HTML Clinik

5

15 PETUNJUK MEMILIH SUAMI

Home

15 Petunjuk memilih Suami

Oleh : Drs. M. Thalib

1 2 3 4 5

6 7 8 9 10

11 12 13 14 15

-----------------------------
05. Dari Keluarga Yang Shalih
-----------------------------

Disebutkan dalam Hadits berikut :

Dari Rifa'ah bin Rafi', sesungguhnya Nabi SAW bersabda kepada 'Umar RA :
"Kumpulkan kaummu kepadaku", lalu ia kumpulkan mereka. Setelah mereka tiba
di depan pintu Nabi SAW, 'Umar masuk kepada beliau, lalu ujarnya: "Kaumku
sudah kukumpulkan kepada Tuan". Orang-orang Anshar mendengar kejadian ini,
lalu mereka berkata: "Wahyu telah turun tentang Quraisy". Sesaat kemudian
datanglah orang-orang yang mendengar dan menyaksikan apa yang diucapkan
kepada mereka, lalu Nabi SAW keluar kepada mereka seraya sabdanya: "Apakah
ada orang lain di tengah kalian?" Mereka menyahut: "Ada, di tengah kami
ada teman-teman setia kamu, keponakan-keponakan kami, dan maula-maula
(keluarga dekat) kami". Nabis SAW bersabda: "Teman-teman setia kita,
keponakan-keponakan kita, dan maula-maula kita adalah bagian dari kita
sendiri. Harap kalian dengarkan bahwa orang-orang yang menjadi teman-teman
dekatku diantara kalian adalah orang-orang bertaqwa; jika kalian seperti
mereka, kalian termasuk golongan tersebut; jika tidak, kalian harus
pikirkan, sebab pada hari qiamat kelak orang lain akan datang kepadaku
dengan membawa amal-amal mereka, tetapi kalian datang dengan membawa bekal
lain, lalu kalian ditolak..." (H.R. Bukhari, Hadits Hasan)

Penjelasan :

Hadits di atas menyebutkan bahwa Nabi SAW tidak berani menjamin seseorang
masuk syurga hanya karena ikatan keluarga dengan Nabi. Beliau menjelaskan
bahwa yang bisa menjamin seseorang masuk syurga adalah amal shalih yang
dilakukan karena Allah. Oleh karena itu, beliau memerintahkan kepada
keluarganya untuk beramal shalih dan tidak membanggakan diri karena ikatan
keluarganya dengan Rasulullah.

Dalam Hadits tersebut Rasulullah menegaskan supaya anggota keluarganya
bertaqwa kepada Allah, sebab dengan taqwa itulah mereka akan berbahagia di
dunia dan di akhirat. Suatu keluarga dikatakan shalih jika mereka bertaqwa
kepada Allah.

Keluarga yang shalih akan selalu berusaha melakukan segala sesuatu dengan
baik sehingga membawa kebaikan bagi dirinya dan orang lain. Mereka tidak
akan pernah mau sedikit merugikan hak orang lain, apalagi dengan sengaja
menjerumuskan orang ke dalam kesulitan dan penderitaan. Mereka selalu
takut kepada Allah sehingga berusaha menjauhkan segala macam tindakan dan
sifat yang buruk, baik menguntungkan dirinya maupun merugikan. Tegasnya,
keluarga yang shalih selalu menegakkan kebenaran dan menjauhi kebatilan.

Anak-anak dari keluarga yang shalih akan selalu berusaha agar dirinya
berbuat amal shalih dan dapat membantu orang lain melakukan kebajikan bagi
dirinya atau masyarakat. Anak-anak semacam ini tidak pernah berniat untuk
merugikan orang lain, apalagi dengan sengaja menyengsarakannya.

Anggota keluarga yang shalih baik untuk dijadikan teman atau dijadikan
suami bagi perempuan muslim. Laki-laki dari keluarga semacam ini akan
dapat menuntun istri dan anak-anaknya ke jalan yang diridlai oleh Allah
dan menjauhkan mereka dari segala perbuatan yang dimurkai oleh Allah.
Berdampingan dengan suami semacam ini seorang muslimah akan meraih
kebahagiaan dunia dan akhirat.

Para perempuan muslim tentu sangat mendambakan suaminya benar-benar
berasal dari keluarga yang shalih. Dengan laki-laki semacam ini ia akan
terpelihara dari segala macam perbuatan yang dimurkai oleh Allah karena
suami memimpinnya ke jalan yang diridlai oleh-Nya.

Untuk mendapatkan suami semacam ini perlulah dirinya mengadakan penelitian
dan pengamatan terhadap yang bersangkutan. Ia bisa melakukan cara-cara
antara lain:

1. Mengecek keluarga yang bersangkutan bagaimana shalatnya, puasanya,
usaha mendapatkan rizkinya, kewajiban membayar zakatnya, dan lain-lain.

2. Mengecek lingkungan tempat tinggalnya apakah tetangganya orang-orang
yang shalih ataukah orang-orang yang suka berbuat maksiat dan di
kampungnya terdapat masjid atau tidak.

3. Mengecek lingkungan kerjanya apakah ia bekerja di tempat yang melakukan
usaha secara halal atau haram dan apakah teman-teman kerjanya suka
melakukan perbuatan maksiat atau taat kepada agama.

Dengan melakukan pengecekan dan penelitian seperti di atas seorang
muslimah dapat mengetahui asal-usul calon suaminya. Jika terbukti bahwa
yang bersangkutan berasal dari keluarga dan lingkungan yang shalih, dapat
diharapkan kelak ia akan menjadi suami yang dapat memimpin istrinya
menempuh kehidupan keluarga yang diridlai oleh Allah. Sebaliknya, jika
calon suaminya berasal dari keluarga dan lingkungan yang kurang baik,
besar kemungkinan sulit terbina rumah tangga yang diwarnai oleh suasana
sakinah, kasih sayang dan beriklim akhlaq yang diridlai oleh Allah.

Ringkasnya, unruk menjauhkan diri dari bencana yang tidak diinginkan dalam
kehidupan rumah tangga, setiap perempuan muslim seharusnya memilih calon
suami yang berasal dari keluarga yang melaksanakan perintah agama dengan
baik. Dengan memperoleh suami yang sejak kecilnya hidup di lingkungan
keluarga yang shalih, insya Allah sangat besar kemungkinan dirinya kelak
dapat menikmati suasana kehidupan rumah tangga yang diridlai oleh Allah.***

.

Disadur dari posting Tuhu Sih Winengku Tuhu.<Winengku@ptsi.siemens.co.id>
dan forward "Syahid Ibrahim" <burn@a-vip.com>