Membangun jaringan adalah mengambil kesempatan proaktif maupun reaktif melakukan kegiatan perkenalan dan penyadaran dengan tujuan menyadarkan masyarakat umum tentang kaum LGBT dan hak mereka. Arus Pelangi telah mengikuti beberapa pameran di Jakarta, sehingga menjadi tantangan bagaimana memperluas sayap dengan kegiatan di luar Jakarta, termasuk di daerah.

Peluang untuk memperkenalkan Arus Pelangi dan kegiatannya ke pada masyarakat Bandung datang dengan diselenggarkannya pameran HAM oleh Jendela Ide Sabuga Youth di Bandung. Tema pameran adalah penyadaran tentang hak asasi manusia dan pluralisme ke pada remaja dan anak muda. Dengan pameran ini ratusan remaja dapat kesempatan berkenalan langsung dengan Arus Pelangi.

Salah satu bentuk homofobia adalah diskriminasi di lapangan pekerjaan terhadap kaum LGBT, khususnya terhadap kaum waria. Padahal negara sudah menjamin bahwa semua warga negara berhak mendapat pekerjaan yang layak.

Oleh karena itu Arus Pelangi menghasilkan sebuah penelitian yang tertuang dalam satu buku. Penelitian itu menunjukkan betapa meluasnya diskriminasi yang merajalela di sektor formal terhadap kaum waria yang ingin bekerja disana.

Buku itu kemudian diluncurkan pada tanggal 14 Desember. Dari kalangan DPR dan pengusaha ada yang ikut hadir dan memberi masukan. Selanjutnya akan menjadi bahan rujukan untuk kampanye selanjutnya.

Tanggal 17 Mei 1990 adalah hari yang sangat berarti; hari itu WHO (World Health Organization) secara resmi menghapus homoseksualitas dari daftar penyakit jiwa. Menurut otoritas kesehatan sedunia ini tidak ada landasan lagi menganggap kaum LGBT sebagai penderita sakit jiwa. Maka tanggal itu dijadikan hari IDAHO (Hari Internasional Melawan Homofobia).

Di Jakarta peringatan Hari IDAHO diselenggarakan bersama-sama Wahid Institute, Yayasan Pelangi Kasih Indonesia dll. Karena acara ini dihadiri banyak tokoh dan peneliti agama, yang berani mengucapkan dukungan terhadap kaum LBGT maka acara ini dapat pula banyak liputan dari media massa.