HTML Clinik

10

15 PETUNJUK MEMILIH SUAMI

Home

15 Petunjuk memilih Suami

Oleh : Drs. M. Thalib

1 2 3 4 5

6 7 8 9 10

11 12 13 14 15

---------------------
10. Bertanggung jawab
---------------------

Allah berfirman dalam Q.S. Al-Qashash ayat 26:

"Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: 'Ya bapakku, ambillah ia
sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang
paling baik yang engkau ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang
kuat lagi dapat dipercaya.'"

Penjelasan :

Tanggung jawab yaitu sikap berani memikul akibat bila sesuatu yang
dibebankan kepadanya tidak sesuai dengan ketentuan atau berani
diperkarakan bilamana melakukan kesalahan atas perbuatan-perbuatan yang
dilakukannya. Seorang suami mempunyai beban dan kewajiban terhadap
istrinya. Beban dan kewajiban tersebut harus dilaksanakan dengan baik, dan
akan menerima sanksi bila tidak dilaksanakan dengan baik.

Ayat di atas adalah kisah antara putri Nabi Syu'aib AS dengan Musa AS.
Putri Nabi Syu'aib AS mengajukan permintaan kepada ayahandanya agar
mengambil orang bertanggung jawab dalam membantu usahanya. Ia mengusulkan
hal semacam itu karena mempunyai kepentingan terhadap laki-laki yang akan
diambil oleh ayahandanya sebagai pembantu bahwa yang bersangkutan kelak
akn menjadi suaminya. Pandangan putri Nabi Syu'aib AS ini dikisahkan dalam
Al-Qur'an untuk menjadi cermin bagi kaum wanita muslim dalam memilih calon
suami.

Penuturan yang sangat halus pada ayat ini memberikan gambaran kepada kita
adanya fitrah yang tertanam pada wanita yang berpikiran dan bermental
sehat bahwa mereka menghendaki suaminya benar-benar memiliki sifat
tanggung jawab.

Tanggung jawabini meliputi bidang agama, psikis dan fisik yang diantaranya
adalah:
1. Dalam bidang agama dan psikis yaitu memberikan bimbingan keagamaan dan
pengarahan kepada istri dan anak-anaknya dalam menempuh kehidupan keluarga
yang diridlai oleh Allah.
2. Dalam bidang fisik yaitu memenuhi kebutuhan belanja mereka sehari-hari.

Tanggung jawab semacam ini merupakan beban yang dipikulkan pada semua
suami sejak adanya syari'at berkeluarga sampai hari kemudian kelak.
Tanggung jawab ini tidak akan pernah berubah karena sudah merupakan
ketentuan Allah yang berlaku secara universal.

Para istri dijadikan oleh Allah mempunyai sifat menggantungkan diri pada
suami sehingga tidak merasa dibebani tanggung jawab untuk memikul beban
keluarga. Jika seorang istri - karena suatu hal - terpaksa memikul beban
keluarga, sudah pasti ia akan mudah menjadi stres atau tertekan.

Keadaan semacam ini dapat kita saksikan di tengah masyarakat yang serba
materialis. Kaum wanita dengan terpaksa harus keluar rumah untuk turut
mencari nafkah bagi kepentingan keluarganya atau memanuhi kebutuhannya
sendiri.

Digalakkannya wanita berjuang mencari nafkah sendiri mengakibatkan
perbenturan dengan kaum laki-laki dalam memperebutkan lapangan kerja. Hal
ini menambah banyaknya kemelut di tengah masyarakat modern yang akhirnya
membuat stres masyarakat. Akibatnya, kaum perempuan terkena dampak buruk
dari kondisi stres dan kemelut ini.

Oleh karena itulah, Islam sebagai agama yang sejalan dengan fitrah manusia
sejak awal telah menegaskan bahwa tanggung jawab memenuhi kebutuhan materi
dan memimpin keluarga menjadi beban kaum laki-laki, bukan beban kaum
perempuan. Dengan pola tanggung jawab seperti ini, kita menyaksikan bahwa
sejak dahulu Islam selalu memberi tuntunan agar para perempuan
memperhatikan seberapa jauh calon suaminya memiliki rasa tanggung jawab.

Cara yang bisa dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh calon suami
memiliki rasa tanggung jawab antara lain:

1. Menyelidiki dan mengamati dengan seksama perilaku yang bersangkutan
dalam memikul tugas yang dibebankan kepadanya.

2. Menanyakan kepada teman-teman dekatnya bagaimana dua menjalankan
tugas-tugas yang menjadi kewajibannya, apakah ia lakukan dengan panuh
tanggung jawab.

3. Meneliti kondisi lingkungan dan keluarganya apakah ia termasuk orang
yang suka melakukan tugas-tugas dengan penuh tanggung jawab atau tidak.

4. Menguji yang bersangkutan dengan suatu tugas atau persoalan sehingga
dapat diketahui seberapa besar tanggung jawabnya menyelesaikan persoalan
tersebut.

Beberapa contoh perbuatan yang dapat digunakan sebagai penguji untuk
mengukur rasa tanggung jawab seseorang antara lain:

1. Bagaimana sikapnya apabila dititipi barang untuk disampaikan kepada
orang lain, apakah ia melaksanakannya dengan baik atau tidak.

2. Bagaimana sikapnya apabila disuruh orang tua untuk berbelanja, apakah
uangnya dibelanjakan dengan benar atau tidak.

3. Bagaimana sikapnya apabila dititipi uang simpanan bersama, apakah
dipergunakan untuk kepentingan pribadi atau tidak.

4. Bagaimana sikapnya apabila disuruh membagikan uang bantuan kepada fakir
miskin, apakah dikurangi atau disampaikan sepenuhnya.

Untuk mencegah agar kaum perempuan tidak terjerat dalam penderitaan dan
bencana hendaknya mereka memilih calon suami yang benar-benar bertanggung
jawab. Insya Allah, dia akan dapat menciptakan rumah tangga sakinah dan
penuh berkah bersama suaminya.***

.

Disadur dari posting Tuhu Sih Winengku Tuhu.<Winengku@ptsi.siemens.co.id>
dan forward "Syahid Ibrahim" <burn@a-vip.com>