Langkah
1
Menerima Diri Kami Apa Adanya: Keluar dari Rasa Malu dan Isolasi
Kami mengambil beberapa langkah pertama dari perjalanan
pemulihan kami ketika kami akhirnya mulai mencintai dan menerima
diri kami apa adanya. Keluar dari persembunyian dan menghampiri
pihak lain untuk meminta dukungan, kami mulai keluar dari rasa
malu, isolasi dan kerahasiaan yang telah memerangkap kami sekian
lama.
Ini adalah
sesuatu yang ironis tapi nyata: Ketika kami dapat mulai mencintai
dan menerima diri kami apa adanya, banyak dari kami dapat membuat
sedikit kemajuan ke arah perubahan yang nyata.
Penerimaan
akan kelebihan kami, nilai-nilai kami dan potensi kami yang
sebenarnya sebagai pria adalah suatu langkah penting untuk keluar
dari homoseksualitas. Selama kami memaksakan diri dengan merasa
kami tidak cukup berharga untuk diselamatkan, kami tidak dapat
membiarkan Tuhan atau siapapun yang lain masuk ke dalam hidup
kami untuk menyelamatkan kami. Selama prioritas utama kita adalah
menyembunyikan kehidupan dan perasaan rahasia kita, dan prioritas
kedua adalah pemulihan, kita tidak akan pernah bisa untuk keluar
dari rasa bersalah, membenci diri sendiri dan isolasi yang mengikat
kita.
Kami menjadi
memahami dua kenyataan esensial berikut tentang diri kami :
- Rasa
bersalah dan rasa malu tidak akan pernah dapat memotivasi perubahan
yang nyata. Usaha perubahan yang dimotivasi oleh rasa bersalah
dan rasa malu akan selalu gagal. Rasa malu memompa perasaan
homoseksual dan perilaku kompulsif, bukan penyembuhan.
- Bagi
kami, homoseksualitas melambangkan masalah yang serius dalam
berhubungan – terutama dalam hubungan kami dengan pria
hetero yang lain. Dan, masalah berhubungan dengan orang lain
tidak akan pernah dapat dipulihkan dalam isolasi dan kerahasiaan.
Kedua prinsip
tersebut saling berhubungan secara dekat. Kami menemukan bahwa
kami tidak akan pernah dapat bebas dari rasa malu dengan menyimpan
suatu bagian yang monumental dari diri kami tersembunyi dari
orang-orang yang cinta dan penerimaannya paling kami inginkan.
Kami tidak dapat mulai mempercayai yang lain jika kami takut
mereka akan menolak kami ketika tahu rahasia kami. Kami tidak
dapat membuka hati kami untuk menerima cinta dari yang lain
jika kami tidak dapat mencintai diri kami sendiri.
Apakah
menerima diri kami apa adanya, dengan semua kelemahan dan keterbatasan
kami, menghambat kami dari perubahan? Tidak, malah sebaliknya.
Bayangkan mahasiswa yang baru masuk yang ingin menjadi dokter
nantinya. Apakah dia mencaci maki dirinya karena tidak segera
menjadi dokter? Apakah dia membandingkan dirinya dengan ahli
bedah berpengalaman dan mengkritik dirinya sendiri karena tidak
menjadi salah satu dari mereka? Apakah dia mencoba melompati
apa yang belum ia jalani? Tidak. Menerima dirinya sebagaimana
sekarang, tanpa mengkritik diri sendiri, akan membantu dirinya
mencapai tujuan dengan meletakkan diri pada jalur yang benar
untuk mempelajari apa yang ia perlu pelajari dan menjalani pengalaman
yang ia perlu jalani, pada saat yang tepat pada jalan yang tepat.
Hal yang lain akan membuat ia gagal bahkan sebelum ia memulai.
Dan begitulah,
melalui trial and error – dan biasanya dengan campur tangan
Tuhan! – kami mulai menerima diri kami apa adanya. Kami
mulai melihat bahwa Tuhan dan sebagian besar dari pihak lain
memandang kami dengan penghargaan yang lebih tinggi daripada
yang kami berikan sendiri! Kami mendapati bahwa mereka tidak
selalu menolak kami, banyak yang pada kenyataannya mampu melihat
perjuangan kami di masa lalu sebagai sesuatu yang berharga pada
diri kami.
Beberapa
dari kami mengalaminya melalui suatu perasaan yang dalam akan
kecintaan dan perhatian yang tidak menghakimi dari Tuhan.
Beberapa
dari kami meninggalkan kebencian akan diri sendiri dengan berusaha
bersama ahli terapi yang penuh perhatian dan sensitif.
Beberapa
dari kami mendapatkan penerimaan diri sendiri dan cinta melalui
“support group”
Jason menceritakan:
“Pengalaman dengan support group membantu saya membuka
suatu tingkat emosional dan berhubungan dengan pria lain pada
suatu derajat yang tidak pernah saya lakukan sebelumnya. Group
tersebut adalah grup yang terlindung, lingkungan yang aman dengan
pria lain yang mengetahui rahasia saya yang dalam dan gelap
dan mereka memiliki rahasia yang sama. Saya dapat membuka diri
dengan mereka dalam lingkungan praktek yang aman, untuk kemudian
saya terapkan dengan pria straight di dunia nyata.
Para pria dalam support grup saya mengerti perasaan saya dan
membantu saya menemukan solusi dari masalah saya. Ketika saya
merasa depresi, saya memanggil mereka dan mereka berbicara dengan
saya tanpa hasrat untuk melakukan kegiatan seksual. Saya menjadi
teman baik dengan beberapa dari mereka dan mengetahui bahwa
mereka secara tulus peduli dengan saya dan saya secara tulus
peduli dengan mereka. Beberapa kali saya bergantung pada mereka
dan tidak akan pernah berhasil tanpa dukungan dan cinta mereka”
Pengalaman
Dan dalam support group juga membantu dia keluar dari rasa malu:
“Pertama kali saya merasa khawatir untuk pergi ke suatu
support group untuk masalah seksualitas pria. Tapi saya mengumpulkan
seluruh keberanian saya dan memutuskan untuk datang. Saya pikir
pria-pria itu tidak akan memahami masalah saya karena masalah
mereka berbeda dari masalah saya. Tapi sejak pertemuan pertama,
saya merasa seperti saya menemukan orang lain yang mengerti
dimana saya dan apa yang saya rasakan. Untuk pertama kalinya
dalam hidup saya tidak sendirian. Saya mendapati pertemuan ini
sangat membantu, sehingga saya tidak melewatkan satu pertemuan
pun, jika saya tidak keluar kota, selama lebih dari lima tahun.
Beberapa pria memang menghadapi masalah yang berbeda, tapi saya
menemukan bahwa kami semua menderita akibat penghargaan diri
yang rendah dan hampir semua orang dalam grup ini mengalami
suatu masalah yang berhubungan dengan ayahnya. Benar-benar membuka
mata saya!”
Menemukan
cinta dan penerimaan dari anggota keluarga dan teman memberikan
pengaruh yang besar kepada kami semua.
John menceritakan:
“Saya mengirimkan delapan halaman surat kepada ibu saya
menceritakan mengapa saya mencoba bunuh diri. Saya ceritakan
kepadanya perjuangan rahasia saya menghadapi homoseksualitas
dan pertentangan antara perasaan gay dengan nurani saya. Saya
yakin bahwa begitu saya mengirim surat itu saya tidak akan pernah
mendengar apapun lagi dari ibu saya. Sebaliknya, saya menerima
jawaban yang sama sekali berbeda. Dia berkata, dia mencintai
saya apapun yang terjadi…
“Kemudian
saya bertemu keluarga Amerika di Arab Saudi yang menerima saya
dalam rumah mereka. Mereka memancarkan rasa cinta dan kehangatan,
yang saya rasakan hanya dengan bersama dengan mereka. Menghabiskan
waktu dengan ayah dan anak, yang berusia dua puluhan, terasa
seperti mengisi lubang dalam di diri saya yang merindukan penerimaan
pria dan pertemanan. Saya menceritakan kepada sang ayah tentang
perjuangan saya dengan homoseksualitas, dan dia merespon dengan
cinta dan dukungan tanpa syarat. Dia melihat kebaikan dan suatu
yang bernilai di dalam diri saya yang saya sendiri tidak dapat
melihatnya.”
Kadang-kadang,
rasa malu terasa hilang hampir secara spontan, apakah dari dalam
diri sendiri – setelah berbalik kepada Tuhan, melalukan
usaha terapi, atau membuka bagian tersembunyi dari diri kita
kepada keluarga dan teman yang mendukung.
Kami menemukan
rasa kebebasan yang datang dari menghancurkan beban kerahasian
dan rasa malu seumur hidup dapat sangat menyenangkan. Sesungguhnya,
ini hampir sama dengan apa yang dialami sebagian dari kami yang
pernah “come out” sebagai gay. Tapi kami menemukan
bahwa menerima dan mencintai diri kami apa adanya dan menghadapi
ketakutan terhadap membiarkan yang lain tahu siapa kita, adalah
suatu langkah awal dalam perjalanan panjang merubah hidup. Jika
kami gagal pada langkah ini, perkembangan kami akan terhenti
sebelum perubahan itu mulai berjalan.
Langkah
1
Menerima Diri Kami Apa Adanya: Keluar dari
Rasa Malu dan Isolasi
Langkah
2
Mengalihkan Hidup dan Kemauan Kami kearah
Tuhan
Langkah
3
Menemukan Cinta Persaudaraan dan Pengakuan
Maskulinitas dengan Pria Heteroseksual
Langkah
4
Mengatasi Masalah yang Mendasari, Menghadapi
dan Menyembuhkan Luka yang Terkubur
Langkah
5 Melepaskan Obsesi, Kecemburuan dan Birahi
Langkah
6
Sepenuhnya Meraih Maskulinitas Heteroseksual…
Dan Identitas yang Sepenuhnya Baru
Akar
Permasalahan
Gejala
Umum
Yang
Tidak Akan Berhasil
Solusi:
Yang Berhasil Bagi Kami
Diterjemahkan
oleh mqzf dari
People Can Change
|