PhotoDisc24066
 Home
 Revelation
 US Congress
 News
 Fake Photo
 Taiwan JP
 Website Link
 Kompas 27-Aug-98
 Hacking
 Taiwan Denial
 It is a Conspiracy
 Why?
 Explanation
 Romo Sandyawan
 More Donation?

Join our mailing list.

BuiltByNOF
 Romo Sandyawan

Wawancara dengan Tabloid ADIL 26 Agustus - 1 September 1998

ADIL (A): Foto-foto yang diklaim sebagai korban perkosaan 13-14 Mei
muncul di internet. Bagaimana Anda melihat hal itu?

Sandyawan Sumardi (SS): Saya jadi begitu pedih dengan usaha sistematik
untuk mendiskreditkan
data-data Tim Relawan. Bagi saya itu counter
politik, karena kami sendiri tidak pernah menggunakan gambar-gambar
perkosaan itu sebagai data. Kami merasa itu adalah usaha untuk
mendiskreditkan Tim Relawan. Karena ada dua homepage yang menggunakan
nama Tim Relawan dan menyebarkan gambar-gambar itu. Padahal
gambar-gambar itu adalah rekayasa komputer, kebanyakan dari kasus
Timor-Timur.

Itu hanya bisa dibaca bahwa itu adalah teror terhadap etnis Cina yang
memang sudah banyak menjadi korban perkosaan. Tetapi kekaburan yang ada
di internet itu janganlah dimasukkan sebagai data. Kalau mau tahu data
kerusuhan itu hanya ada di dokumentasi awal no.3 Tim Relawan tentang
perkosaan.

(A): Apakah nanti detail data indentitas korban dapat dibuka?

(SS): Sekarang sedang diverifikasi oleh TGPF. Sebagian besar data TGPF
itu adalah data dari Tim Relawan. Cuma memang kita pakai proses yang
lebih holistik, bukan legalistik semata. Saya juga sudah ngomong, bahwa
korban perkosaan saya ajak untuk memberi kesaksian di Kongres Amerika
dan di Geneva.

(A): Berapa korban yang Anda ajak ke sana?
 
(SS): Tiga orang. Satu dari wakil kaum miskin urban yang adiknya itu
dibakar dalam kerusuhan. Dia saudara dari Pak Ustadz di daerah Klender.
Lalu seorang korban kerusuhan yang istri dan dua anaknya meninggal,
kemudian satu lagi korban perkosaan.

(A): Korban pemerkosaan mau memberikan kesaksian?

(SS): Ya. Kami serahkan padanya waktu sepuluh menit, terserah mau
memberikan kesaksian atau tidak. Ternyata dia memilih mau. Ternyata dia
tidak hanya membawa masalah penderitaan perkosaan dia sendiri, justru
dalam waktu satu minggu, dia mempelajari kasus perkosaan di Aceh. Dia
mengungkapkan hal itu dan melakukan pembelaan. Menurut saya pengakuan
ini betul-betul punya visi. Saya terus terang bangga dan terharu dengan
sikap dia.

(A): Kapan kesaksian itu dilakukan di Indonesia?

(SS): Saya kira kalau teror-teror dan ruang kepengapan politik ini
dibuka, dihentikan, saya kira mereka akan mau.

(A): Tanpa menunggu kesaksian korban, bisakah kasus ini dibongkar?

(SS): Ya. Artinya kita memang tidak perlu memutlakkan investigasi formal
dari TGPF, tapi advokasi masyarakat. Semacam exchange program secara
luas, misalnya jangan hanya kasus kerusuhan Mei saja, tapi juga kasus
Tanjung Priok, Aceh, Irian, Timtim itu diungkapkan saja. Itu nanti akan
ketahuan.

(A): Bagaimana dengan kerja TGPF?

(SS): Agak lambat memang, Tapi baik daripada tidak dilakukan.

(A): Apakah TGPF memverifikasi data yang disodorkan Tim Relawan?

(SS): Ya. TGPF akan memverifikasi ulang. Cuma, mestinya saksi-saksi itu
banyak didatangkan dari data Tim Relawan, sehingga ada kesepakatan bahwa
cukup dua anggota TGPF yang bertemu korban. Dan itupun dipilih oleh
korban sendiri. Sebetulnya itu juga luar biasa mengingat korban
perkosaan di Aceh, baru terungkap setelah sembilan tahun. Seperti korban
perkosaan di Bosnia, itu tidak selalu butuh pendekatan legalistik yang
mengharuskan te stimoni publik. Apalagi menurut UU di Indonesia
(perkosaan-red), kan harus ada penetrasi. Atau dijawab begini, memang
setiap hari ada perkosaan, tapi kan nggak dilakukan secara massal?

(A): Pers sendiri kesulitan mem-blow up lantaran publik menuntut bukti
kongkrit, yakni kesaksian korban?

(SS): Tanpa sadar pers telah melakukan pressure terhadap korban.
Maksudnya baik, tapi dengan diburu seperti itu, pers hampir sama
perannya dengan polisi. Padahal sebetulnya pers bisa membantu proses
penyelidikan, bukan penyidikan. Jangan mudah terjebak pada pertarungan
horisontal yang menjadikan kita kehilangan substansi perkara untuk
penyelesaian kekerasan politik ini.

(A): Selain lewat kesaksian, baik dari korban ataupun saksi mata, cara
apa yang bisa dilakukan untuk membongkar kasus ini?

(SS): Seperti diusulkan oleh TGPF. Kita tanyai dulu para pejabat yang
bertanggung-jawab pada saat terjadinya kerusuhan. Kenapa sampai ada
kevakuman militer?***