|
---------------------
12. Berperilaku Halus
---------------------
Disebutkan dalam Hadits-Hadits berikut:
---
Dari Abu Huraihah ra,ujarnya: Rasulullah saw bersabda: "Nasihatilah para
wanita itu baik-baik, karena wanita itu diciptakan dari tulang rusuk; dan
tulang rusuk yang paling bengkok adalah yangteratas. Jika engkau berlaku
keras dalam meluruskannya, engkau akan mematahkannya. Akan tetapi, jika
engakau biarkan dia, tentu akan tetap bengkok. Oleh karena itu, berikanlah
nasihat baik-baik kepada para wanita." (H.R. Bukhari dan Muslim)
---
Rasulullah saw bersabda: "Orang mu'mim yang paling baik imannya yaitu yang
paling baik akhlaqnya; dan orang yang paling baik di antara kamu yaitu
orang yang sangat baik kepada istrinya." (H.R. Bukhari)
---
Penjelasan:
Perilaku halus dan mulia ialah perilaku yang tidak menyakitkan hati orang
lain. Perilaku ini bisa tercermin pada ucapan dan perbuatan. Kalau ada
seseorang yangberbicara dengan kata-kata yang halus tetapi isinya
menyakitkan hati yang mendengarkan, orang semacam itu berperilaku kasar
kepada orang lain.
Adapun perilaku kasar adalah perilaku yang menyakitkan orang lain, baik
secara fisik maupun secara mental. Memukul, misalnya, secara fisik
menimbulkan rasa sakit pada yang dipukul. Membentak atau memarahi secara
semena-mena juga akan menimbulkan rasa sakit pada perasaan yang dimarahi.
Perlakuan kasar semacam ini sudah tentu tidk disukai oleh siapa saja,
sekalipun oleh orang uang berbuat keliru atau salah, karena setiap orang
pada dasarnya menghendki sikap ramah atau halus walaupun berbuat salah.
Hadits pertama memerintahkan kepada para suami untuk tidak berbuat kasar
dalam meluruskan kesalahan-kesalahan istrinya. Para suami hendaknya
membetulkan kekeliruan istrinya dengan cara-cara yang halus dan baik.
Hadits kedua memuji suami yang memperlakukan istrinya dengan baik dan
mulia. Oleh karena itu, Rasulullah saw sendiri memberi contoh bagaimana
beliau memperlakukan istri-istrinya dengan lembut dan ramah.
Kehidupan rumah tangga tidak selalu berjalan dengan mulus. Hampir setiap
saat muncul permasalahan yang bisa menimbulkan perselisihan , pertengkaran
dan percekcokan antara suami istri. Bila suami orang yang berperilaku
atau kejam, ia tidak akan segan-segan berbuat kasar dan kejam kepada
istrinya. Sudh tentu perlakuan kasar semacam ini tidak diinginkan oleh
setiap istri walau berbuat salah.
Istri yang mendapatkan suami berperilaku kasar dan kejam akan selalu
menjadi sasaran kekasaran dan kekejaman suaminya. Ia besar kemungkinan
akan lebih banyak mengalamai penderitaan fisik dan mental daripada
menikmati suasana bahagia dan sejahtera lahir bathin. Banyak kasus kita
temukan di tengah masyarakat bahwa perilaku suami yang kasar dan kejam
kepada istrinya dapat menyebabkan penderitaan fisik dan mental istri dan
anak-anak selama-lamanya.
Untuk mencegah terjadinya tindakan kasar suami terhadap istri, perlulah
para perempuan sejak dini benar-benar mengamati dan meneliti perilaku
calon suaminya apakah dia termasuk orang yang suka berbuat kasar dan kejam
ataukah orang yang berperilaku halus dan mulia. Cara yang dapat ditempuh
antara lain:
1. Memperhatikan kebiasaan dirinya dan keluarganya apakah mereka suka
berbuat kasar dan kejam atau tidak.
2. Menanyakan kepada teman-teman atau tetangga dekatnya apakah yang
bersangkutan atau keluarganya sehari-hari berperilaku ramah dan halus atau
kasar dan kejam kepada orang.
3. Menanyai para pembantu atau pelayan, jika punya, apakah mereka sering
diperlakukan kasar dan kejam atau diperlakukan halus dan terhormat.
4. Mengajukan sejumlah pertanyaan yang bersifat tes psikologis sehingga
dapat diketahui apakah dia tipe orang yang kasar dan kejam atau halus dan
mulia.
Untuk mencegah agar para perempuan tidak terperangkap dalam rumah tangga
yang dikuasai oleh suami dengan perilaku kasar dan kejam, setiap perempuan
yang hendak menikah harus benar-benar memperhatikan sifat dan perilaku
calon suaminya. Jika ternyata ia seorang yang yang berperilaku kasar dan
kejam, hendaklah ia menjauhinya dan menunggu serta memohon kepada Allah
untuk diberi ganti dengan lelaki lain yang memenuhi harapannya sebagai
suami yang baik. Ia sebaiknya tidak tergesa-gesa menerima lamaran seorang
laki-laki yang belum jelas perilakunya. Ia hendaklah mengadakan
penyelidikan yang sungguh-sungguh supaya terjauh dari malapetaka fisik dan
mental kelak sesudah berumah tangga.***
|