Moralitas dan Kebutuhan Mata

Suzi yang malang. Kapan hari, ia masih leluasa berlenggak-lenggok di kantor. Menyapa teman kerja, satpam, kabag keuangan, office boy sampai boss di ruang direktur.

Dalam hitungan hari, dara cantik ini langsung meroket jadi idola. Padahal dua bulan yang lalu, Suzi masih berjajar antre menunggu panggilan tes tulis dan Bahasa Inggris. Seminggu kemudian, ia mendapat panggilan untuk gabung di perusahaan. Berbekal performa lumayan dan wawasan ala kadarnya, ia diterima untuk bekerja sebagai asisten sekretaris Boss.

Tapi kejaiban terjadi. Suzi yang biasa-biasa saja merebak jadi pujaan sebagian besar karyawan. Boss yang biasanya minta Shanti menemani jalan-jalan atau makan siang dengan klien, kini ikut melirik Suzi. Katanya, "Suzi memang tak secantik Shanti. Tak seksi seperti Liza. Secara intelektualitas, ia kalah jauh dibanding Erina. Tapi heran, mengapa bersama Suzi lebih menyenangkan?"

Jangan buru-buru berburuk sangka. Karena Suzi bukan tipikal perempuan yang bisa manggut-manggut saat diajak ke kamar hotel. "Saya kerja cari duwit. Bukan cari perkara," katanya suatu saat.

Tapi perusahaan memang sedang demam Suzi. Tiap pagi, karyawan yang datang tak langsung duduk di belakang meja. Mereka justru rela nongkrong di dekat pintu gerbang untuk menunggu Sang Gadis Pujaan. Begitu Suzi lewat, lengkap dengan rambut hitamnya, blazer trendy-nya, rok span-nya yang 10 senti di atas lutut, dan.. ini dia, lenggak-lenggoknya. Suasana magis langsung terjadi.

Bak adegan slow motion dalam film, Suzi bergerak penuh irama. Ada salah satu karyawan bilang, ketika Suzi lewat, sepertinya ada musik mengalun merdu. Ada wangi dan bunga-bunga yang beterbangan mengiringi setiap langkah. Jika sudah begini, semua mata menuju di satu titik. Suzi yang takut terlambat, berjalan tak perduli. Padahal setiap kepala yang menambatkan pandangannya ke Suzi punya mimpi yang hampir sama, "Suz, beri kami senyum terhangat. Agar kami tak perlu bikin teh manis pengganti sarapan. Karena di usia kami, diabetes jadi mimpi buruk yang biaya pengobatannya berbanding terbalik dengan gaji kami". Ada-ada saja.

Tiga hari berlalu, demam Suzi makin menjadi-jadi. Ada yang nekad menyimpan fotonya dalam dompet. Ada yang diam-diam men-scan fotonya lalu memajang wajah Suzi sebagai wallpaper komputer. Yang lebih gila, ada yang berinisiatif bikin poster Suzi dengan teks merah muda 'Aku Cinta Suzi' atau 'Fans Berat Suzi'. Konon, poster yang dijual diam-diam ini laku keras dengan harga jual tinggi. Popularitas Suzi yang awalnya bersifat internal mulai menular di perusahaan tetangga. Bahkan dalam waktu enam minggu, mulai muncul organisasi-organisasi baru dengan label Paguyuban Penggemar Suzi Cabang Perusahaan A, Paguyuban Penggemar Suzi Cabang Perusahaan B, dan seterusnya. Luar biasa.

Lalu seperti pepatah setiap pesta harus memiliki akhir, gelombang ini juga terhenti dan berbalik 180 derajat. Boss Suzi, mendadak melempar pernyataan, "Suzi tidak boleh berjalan dari pintu gerbang ke kantor. Ia juga tidak boleh memakai rok span dan blazer. Rambut yang hitam panjang harus dipotong pendek, bila perlu dikriting. Jika Suzi masih memaksakan diri tampil di muka publik, perusahaan akan menjatuhkan sangsi berat!"
"Apa yang dilakukan Suzi adalah tindakan yang bisa merusak moral bangsa. Eksploitasi sensualitas. Mengancam akhlak," tambahnya berapi-api.

Mendengar ini, Suzi langsung panik. Ia buru-buru datang ke rumah Boss dan minta maaf. Sambil menangis sesenggukan, ia sungkem dan mencium kaki Boss. Selanjutnya, tak ada yang tahu, apa yang sebenarnya telah terjadi. Karena setelah pertemuan itu, Suzi tak lagi berlenggak-lenggok di kantor. Ia lebih suka mengenakan celana panjang plus blazer kedodoran.

Penggemar, fans, dan pecinta Suzi langsung berang. Penuh semangat mereka menghampiri Boss sambil berteriak, "Anda memang Boss kami. Tapi tolong, beri kami penjelasan. Apa yang dimaksud mengeksploitasi sensualitas dan merusak akhlak?"

Amuk massa makin tak terbendung. Informasi simpang siur mulai bersliweran di perusahaan, dan merembes ke perusahaan tetangga. Ada yang bilang, "Popularitas Boss takut tersaingi Suzi". Ada lagi yang menyebut, kasus Suzi mau dipolitisir demi kepentingan partai. Ada juga yang bilang, ini terjadi gara-gara cinta Boss ditolak. Akibatnya, Boss menutup setiap jalur komunikasi. Divisi Public Relations dipaksa bungkam. Boss ngambek. Suzi ngambek. Karyawan kembali membuat pernyataan keprihatinan, "Kami menolak tindakan sewenang-wenang. Karena apa yang dilakukan Boss, jelas-jelas menghambat kreatifitas. Dan mematahkan semangat untuk memenuhi kebutuhan mata kami". Nah lho


daftar artikel

Perang Abadi
Jeffri tergagap. Bagaimana mungkin, gedung perkantoran, plaza, hotel, bank, jalan raya, kendaraan yang lalu lalang di tengah asap knalpot, mendadak raib dan berubah menjadi ladang pembantaian. Ribuan orang berpakaian - astaga!-wayang orang, berjibaku, saling tendang, hajar, sikut, adu pedang, tancap tombak, sabet golok, melahirkan darah dan erang kesakitan.

Antara Robin Hood dan Shawn Fanning
Pernah nonton film Robin Hood? Ya, dia adalah jagoan yang hidup pada abad pertengahan di Inggris. Karena suatu sebab, anak bangsawan ini harus bersembunyi dalam hutan dan bersekutu dengan perompak. Ia juga bersatu dengan kaum pinggiran yang tersingkir dari mahalnya kehidupan kota.

Moralitas dan Kebutuhan Mata
Suzi yang malang. Kapan hari, ia masih leluasa berlenggak-lenggok di kantor. Menyapa teman kerja, satpam, kabag keuangan, office boy sampai boss di ruang direktur.

Mengapa Harus Jakarta?
Mengapa Jakarta masih jadi pusat mimpi? Setiap orang yang ingin sukses dan mewujudkan mimpi, selalu diajak ke Jakarta. Lihat artis-artis dari Bandung, Surabaya atau daerah-daerah luar pulau Jawa, setelah sukses, mereka harus hijarah ke Jakarta.

Filter itu Bernama Akal Sehat
Timothy McVeigh sedang menghitung hari. Lewat proses pengadilan yang berat, McVeigh dinyatakan bersalah atas aksi peledakan bangunan Alferd P Murrah Federal Building di Oklahoma City pada 1995, yang menewaskan sedikitnya 168 orang. Hakim pun tak ragu menjatuhkan hukuman mati. Eksekusi bakal dilakukan 15 Mei mendatang.

Hanya Satu Jalan : Akrabi Internet!
Ada salah satu crew kami bercerita, temannya mau berinteraksi dengan internet gara-gara Iwan Fals. Sejak duduk di bangku SLTP, temannya sudah tergila-gila pada Iwan Fals. Saat kuliah di sebuah PTS Surabaya, ia sudah menghiasi kamarnya dengan koleksi kaset, poster, CD dan lain sebagainya tentang Iwan Fals.

Balada Bocah Seratus Perak
Hampir tiap perempatan jalan kota ini diwarnai pengamen dan pengemis. Ironisnya, sebagian diantara mereka adalah anak-anak.

Cermin Hati di Lampu Remang
Lewat tengah malam yang malas, wajah jalan mulai terasa lengang. Tukang becak dan sopir taksi menepikan sandaran rejekinya, lalu terlelap di jok yang entah berwarna dasar apa. Polisi lalu lintas tak nampak di titik-titik operasi SIM dan STNK. Mungkin mereka sedang butuh istirahat, lelah setelah seharian dihimpit tugas dan kebutuhan hidup yang makin berat.

Dot Com People
Internet adalah inovasi yang revolusioner. "Ia" merubah tatanan baku yang sebelumnya tak pernah jauh dari batasan tempat, waktu, kultur dan masih banyak lagi. Orang bisa berinteraksi dengan siapapun, kapanpun, dimanapun, tanpa harus berpusing-pusing mengurus biaya yang besar, ancaman fisik maupun non fisik.

Ideologi Klakson
Matahari tepat di atas ubun-ubun. Hujan yang biasanya turun deras, siang itu bersembunyi entah di mana. Mungkin sedang ngambek. Mungkin juga sedang ingin menguji, sejauh mana kebutuhan penduduk bumi pada Sang Hujan. Buntutnya, panas datang tiada terkira.

Kontradiksi Hati
Waktu masih duduk di bangku sekolah dasar, Suci selalu mendengar, betapa Indonesia adalah negeri yang kaya, makmur, aman, dan sentosa. Suci juga mendengar, Indonesia punya tanah yang subur. Rakyatnya ramah, murah senyum, dan memiliki toleransi yang mengagumkan.

Mencuri Waktu
Zulkifli duduk gelisah di belakang meja kayu jatinya yang berdiri anggun. Rambutnya tak lagi tersisir dengan rapi, acak-acakan, jadi korban jari-jari tangannya yang terus bergerak. Seperti pikirannya yang diperas untuk memahami sejumlah logika beku, atau matanya yang terus mengikuti baris-baris fakta di berkas kasus yang harus ia tuntaskan.

Mimpi Jadi Superman
Memasuki 100 meter pertama, Roy harus berhadapan dengan lyn bemo yang berhenti mendadak. Tanpa aba-aba yang cukup untuk berbagi waktu dengan akal sehat, sopir lyn itu langsung bergerak ke kiri untuk menjemput penumpang.

Mimpi Kota
Sajak yang bernada putus asa. Tapi Usman, 34, warga Medokan Semampir, dipaksa merasakan setiap saat. Sejak rumah ilegalnya digusur beberapa bulan lalu, ia terpaksa tinggal bersama dua keluarga lain di sebuah rumah darurat. Bulan depan, istrinya hendak melahirkan. Tak terbayang, betapa padat rumah yang ia tempati nanti.

Telkom, Onno dan Internetisasi
Rencana kenaikan tarif telepon sebesar 45,49 persen yang akhirnya disetujui DPR memang mengejutkan. Meski pada waktu yang hampir bebarengan, seabreg barang kebutuhan yang jadi konsumsi wajib sudah lebih dulu naik. Seperti banyak diberitakan media, dalam rapat internal Komisi IV DPR dipimpin Sadjarwo Soekardiman, usulan kenaikan tarif telepon akhirnya bisa dipahami atau disetujui.