Filter itu Bernama Akal Sehat

Timothy McVeigh sedang menghitung hari. Lewat proses pengadilan yang berat, McVeigh dinyatakan bersalah atas aksi peledakan bangunan Alferd P Murrah Federal Building di Oklahoma City pada 1995, yang menewaskan sedikitnya 168 orang. Hakim pun tak ragu menjatuhkan hukuman mati. Eksekusi bakal dilakukan 15 Mei mendatang.

Kini, proses eksekusi McVeigh jadi perdebatan. Bukan soal apakah jadi dilaksanakan atau tidak, Tapi berawal saat Entertainment Network Inc (ENI) mengajukan permohonan pada Departemen kehakiman dan kantor Lembaga Pemasyarakatan Federal untuk mempublikasikan eksekusi itu via internet. Dikatakan, ENI telah mempersiapkan webcam canggih untuk merekam dan mengonlinekan secara langsung.

Hakim federal menolak keinginan itu. Meski di luar, beberapa suara malah berteriak setuju. Sejumlah keluarga korban peledakan menyatakan ingin tahu, bagaimana proses eksekusi dijalankan. Di sisi lain, kaum humanis malah menggugat moralitas ENI yang selama ini dikenal sebagai perusahaan yang memproduksi situs porno, seperti VoyeurDorm.com dan Erotixmall.com. Rencana ENI, tayangan online akan diberikan pada konsumen internetnya yang bersedia membayar 1,95 dolar AS.

Juru bicara ENI mengatakan, masyarakat memiliki hak untuk melihat proses eksekusi yang dilakukan pemerintahan federal. Argumentasi ini, menurut pemerintah sudah tak masuk akal lagi. Karena penyiaran adegan kekerasan dan pornografi merupakan langkah yang bertentangan dengan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.

Inilah dialektika ala negara-negara barat. Meski tudingan kebebasan tanpa syarat kerap dilontarkan, kontrol tetap terjaga. Setiap pendapat, selalu mendapat tempat. Keputusan, meski agak sulit, diambil atas nama kebaikan dan kepentingan masyarakat sebanyak-banyaknya.

Saat internet mulai dilihat sebagai media yang populer, pemerintah dan masyarakat mulai bicara pertanggung jawaban. Ancaman yang bisa muncul dari media, mulai dari kekerasan sampai pornografi, dianggap layak diperhatikan. Pada kondisi seperti itu, para pakar memilih untuk bicara tentang teori-teori perubahan perilaku dan media massa. Mereka melirik dua pola yang berpeluang besar terjadi.

Apakah informasi yang dilontarkan secara terus menerus akan merubah perilaku seseorang, seperti yang diinginkan pemegang arus informasi? Atau masyarakat memiliki kemampuan memilih dan memilah, sehingga perubahan yang mereka lakukan lebih bersumber pada frame of reference dan tingkat pemahaman pada setiap fenomena?

Ketika orang menikmati adegan seks di internet, apakah ia akan berubah jadi makhluk buas yang isi otaknya dipenuhi naluri seks? Bagaimana dengan mekanisme kontrol yang dimiliki secara personal, keluarga, grup, komunitas atau yang lain?

Pertanyaan-pertanyaan ini sering berseliweran di meja para pakar komunikasi dan psikologi sosial. Dengan bahasa sederhana, mereka ingin mengajak kita untuk memehami makna akal sehat sebagai alat kontrol. Karena sehebat-hebatnya mekanisme kontrol formal, baik yang diberlakukan lembaga atau instansi, naluri pribadi kadang lebih dominan dari apapun. Mencari celah hanya soal waktu. Jadi? Pakai akal sehat. Dalam memilih dan memilah materi media, baik radio, televisi, majalah, surat kabar, tabloid atau internet. [Artikel ini pernah diplikasikan di Tabloid e-NET]


daftar artikel

Perang Abadi
Jeffri tergagap. Bagaimana mungkin, gedung perkantoran, plaza, hotel, bank, jalan raya, kendaraan yang lalu lalang di tengah asap knalpot, mendadak raib dan berubah menjadi ladang pembantaian. Ribuan orang berpakaian - astaga!-wayang orang, berjibaku, saling tendang, hajar, sikut, adu pedang, tancap tombak, sabet golok, melahirkan darah dan erang kesakitan.

Antara Robin Hood dan Shawn Fanning
Pernah nonton film Robin Hood? Ya, dia adalah jagoan yang hidup pada abad pertengahan di Inggris. Karena suatu sebab, anak bangsawan ini harus bersembunyi dalam hutan dan bersekutu dengan perompak. Ia juga bersatu dengan kaum pinggiran yang tersingkir dari mahalnya kehidupan kota.

Moralitas dan Kebutuhan Mata
Suzi yang malang. Kapan hari, ia masih leluasa berlenggak-lenggok di kantor. Menyapa teman kerja, satpam, kabag keuangan, office boy sampai boss di ruang direktur.

Mengapa Harus Jakarta?
Mengapa Jakarta masih jadi pusat mimpi? Setiap orang yang ingin sukses dan mewujudkan mimpi, selalu diajak ke Jakarta. Lihat artis-artis dari Bandung, Surabaya atau daerah-daerah luar pulau Jawa, setelah sukses, mereka harus hijarah ke Jakarta.

Filter itu Bernama Akal Sehat
Timothy McVeigh sedang menghitung hari. Lewat proses pengadilan yang berat, McVeigh dinyatakan bersalah atas aksi peledakan bangunan Alferd P Murrah Federal Building di Oklahoma City pada 1995, yang menewaskan sedikitnya 168 orang. Hakim pun tak ragu menjatuhkan hukuman mati. Eksekusi bakal dilakukan 15 Mei mendatang.

Hanya Satu Jalan : Akrabi Internet!
Ada salah satu crew kami bercerita, temannya mau berinteraksi dengan internet gara-gara Iwan Fals. Sejak duduk di bangku SLTP, temannya sudah tergila-gila pada Iwan Fals. Saat kuliah di sebuah PTS Surabaya, ia sudah menghiasi kamarnya dengan koleksi kaset, poster, CD dan lain sebagainya tentang Iwan Fals.

Balada Bocah Seratus Perak
Hampir tiap perempatan jalan kota ini diwarnai pengamen dan pengemis. Ironisnya, sebagian diantara mereka adalah anak-anak.

Cermin Hati di Lampu Remang
Lewat tengah malam yang malas, wajah jalan mulai terasa lengang. Tukang becak dan sopir taksi menepikan sandaran rejekinya, lalu terlelap di jok yang entah berwarna dasar apa. Polisi lalu lintas tak nampak di titik-titik operasi SIM dan STNK. Mungkin mereka sedang butuh istirahat, lelah setelah seharian dihimpit tugas dan kebutuhan hidup yang makin berat.

Dot Com People
Internet adalah inovasi yang revolusioner. "Ia" merubah tatanan baku yang sebelumnya tak pernah jauh dari batasan tempat, waktu, kultur dan masih banyak lagi. Orang bisa berinteraksi dengan siapapun, kapanpun, dimanapun, tanpa harus berpusing-pusing mengurus biaya yang besar, ancaman fisik maupun non fisik.

Ideologi Klakson
Matahari tepat di atas ubun-ubun. Hujan yang biasanya turun deras, siang itu bersembunyi entah di mana. Mungkin sedang ngambek. Mungkin juga sedang ingin menguji, sejauh mana kebutuhan penduduk bumi pada Sang Hujan. Buntutnya, panas datang tiada terkira.

Kontradiksi Hati
Waktu masih duduk di bangku sekolah dasar, Suci selalu mendengar, betapa Indonesia adalah negeri yang kaya, makmur, aman, dan sentosa. Suci juga mendengar, Indonesia punya tanah yang subur. Rakyatnya ramah, murah senyum, dan memiliki toleransi yang mengagumkan.

Mencuri Waktu
Zulkifli duduk gelisah di belakang meja kayu jatinya yang berdiri anggun. Rambutnya tak lagi tersisir dengan rapi, acak-acakan, jadi korban jari-jari tangannya yang terus bergerak. Seperti pikirannya yang diperas untuk memahami sejumlah logika beku, atau matanya yang terus mengikuti baris-baris fakta di berkas kasus yang harus ia tuntaskan.

Mimpi Jadi Superman
Memasuki 100 meter pertama, Roy harus berhadapan dengan lyn bemo yang berhenti mendadak. Tanpa aba-aba yang cukup untuk berbagi waktu dengan akal sehat, sopir lyn itu langsung bergerak ke kiri untuk menjemput penumpang.

Mimpi Kota
Sajak yang bernada putus asa. Tapi Usman, 34, warga Medokan Semampir, dipaksa merasakan setiap saat. Sejak rumah ilegalnya digusur beberapa bulan lalu, ia terpaksa tinggal bersama dua keluarga lain di sebuah rumah darurat. Bulan depan, istrinya hendak melahirkan. Tak terbayang, betapa padat rumah yang ia tempati nanti.

Telkom, Onno dan Internetisasi
Rencana kenaikan tarif telepon sebesar 45,49 persen yang akhirnya disetujui DPR memang mengejutkan. Meski pada waktu yang hampir bebarengan, seabreg barang kebutuhan yang jadi konsumsi wajib sudah lebih dulu naik. Seperti banyak diberitakan media, dalam rapat internal Komisi IV DPR dipimpin Sadjarwo Soekardiman, usulan kenaikan tarif telepon akhirnya bisa dipahami atau disetujui.