Antara Robin Hood dan Shawn Fanning

Pernah nonton film Robin Hood? Ya, dia adalah jagoan yang hidup pada abad pertengahan di Inggris. Karena suatu sebab, anak bangsawan ini harus bersembunyi dalam hutan dan bersekutu dengan perompak. Ia juga bersatu dengan kaum pinggiran yang tersingkir dari mahalnya kehidupan kota. Lewat sebuah proses yang panjang, Robin Hood pun menggalang massa dan mulai menyatroni para pedagang atau saudagar yang lewat hutan. Harta benda mereka dirampas, dan pemiliknya dibiarkan pergi begitu saja.

Dan tak seperti dongeng HC Anderson yang serba hitam putih, dibalik hitam-nya Robin dan gerombolan perompak, mereka melakukan aksi kemanusiaan yang luar biasa. Mereka membagi hasil jarahannya untuk warga hutan yang hidup serba kekurangan. Memasuki abad 21, Robin Hood baru lahir. Julukan dari sejumlah media luar negeri ini ditujukan untuk Shawn Fanning, pendiri Napster (www.napster.com).

Perilaku bisnisnya dinilai kontroversial, kerap bertentangan dengan azas penghormatan pada hak cipta. Saat real world menggelar gerakan anti pembajakan, ia malah suka membagi file MP3 gratis. Inilah yang membuat popularitas Fanning dan Napster melejit. Awal tahun 2000 lalu, nama mereka diabadikan sebagai tokoh dunia internet dan situs yang mengaplikasikan teknologi paling populer versi majalah Yahoo! Internet Life. Di Lycos, nama Napster menjadi kata kunci yang paling dicari.

Sebuah survei menyebut, netter yang tergila-gila pada Napster adalah kalangan mahasiswa. Di Florida State University, browsing ke Napster mengkonsumsi hingga 30 persen dari jalur internet yang tersedia. Angka ini belum seberapa bila dibanding dengan yang terjadi di University of Illinois, Urbana-Champaign. Pada saat tertentu, Napster malah bisa mengkonsumsi hingga 80 persen dari seluruh jalur internet yang ada. Napster terlanjur jadi fenomena. Saat orang ingin mendapat fasilitas hiburan berkelas dengan cuma-cuma, Napster datang dan sim salabim! Semua terpenuhi. Ia menjadi 'jembatan'file musik MP3 di internet untuk menukar koleksi mereka dengan koleksi Napsterian yang lain. Dan semua bisa dilakukan dengan gratis. Ada yang menilai, kehadiran Napster merupakan revolusi 'back to basic'. Seperti yang pernah ditulis di sebuah dotcom, internet mestinya lahir sebagai media pertukaran informasi yang tak terhalang batasan geografis. Kenyataan yang ada, internet adalah lahan bisnis yang produknya kadang tak terjangkau sebagian lapisan masyarakat. Dan yang dilakukan Napster, ternyata sangat berbeda. Ia melakukan lompatan jauh ke depan, memperkenalkan konsep bahwa internet adalah gampang, bebas dan gratis.

Inilah yang membuat pelaku industri musik berang. Mereka khawatir, keleluasaan yang ditawarkan Napster akan menjatuhkan penjualan CD atau kasetnya. Mereka percaya, lebih dari 80 persen dari musik yang ditawarkan Napster tak mengantongi ijin dari pencipta, produser atau penyanyinya. Akibatnya, The Recording Industry Association of America (RIAA) menuntut Napster. Disusul Metallica, Aimee Mann, Dr Dre dan Eminem. Di sisi lain, dukungan buat Napster datang dari Limp Bizkit dan Courtney Love. Saat pentas internet ini berpindah ke pengadilan, sudah bisa ditebak, Napster dinyatakan kalah dan mengajukan banding. Akhir Januari lalu, Thomas Middelhoff, CEO Bertelsmann mengatakan, Napster akan mengenakan biaya keanggotaan pada usernya.

Artinya, citra gratis yang dimiliki Napster akan hilang mulai pertengahan 2001 mendatang. Artinya, lebih dari 44 juta user Napster akan dipaksa 'membeli' file atau hidup tanpa Napster. Sebuah pelajaran menarik layak dicermati. Internet yang mestinya menawarkan beragam kemudahan, ternyata masih dekat dengan kontrol dari kelompok-kelompok yang doyan menguasai pasar. Mereka masih tak rela bila internet benar-benar jadi jalur bebas hambatan. Entah lima, sepuluh atau 50 tahun lagi. Apa boleh buat. [Artkel ini pernah dipublikasikan di tabloid e-NET



daftar artikel

Perang Abadi
Jeffri tergagap. Bagaimana mungkin, gedung perkantoran, plaza, hotel, bank, jalan raya, kendaraan yang lalu lalang di tengah asap knalpot, mendadak raib dan berubah menjadi ladang pembantaian. Ribuan orang berpakaian - astaga!-wayang orang, berjibaku, saling tendang, hajar, sikut, adu pedang, tancap tombak, sabet golok, melahirkan darah dan erang kesakitan.

Antara Robin Hood dan Shawn Fanning
Pernah nonton film Robin Hood? Ya, dia adalah jagoan yang hidup pada abad pertengahan di Inggris. Karena suatu sebab, anak bangsawan ini harus bersembunyi dalam hutan dan bersekutu dengan perompak. Ia juga bersatu dengan kaum pinggiran yang tersingkir dari mahalnya kehidupan kota.

Moralitas dan Kebutuhan Mata
Suzi yang malang. Kapan hari, ia masih leluasa berlenggak-lenggok di kantor. Menyapa teman kerja, satpam, kabag keuangan, office boy sampai boss di ruang direktur.

Mengapa Harus Jakarta?
Mengapa Jakarta masih jadi pusat mimpi? Setiap orang yang ingin sukses dan mewujudkan mimpi, selalu diajak ke Jakarta. Lihat artis-artis dari Bandung, Surabaya atau daerah-daerah luar pulau Jawa, setelah sukses, mereka harus hijarah ke Jakarta.

Filter itu Bernama Akal Sehat
Timothy McVeigh sedang menghitung hari. Lewat proses pengadilan yang berat, McVeigh dinyatakan bersalah atas aksi peledakan bangunan Alferd P Murrah Federal Building di Oklahoma City pada 1995, yang menewaskan sedikitnya 168 orang. Hakim pun tak ragu menjatuhkan hukuman mati. Eksekusi bakal dilakukan 15 Mei mendatang.

Hanya Satu Jalan : Akrabi Internet!
Ada salah satu crew kami bercerita, temannya mau berinteraksi dengan internet gara-gara Iwan Fals. Sejak duduk di bangku SLTP, temannya sudah tergila-gila pada Iwan Fals. Saat kuliah di sebuah PTS Surabaya, ia sudah menghiasi kamarnya dengan koleksi kaset, poster, CD dan lain sebagainya tentang Iwan Fals.

Balada Bocah Seratus Perak
Hampir tiap perempatan jalan kota ini diwarnai pengamen dan pengemis. Ironisnya, sebagian diantara mereka adalah anak-anak.

Cermin Hati di Lampu Remang
Lewat tengah malam yang malas, wajah jalan mulai terasa lengang. Tukang becak dan sopir taksi menepikan sandaran rejekinya, lalu terlelap di jok yang entah berwarna dasar apa. Polisi lalu lintas tak nampak di titik-titik operasi SIM dan STNK. Mungkin mereka sedang butuh istirahat, lelah setelah seharian dihimpit tugas dan kebutuhan hidup yang makin berat.

Dot Com People
Internet adalah inovasi yang revolusioner. "Ia" merubah tatanan baku yang sebelumnya tak pernah jauh dari batasan tempat, waktu, kultur dan masih banyak lagi. Orang bisa berinteraksi dengan siapapun, kapanpun, dimanapun, tanpa harus berpusing-pusing mengurus biaya yang besar, ancaman fisik maupun non fisik.

Ideologi Klakson
Matahari tepat di atas ubun-ubun. Hujan yang biasanya turun deras, siang itu bersembunyi entah di mana. Mungkin sedang ngambek. Mungkin juga sedang ingin menguji, sejauh mana kebutuhan penduduk bumi pada Sang Hujan. Buntutnya, panas datang tiada terkira.

Kontradiksi Hati
Waktu masih duduk di bangku sekolah dasar, Suci selalu mendengar, betapa Indonesia adalah negeri yang kaya, makmur, aman, dan sentosa. Suci juga mendengar, Indonesia punya tanah yang subur. Rakyatnya ramah, murah senyum, dan memiliki toleransi yang mengagumkan.

Mencuri Waktu
Zulkifli duduk gelisah di belakang meja kayu jatinya yang berdiri anggun. Rambutnya tak lagi tersisir dengan rapi, acak-acakan, jadi korban jari-jari tangannya yang terus bergerak. Seperti pikirannya yang diperas untuk memahami sejumlah logika beku, atau matanya yang terus mengikuti baris-baris fakta di berkas kasus yang harus ia tuntaskan.

Mimpi Jadi Superman
Memasuki 100 meter pertama, Roy harus berhadapan dengan lyn bemo yang berhenti mendadak. Tanpa aba-aba yang cukup untuk berbagi waktu dengan akal sehat, sopir lyn itu langsung bergerak ke kiri untuk menjemput penumpang.

Mimpi Kota
Sajak yang bernada putus asa. Tapi Usman, 34, warga Medokan Semampir, dipaksa merasakan setiap saat. Sejak rumah ilegalnya digusur beberapa bulan lalu, ia terpaksa tinggal bersama dua keluarga lain di sebuah rumah darurat. Bulan depan, istrinya hendak melahirkan. Tak terbayang, betapa padat rumah yang ia tempati nanti.

Telkom, Onno dan Internetisasi
Rencana kenaikan tarif telepon sebesar 45,49 persen yang akhirnya disetujui DPR memang mengejutkan. Meski pada waktu yang hampir bebarengan, seabreg barang kebutuhan yang jadi konsumsi wajib sudah lebih dulu naik. Seperti banyak diberitakan media, dalam rapat internal Komisi IV DPR dipimpin Sadjarwo Soekardiman, usulan kenaikan tarif telepon akhirnya bisa dipahami atau disetujui.