ita Nadia sewaktu di AS ada yang bertanya bahwa foto-foto dan poster-poster yang dibawa adalah palsu, mereka agak gugup karena
poster perkosaan yang diedarkan sudah beredar sejak 2 tahun yang lalu oleh CNRM
Ramos Horta di AS dan Eropa. Selain itu Ita Nadia juga mengeluarkan issu yang
sensitive bahwa diantara kelompok pemerkosa sebelum melakukan aksi perkosaan,
berteriak "Allahu Akbar". Selesai kesaksian di Kongres AS, Romo Mangun Cs
berangkat juga ke Genewa untuk sidang PDPM dan juga membohongi publik
internasional bahwa 162 orang diperkosa sistematis dan 20 orang tewas.

Jika dicermati berbagai komentar/pendapat banyak pihak termasuk yang sudah sejak
awal menjadi relawan dalam upaya mengungkap kasus perkosaan massal itu sudah mulai ragu atas data dan foto- foto peristiwa tersebut.

Sekarang ini dikalangan LSM sendiri mulai timbul keragu-raguan misalnya dari
Website "Indonesian Hvaren Crisis Centre", menyatakan bahwa foto-foto palsu dan
minta "Visitors" untuk menandai bila ada foto-foto lain yang juga palsu.

Tetapi ada juga LSM "kepala batu" yang tetap bertahan dan menyatakan bahwa benar atau palsunya foto tidak penting, sebab masalah utamanya agar pemerintah Indonesia sadar bahwa ada masalah terhadap WNI keturunan Cina dan harus mengambil langkah nyata.

Nah lho..apa ini bukan logika yang terbalik-balik ? Lagi pula tindakan
menghalalkan cara atau fitnah, kan lebih kejam dari pembunuhan..?

Di tengah kepanikan dan derita rakyat Indonesia, ternyata LSM dan kalangan media
massa mampu meraup keuntungan yang membebaskan mereka dari situasi  Krisis moneter (Krismon), namun martabat bangsa dan negara kita tercinta ini telah dihancurkan.