
Tim sukses SBY berhasil membobol gudang data Wiranto Circle di segitiga emas Sudirman lewat jasa paranormal, dan menimbulakan kehebohan luar biasa di Cilangkap.
Petinggi-petinggi TNI geram melihat rivalitas Wiranto vs SBY yang mulai memasuki daerah-daerah terlarang, dan mulai menebar aroma sugesti di lingkungan TNI. TNI yang sejak dulu terdefragmentasi karena persaingan patron dan klik-klik di seputar yayasan Eka Paksi yang menjadi “mesin uang” TNI, kini terkotak-kotak serta melebar ke mana-mana karena tidak adanya figur di TNI yang betul-betul kuat. Perseteruan Ediartono Sutarto dengan Ryamirzad, kini memperoleh medan baru, yaitu pertempuran 2 jendral dengan amunisi lengkap dengan medan perangnya adalah perebutan RI.
SBY yang mantan menko polkam menguasai jalur intelejen sementara Wiranto menguasai jalur komando. Akibatnya jelas, pertempuran mulai memasuki wilayah sipil.
KONVENSI GOLKAR
Kemenangan Wiranto di Konvensi Golkar bukanlah hal yang mengejutkan. TIM BIA sudah memetakannya sejak sebelum keputusan AT keluar (lihat Kompas, Tempo dan Republika yang mengulas ‘perjuangan' Wiranto di Konvensi Golkar). Dari jalur komando lewat kodim-kodim diketahui bahwa hampir 70% DPD II Golkar sudah dalam genggaman Wiranto Circle.
Dengan iming-iming uang 400 s/d 600 juta per suara DPD, tim Wiranto yakin kalau menang. Tidak aneh, kalau Wiranto sangat pelit beriklan dibandingakan AT, Prabowo atau Paloh. Karena Wiranto sudah memegang suara yang dikuatkan di atas kertas bersegel! Tim SBY mencium bahwa sebagian TNI kelompok “hijau” ikut bermain memenangkan Wiranto karena TNI ingin menutupi semua “masa silamnya'. Terlebih-lebih, TNI berkepentingan untuk menyelamatkan jenderal Besar Soeharto.
Wiranto yang mantan ajudan Soeharto dan telah bersumpah di hadapan seluruh rakyat Indonesia lewat TVRI untuk menjaga dan melindungi kehormatan Soeharto adalah sosok yang paling pas. Dibanding SBY, Wiranto ditengarai jauh lebih menguasai kaum muslim Indonesia (lewat Eggy Sujana, Habieb-hebieb, dan jaringan ponpes-nya di Jateng-Jatim, Wiranto juga berhasil merangkul banyak aktivis lewat kendaraan API), dan memiliki peluang lebih besar ke RI 1 apabila berhasil menggandeng NU.
SALING MEMPROVOKASI
Tim SBY menduga bahwa gencarnya sms, dan berita yang menceritakan SBY yang sebenarnya adalah buah pekerjaan Wiranto Circle (salah satu pentolan Wiranto adalah jurnalis yang cukup kondang di TPI dulu, yang dikenal jago mengemas isu). Soalnya teramat mustahil masyarakat sipil bias menjebol “dapur” SBY kalau tidak lewat tangan intelejen. Bagaimana mungkin gerakan SBY hari per hari bias dilaporkan setiap saat, siapa-siapa yang ditemui SBY bias diketahui, bahkan di luar negeri pun gerakan SBY selalu bocor ke tanah air.
Tm SBY lewat corongnya LSI (lembaga Survey Indonesia, yang dikomandangi, Denny JA, Sayful Munjani dan M Qodari) dengan meniupkan isu black propaganda. Namun sayang, isu yang ditiupkan LSI ini menjadi kontra produktif karena Wiranto Circle berhasil menggandeng banya pihak untuk membuktikan fenomena SBY ini. Tidak aneh setelah Sabili, Rakyat Merdeka, Kompas-pun ikut-ikutan menelanjangi SBY dengan memuat artikel yang membeberkan “sinetron SBY” ini. Bahkan Kompas sempat dengan sinis menyerang LSI sebagai lembaga survey untuk mengkampanyekan Yudhoyono.
Tim SBY yang kenyang pengalaman militer lalu membuat pembalasan setimpal dengan “membeberkan” rekayasa capres dalam kasus kerusuhan Ambon. Lewat data intelejen diketahui bahwa kondisi Ambon yang aman (yang diklaim sebagai keberhasilan SBY-Kalla) mengusik ketenangan Wiranto. Entah siapa yang bermain, Thamrin Amagola di Kompas menulis bahwa banyak sekali “coker” yang merupakan binaan TNI. Thamrin yang tergolong pro SBY (bersama Lidlle), langsung memuntahkan argumennya soal rusuh Ambon (lihat Kompas minggu pertama Mei). Bahkan salah satu Uskup di Ambon jelas berteriak (lihat detik.com) bahwa rusuh Ambon adalah buah tangan CAPRES militer! Tujuan rusuh Ambon jelas, menghantam SBY dan sekaligus menegaskan ke publik bahwa Indonesia butuh pemimpin yang KUAT (baca : militer!). konon, kasus Ambon ini juga melibatkan atasan Kapolri (yang masih geram karena “ditusuk” lewat samping oleh SBY). Buktinya pawai RMS malah dikawal polisi. Setelah itu, sekelompok massa tidak dikenal menyerang, dan timbul kerusuhan. Metode yang nyaris sama dengan apa yang terjadi di Mei 1998 lalu. Kasus Ambon terbukti efektif memudarkan popularitas Wiranto yang “dituduh' dalang dibalik kejadian itu. Pukulan telak, yang membuat Wiranto mengancam akan membalasnya
DIBALAS SETIMPAL
Disebut-sebut bahwa rusuh Makassar (yang lagi-lagi melibatkan polisi) adalah buah tangan salah satu capres untuk mencoreng muka Kalla-SBY. SBY dipermalukan karena di basis Kalla saja, di Sulawesi masih memakai cara-cara lama, represif dan brutal. Ingat SBY berhubungan khusus dengan Kapolri karena sama-sama lama di pemerintahan Mega. Sumber intelejen SBY menemukan bahwa ada beberapa orang yang berpakaian polisi yang menjadi “trigger” dengan mengkompori polisi lain untuk menyerbu kampus. Sampai saat ini masih gelap, siapa pelakunya. Tapi yang berkecimpung di dunia intelejen sangatlah maklum, untuk kasus yang lebih ringan mengapa sanksinya lebih berat.
Kasus kampus UMI demo tarif angkutan yang menewaskan 4 mahasiswa dan menciderai ratusan mahasiswa di tahun yang lalu, tidak satupun kapolsek, kapolres atau pun kapolda yang diganti.
Sementara kasus UMI sekarang ini, begitu cepat, begitu gesit kapolri melakukan penggatian. Bahkan sampai kapolda! Kenapa begitu? Link kapolri yang dekat dengan SBY mengatakan bahwa buah tangan Wiranto Circle ini efektif men-demarket-kan SBY di Sulawesi. Mau tak mau SBY harus membisiki Kapolri untuk segera mencuci tangan! Atau, resistensi mahasiswa terhadap militer akan semakin menjadi-jadi.
MASIH PANJANG
Persaingan sengit ini akan terus berlanjut dan semakin panjang. Wiranto masih “marah” terhadap upaya SBY meloloskan AT dari jerat hukum. Kasasi AT banyak menilai merupakan hasil desakan Mega. Padahal sebetulnya permainan Menko Polkam SBY untuk menjegal Wiranto ke Konvensi Golkar. Tim SBY sudah berhitung lama, dengan lolosnya AT di kasasi peluangnya untuk menang membesar. Hitung-hitungan yang diyakini oleh sebagian besar pengamat dan media massa Indonesia.
Wiranto tentu saja “marah' karena SBY menghalalkan segala cara. Sementara SBY juga marah ke Wiranto, karena telah “membocorkan” jati dirinya dan memporak-porandakan image di Ambon, Sulawesi dan entah di mana lagi. Dua jendral yang marah. Tentu saja akan sangat menarik diikuti. Karena bagi militer, yang ada adalah “kepentingan” diri sendiri, yang lain berarti ancaman! Artinya, SBY menganggap Wiranto adalah ancaman, sebaliknya Wiranto juga menganggap SBY ancaman juga! Dua jendral saling mengancam, masyarakat sipil-lah korbannya. Sementara sudah jamak diketahui, Militerisme tidak mengenal Musyawarah!
WASPADA
Walaupun bangkitnya militerisme tidak perlu ditakuti, masyarakat perlu mewaspadai yang selalu dijadikan umpan kerusuhan, dijadikan kambing congek, bahwa capres militer belum bebas dari kebiasaan melembaga, misalnya komando pendekatan dan tidak mengenal musyawarah saat memutuskan masalah. Militerisme adalah politik kekerasan dan ideology militer yang harus ditolak karena membawa potensi mengembalikan pemerintahan otoriter, melindungi kejahatan-kejahatan kemanusiaan, dan mengabaikan prinsip demokarasi. Kasus Ambon dan Makassar adalah “pembukaan” untuk menuju “perang' yang sebenarnya.
BERKOALISI serta MAIN MATA
Persiapan perang memang telah dirancang matang. Kubu SBY yang merasa di atas angin semakin terlena dengan gerakan Wiranto yang sensasional. Beberapa sumber menyebutkan Wiranto diketahui beberapa kali bertemu dengan Jendral R Hartono di rumah nomor 14 (Rumah yang konon milik mbak Tutut), dengan agenda memenangkan pemilu presiden. Jaringan intelejen Hartono digabung dengan Tim Sukses Wiranto dengan nama WIRANTO CIRCLE. Jaringan pondok pesantren milik mbak Tutut pun mulai dikerahkan untuk mendukung Wiranto. Tidak aneh, kalau Wiranto sering kelihatan di ponpes-ponpes NU atau ditemui Habieb. Ini adalah jaringan mbak Tutut. Perpecahan di tubuh klan Cendana memperoleh pemersatu di pundak Wiranto, seorang ajudan terbaik Soeharto. Golkar (Baik golkar barui, Golkar lama, Golkar-golkaran, dan pengikut Soeharto yang bermodal uang trilyunan) sudah pasang kuda-kuada untuk mengusung Wiranto. R Hartono yang penuh kontroversi selama kampanye, mbak Tutut yang mencoba menebar pesona, TIBA-TIBA saja menjadi anak manis begitu Wiranto memenangkan konvensi golkar. Semua amunisi untuk pemilu presiden menjadi berlimpah dengan sokongan pengusaha-pengusaha yang dulu dikenal “kelompok jimbaran”. Agenda besar menyelamatkan Soeharto dan anak cucunya terletak di pundak Wiranto.
Usaha besar untuk melindungi konglomerat-konglomerat hitam kini menjadi beban Wiranto. Dengan dukunagn dana yang tidak terbatas, dengan bermain mata dengan Solahuddin Wahid yang NU, dengan mesin politik setua Golkar, HANYA KEAJAIBAN yang bias menghentikan Wiranto ke kursi presiden!
ANEHNYA INDONESIA
Jika gerakan reformasi yang bermula dari kampus, yang menelan banyak korban jiwa baik di kalangan mahasiswa, massa-rakyat, masayarakat Tionghoa, pada ujungnya hanya melahirkan pemimpin nasional dari kalangan militer, maka jelas ini merupakan kenyataan politik yang sangat absurd. Disini kita menemukan sebuah ironi yang tak terperikan, sebab mahasiswa yang tewas dan menjadi martir bagi gerakan reformasi itu justru tertembus oleh timah panas, yang dimuntahkan dari senapan-senapan canggih para tentara.
Pertanyaan moral yang layak diajukan adalah:
Moral politik apa gerangan yang mendasari para pensiunan itu dalam berkompetisi meraih jabatan presiden, sementara mereka adalah pemegang komando atas pasukan yang menembak mati para mahasiswa ketika terjadi huru-hara politik!”, argument sang jendral dengan enuh percaya diri, Tiba-tiba para jendral itu sangat fasih berkhotbah tentang demokrasi dan kebebasan politik, namun mereka tetap saja tak mampu menjawab pertanyaan sederhana: tanggung jawab siapakah serangkaian peristiwa mengerikan yang menandari akhir riwayat rezim Orde Baru itu?
:: KRONIK ::
Akademi Fantasi Presiden: Menuju Puncak Kekuasaan
Mengapa manusia harus menghancurkan apa yang sudah diberikan oleh Tuhan?
Perang Dua Jendral: Wiranto Circle vs Klenik SBY
Partai Seks Komersil
Kado Ulang Tahunku
Spiderleo
Jazz, Santana dan Tentangmu
Malam Absurd
On store now, Limited Edition
Duhai Islamku
Kabarmu di Surga
KPI, Kontes Presiden Indonesia 
Spider-Man 2. Masihkah Klise? 