Langkah
5
Melepaskan Obsesi, Kecemburuan dan Birahi
Kami berhenti
menuruti nafsu kami dan berhenti terobsesi dan mencemburui pria
lain. Ketika kami menarik diri dari kebiasaan birahi kami, kami
menghampiri mentor atau partner “yang sadar” untuk
mendukung dan membuat kami dapat diandalkan bagi mereka. Kami
belajar untuk melepaskan daripada memerangi nafsu. Kami belajar
untuk mengerti siklus nafsu kami dan memenuhi kebutuhan yang
mendasarinya bukan menolaknya. Kami memisahkan diri kami dari
pemicu dan penghubung ke arah homoseksualitas kami sebelumnya.
Jika kami
tidak mampu merubah orientasi seksual kami tapi telah mampu
melepaskan secara keseluruhan obsesi, kecemburuan, dan nafsu
kami, hal itu telah menjadi suatu kemenangan yang hebat. Hal
itu pastilah telah menyembuhkan gejala yang paling buruk, paling
tidak, yang telah sangat menyusahkan kami dalam perjuangan homoseksual.
Tapi kami
berhasil menyelesaikannya bahkan lebih. Semua usaha kami untuk
menerima diri kami sendiri, mengarahkan hidup kami kepada Tuhan,
memperbaiki ikatan yang rusak dengan pria hetero dan maskulinitas,
dan memulihkan “jiwa pria” di dalam diri kami berjalan
sepanjang jalur untuk memulihkan masalah yang mendasari yang
menciptakan gejala nafsu kami.
Meskipun
demikian, kebanyakan dari kami telah mengkondisikan diri untuk
merespon secara erotis terhadap figur pria sekian lama sehingga
menghentikan hasrat homoseksual mungkin paling tidak sama susahnya
dengan menghentikan merokok, minuman keras atau obat-obatan.
Tapi, sebagaimana juga dalam mengatasi ketergantungan yang lain,
kami mendapati bahwa sesungguhnya mungkin untuk mengatasi nafsu.
Beberapa
dari kami menemukan bahwa menghentikan hubungan dan perilaku
homoseksual adalah langkah awal yang penting dalam perubahan
kami, untuk mulai terlepas dari kecanduan seks, menjadi terbebas
dari depresi, dan menjadi lebih peka untuk merasakan cinta dan
bimbingan Tuhan.
Yang lain
dari kami menemukan kami tidak akan siap untuk melepaskan diri
dari kekasih, teman, tempat, dan kebiasaan gay sampai kami tumbuh
melalui proses penerimaan diri dan pemulihan jiwa, hubungan
dengan Tuhan, dan hubungan dengan pria hetero dan maskulinitas.
Sesungguhnya,
tidaklah mengejutkan untuk mendapati meningkatnya hasrat homoseksualitas
secara temporer selama tahap-tahap awal usaha perubahan. Itu
tidak mengejutkan, karena hasrat homoseksual adalah dimana banyak
dari kami menemukan kenyamanan dan pelipur lara ketika kami
takut dan tidak nyaman – suatu program perubahan dan pemulihan
yang sukses dapat menjadi menakutkan dan tidak nyaman!. Sebaliknya,
kami merubah tindakan, reaksi, cara pandang, pemikiran, sistem
keyakinan, perasaan dan keberadaan kami di dunia.
Tapi pendekatan
manapun yang kami ambil – mulai menarik diri dari hubungan
dan perilaku homoseksual di awal, atau melakukannya kemudian
selama proses – akan datang waktunya ketika kami siap
melepaskan kehidupan homoseksual di belakang kami. Banyak dari
kami mendapati itu sangat menakutkan. Beberapa dari kami mengalami
kesedihan yang dalam dengan melepaskan beberapa hubungan dan
kegiatan yang, terus terang, kami nikmati. Kami ragu akan kemampuan
kami untuk menerima perubahan dan bahkan memikirkan kembali
tentang “kesempatan” yang akan kami lewatkan ….
memimpikan hubungan khayal yang mungkin suatu saat akhirnya
akan terasa benar dan membawakan kami kebahagiaan sebenarnya….
dan khawatir akan kemampuan kami untuk mengatasi hidup tanpa
pornografi, seks gay atau nafsu yang lain.
Namun,
inilah yang kami ketahui: Hidup kami tidak berjalan seperti
biasanya. Nafsu tidak memberikan kami cinta. Identitas dan kehidupan
homoseksual tidak memberikan kami pemulihan. Kami tidak menyukai
apa yang akan kami dapat. Kebanyakan dari kami tidak merasa
terpenuhi atau bahagia sebagai “gay”
Berikut
beberapa perubahan yang kebanyakan dari kami harus melakukannya
agar pulih:
1. Kami
belajar bahwa kami tidak dapat berubah dalam kerahasiaan tanpa
bantuan orang lain. Maka salah satu dari langkah awal yang paling
penting bagi kebanyakan kami adalah untuk menciptakan suatu
jaringan dukungan personal yang terdiri dari mentor, grup 12
langkah, teman atau rekan “yang sadar” yang dapat
ada untuk kami ketika kami membuat perubahan yang dramatis ini
dalam hidup kami.
- Kami
meminta mereka untuk mengijinkan kami untuk membuat kami dapat
diandalkan bagi mereka dan dapat memanggil mereka ketika kami
merasa lemah. Kami secara terus terang menceritakan perjuangan,
ketakukan, dan godaan kami dengan mereka
- Beberapa
dari kami bergabung dengan grup Duabelas Langkah untuk sembuh
dari kecanduan seks, support group “ex-gay” yang
berdasarkan agama, kelompok pria pendukung dan lainnya.
2. Mengakui
bahwa mencemburui maskulinitas pria lain – apa yang kami
terlalu sering rasakan tidak ada pada diri kami – akan
menggerakkan nafsu dan obsesi kami, kami meneruskan usaha kami
untuk melepaskan rasa malu, mengurangi penghakiman atas diri
kami sendiri, dan meningkatkan rasa hubungan dan rasa dimiliki
dalam dunia pria.
3. Kami
melepaskan ikatan dari masa lalu homoseksual kami. Kami tidak
melanjutkan hubungan dan kebiasaan homoseksual, membuang buku-buku,
majalah, video, dan material lain yang merusak, dan meletakkan
diri kami diluar lingkungan yang dapat menggoda kami untuk kembali
kepada hal itu.
4. Kami
melakukan setiap usaha untuk berhenti menuruti nafsu dengan
gambar-gambar dan fantasi. Beberapa dari kami memetakan siklus
nafsu kami di atas kertas untuk membantu kami mengenali kejadian,
perasaan dan tekanan dalam hidup kami yang seringkali memicu
nafsu dan kerinduan akan kenyamanan pria. Kami membagikan peta
ini dengan mentor kami dan mengidentifikasi langkah praktis
untuk memutuskan siklus tersebut.
5. Daripada
mencoba menghentikan perilaku dan pemikiran yang merusak, kami
memilih untuk secara proaktif menggantikannya dengan hal yang
baru dan lebih sehat
- Kami
belajar menyerahkan nafsu kami kepada Tuhan, memohon kepada
Tuhan untuk melakukan sesuatu yang tidak bisa kami lakukan
sendiri.
- Kami
mencoba mengganti perasaan seksual terhadap pria dengan cinta
persaudaraan yang sehat dan pandangan yang lebih berketuhanan
atas diri kami sebagai pria
- Ketika
tergoda, kami belajar untuk mengangkat telepon dan memanggil
mentor, mengakui perjuangan kami, dan menghubungkan diri dengan
kenyataan cinta persaudaraan menggantikan fantasi akan nafsu
homoseksual. Sejalan dengan waktu, banyak dari kami menemukan
bahwa hubungan otentik ini menjadi lebih memuaskan daripada
nafsu
- Kami
mempraktekkan jalan baru lain untuk merespon pemicu nafsu
kami, seperti latihan fisik (terutama dengan teman pria),
hubungan emosional yang berarti dengan pria, pemijatan terapi,
doa, dan banyak lagi.
6. Kami
mencoba mengenali dan menghormati kebutuhan logis kami akan
keterikatan fisik dan emosional dengan pria lain dan mulai berusaha
secara proaktif untuk memenuhi kebutuhan yang mendasarinya daripada
menolaknya. Kami membangun suatu program proaktif untuk memastikan
bahwa keinginan akan hubungan dengan pria ini dipenuhi secara
teratur dengan hal yang sehat, bukannya menekannya hingga kami
merasa sangat dahaga akan kasih-sayang dan pengakuan pria sehingga
kami akan melakukan apa saja untuk memenuhinya.
7. Kami
menetapkan untuk tetap berada pada pendirian kami tidak peduli
berapa kali kami jatuh, teryakinkan oleh kepercayaan kami sendiri
dan pengalaman orang lain bahwa selama kami tidak pernah menyerah,
suatu saat kami akan terbebas dari nafsu yang telah menguasai
hidup kami begitu lama.
Sangat
jelas, bahwa ini bukanlah proses yang mudah. Begitu pula dalam
usaha lain untuk mengatasi obsesi atau kecanduan yang menguasai
hidup seseorang. Seperti anda dapat lihat, proses ini jelas
bukan mengenai kekuatan kemauan, meskipun kekuatan kemauan dapat
membantu kita lepas dari godaan individual.
Pemulihan
yang sesungguhnya dari nafsu datang bukan dari kekuatan kemauan
tapi dari kekuatan hati – kekuatan dari hati, bukan akal,
untuk menimbulkan perubahan yang kuat. Perubahan hati ini akan
menghasilkan ketika kami memilih hasrat yang sehat, keluar dari
kerahasiaan dan menjadi sepenuhnya jujur tentang pemikiran dan
tindakan kami kepada mentor yang kami percayai, memenuhi kebutuhan
jiwa dengan cinta tanpa syarat dari Tuhan dan cinta persaudaraan
dari yang lain, dan secara konsisten berusaha menyerahkan kemauan
kami kepada Tuhan
Langkah
1
Menerima Diri Kami Apa Adanya: Keluar dari
Rasa Malu dan Isolasi
Langkah
2
Mengalihkan Hidup dan Kemauan Kami kearah
Tuhan
Langkah
3
Menemukan Cinta Persaudaraan dan Pengakuan
Maskulinitas dengan Pria Heteroseksual
Langkah
4
Mengatasi Masalah yang Mendasari, Menghadapi
dan Menyembuhkan Luka yang Terkubur
Langkah
5
Melepaskan Obsesi, Kecemburuan dan Birahi
Langkah
6
Sepenuhnya Meraih Maskulinitas Heteroseksual…
Dan Identitas yang Sepenuhnya Baru
Akar
Permasalahan
Gejala
Umum
Yang
Tidak Akan Berhasil
Solusi:
Yang Berhasil Bagi Kami
Diterjemahkan
oleh mqzf dari
People Can Change
|